Gus Mus Sebut Urusan NU Menangkan Indonesia, Bukan Capres
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Juli Hantoro
Senin, 29 Januari 2024 17:45 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus menegaskan bahwa tugas organisasi itu adalah memperbaiki kerja dan berupaya memenangkan Indonesia.
"Urusannya NU itu memperbaiki kinerja memenangkan Indonesia, bukan memenangkan capres," katanya dalam keterangan pers saat memberikan tausyiyah dalam Pembukaan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin 29 Januari 2024.
Gus Mus mengaku ketar-ketir saat Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan sambutan. Namun, kekhawatirannya itu tidak terjadi.
"Saya ini sudah ketir-ketir. Ketika ketua umum pidato, Rais Aam pidato, jangan-jangan nyinggung pilpres. Begitu nyebut Pilpres, saya keluar. Itu bukan urusannya NU. Untungnya tidak,” katanya disambut derai tawa undangan.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Mus juga didapuk untuk memimpin doa. Ia berharap Indonesia beserta bangsanya dan NU bersama warganya dirahmati Allah SWT.
"Mudah-mudahan Allah merahmati Indonesia, Allah merahmati NU, Allah merahmati warga NU, Allah merahmati bangsa Indonesia," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa NU harus berperan nyata, tidak bekerja seperti mengejar layangan putus yang hanya ikut beramai-ramai tanpa mendapatkan hasil.
"Kita harus memacu kinerja untuk mengawal kemenangan Indonesia karena di tengah tantangan sejarah berskala peradaban ini Indonesia harus menang supaya kita semua tetap berdaulat," katanya.
Adapun Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengingatkan agar pengurus NU dapat mendengar dan menaati keputusan organisasi.
"Oleh karena itu di beberapa tempat saya sampaikan, ismau athiu. Sampaikan sam'an wa thoatan karena itu pun sangat dipesankan Rasulullah SAW," katanya.
Menegaskan pernyataannya, Kiai Miftah mengutip Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 7, "Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah Dia ikatkan kepadamu ketika kamu mengatakan, “Kami mendengar dan kami menaati.” Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati."
"Janji Allah baiat kita, perjanjian kita, kalau diikuti dengan samina wa athona, ini kata Allah wadzkuru ni'matallah (ingatlah nikmat-nikmat Allah)," katanya.
Pilihan Editor: Cak Imin : NU dan Muhammadiyah Bersatu untuk AMIN, Tak Peduli Prabowo Didukung Jokowi