Kongres Penyintas Rezim Jokowi Serukan Tak Pilih Capres Pelanggar HAM

Selasa, 16 Januari 2024 14:50 WIB

Peresmian monumen perjuangan Warga Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo memperingati satu tahun pengepungan desa tersebut pada Rabu, 8 Februari 2023. Foto Dokumentasi Gempadewa

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 26 organisasi masyarakat sipil yang bergabung dalam Forum Cik Di Tiro – baik dari akademisi, aktivis, jurnalis – menggelar Kongres I Penyintas Rezim Presiden Jokowi di Yogyakarta, Senin, 15 Januari 2024.

Kongres dibuka di seberang jalan depan Kantor PP Muhammadiyah di Jalan Ahmad Dahlan. Tiga penyintas proyek strategis nasional (PSN) masa pemerintahan Jokowi – Susi Mulyani dari Wadon Wadas, Yusuf Bastiar dari Serikat Perempuan Kinasih dan Talabudin dari Wadas Melawan – mengawali dengan membacakan deklarasi Kongres Penyintas Rezim Jokowi secara bergantian.

Deklarasi berisi seruan kepada publik agar menempatkan kasus-kasus pelanggaran HAM sebagai pertimbangan dan sikap kritis warga negara dalam hajatan Pemilhan Presiden atau Pilpres 2024. Para penyintas berharap pelanggaran HAM yang telah terjadi dapat segera dituntaskan.

“Dan Pilpres menjadi pertimbangan untuk tidak memilih kandidat Presiden dan Wakil Presiden yang melakukan pelanggaran HAM atau membiarkan terjadinya pelanggaran HAM," kata Susi, warga Desa Wadas yang menjadi korban kebijakan PSN Bendungan Bener.

Kongres Penyintas juga menyerukan penguatan kembali prinsip-prinsip demokrasi, regenerasi kepemimpinan, pilpres yang jujur, adil, bebas nepotisme. Pemerintahan juga sepatutnya netral dan tidak mengintervensi penyelenggaraan Pemilu 2024. Kongres juga mengajak semua elemen masyarakat sipil untuk bersatu dalam jiwa, pikiran dan aksi untuk melawan tirani oligarki politik Jokowi yang melawan akal sehat publik.

Advertising
Advertising

“Kami meminta tokoh publik, pimpinan ormas, akademisi yang waras dan aktivis lintas sektor untuk bersama menyerukan penghentian rezim yang tamak kekuasaan ini, yang melanggar HAM, yang menerapkan politik dinasti,” kata Talabudin.

Peserta kongres mengenakan kostum serba hitam yang menjadi penanda kematian demokrasi. Kemudian mereka melakukan aksi long march menuju ke depan Istana Negara Gedung Agung di titik nol Malioboro Yogyakarta. Di sana dilakukan aksi tabur bunga oleh peserta aksi dan orasi di depan gerbang timur istana. Poster-poster bergambar wajah sosok yang ditutup dengan tulisan “Rezim Jokowi” diletakkan berjejer di bawah gerbang. Tiga papan bertuliskan “RIP Demokrasi” juga disertakan. Bunga-bunga mawar pun ditaburkan di atasnya.

Salah satu inisiator Forum Cik Di Tiro, Prof. Masduki menjelaskan, bahwa aksi tabur bunga itu adalah aksi keprihatinan atas demokrasi negeri ini yang tengah mengalami pembusukan. Bahkan pelakunya adalah bagian dari penguasa. Partai-partai politik sudah tak bisa diharapkan karena mengalami konflik kepentingan. Sementara perguruan tinggi sulit bersuara karena ada kontrol ketat dari penguasa.

“Yang mahal itu kebebasan berekspresi. Perguruan tinggi dan akademikus mengalami kematian nurani,” kata Masduki yang juga Guru Besar Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) itu saat diwawancara usai acara. Rencananya, Kongres Penyintas Rezim Jokowi juga akan digelar secara online agar bisa mencakup banyak penyintas dari berbagai daerah.

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid yang turut hadir dan berorasi pun membenarkan, bahwa demokrasi di Indonesia telah mati. Menurut dia, ada tiga indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas demokrasi di Indonesia, yaitu kebebasan kritis di ruang publik, oposisi di parlemen, dan sistem pemilu dimana ketiganya bermasalah.

“Mudah-mudahan matinya demokrasi di Indonesia hanya sementara. Karena kami punya kekuatan gerakan masyarakat sipil, yang tidak didasarkan pada kekuatan materiil, tapi kekuatan ideologi, ideliasme,” kata Usman.

Selama rezim Jokowi berkuasa, menurut catatan Usman, gerakan masyarakat sipil berhasil membendung usaha rezim yang ingin memperpanjang periode kekuasaan. Juga berhasil untuk menggagalkan upaya rezim untuk menghapus sistem Pemilu langsung.

“Kekuatan masyarakat sipil masih punya daya tahan yang luar biasa,” kata Usman yang juga Ketua Bidang Studi dan Advokasi Kebijakan Publik Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2022-2027.

Pilihan Editor: Kata Ganjar dan Mahfud Md soal Kemungkinan Isu Wadas Dibahas di Debat Cawapres

Berita terkait

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

36 menit lalu

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun ini dapat tercapai.

Baca Selengkapnya

Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ini Tujuannya

3 jam lalu

Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ini Tujuannya

Yustinus Prastowo mengatakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah memerintahkan Sri Mulyani berkomunikasi dengan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Dua Pernyataan Jokowi soal Pilkada: Tak Ajukan Percepatan serta Peluang Kaesang di Bekasi

3 jam lalu

Dua Pernyataan Jokowi soal Pilkada: Tak Ajukan Percepatan serta Peluang Kaesang di Bekasi

Apa kata Presiden Jokowi soal kepastian jadwal Pilkada hingga peluang orang-orang terdekat dalam pemilihan kepala daerah?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Diusulkan Jadi Calon Gubernur DKI Jakarta, Bagaimana Tanggapannya?

4 jam lalu

Sri Mulyani Diusulkan Jadi Calon Gubernur DKI Jakarta, Bagaimana Tanggapannya?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) DKI mengusulkan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Kondisi Rumah Murah Program Jokowi di Villa Kencana Cikarang: Banyak yang Terbengkalai

12 jam lalu

Kondisi Rumah Murah Program Jokowi di Villa Kencana Cikarang: Banyak yang Terbengkalai

Kondisi rumah murah program Jokowi di Villa Kencana Cikarang mayoritas terbengkalai dan tak berpenghuni

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM Masih Bahas Soal Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport

12 jam lalu

Kementerian ESDM Masih Bahas Soal Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport

Kementerian ESDM terus berkomunikasi dengan kementerian Keuangan untuk mengkaji arif bea keluar untuk ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

15 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Istana Sebut Pansel Calon Pimpinan KPK Diumumkan Bulan Ini

16 jam lalu

Istana Sebut Pansel Calon Pimpinan KPK Diumumkan Bulan Ini

Pansel KPK bertugas menyeleksi para calon pimpinan KPK sebelum diserahkan kepada DPR untuk melakukan tes uji kepatutan dan kelayakan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kumpulkan Prabowo hingga Panglima TNI Bahas Operasi Khusus Papua

16 jam lalu

Jokowi Kumpulkan Prabowo hingga Panglima TNI Bahas Operasi Khusus Papua

Jokowi mengumpulkan menteri dan kepala lembaga negara di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu siang. Bahan soal anggaran operasi khusus Papua.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Anggarkan Rp 355 Miliar untuk Bangun Taman Peringatan di Ibu Kota Nusantara

16 jam lalu

Pemerintah Anggarkan Rp 355 Miliar untuk Bangun Taman Peringatan di Ibu Kota Nusantara

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyebut taman peringatan di Ibu Kota Nusantara bisa jadi lokasi kunjungan tamu negara

Baca Selengkapnya