Kepala BNN Marthinus Hukom Sesumbar Miskinkan Bandar Narkoba

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Juli Hantoro

Jumat, 8 Desember 2023 14:58 WIB

Presiden Joko Widodo melantik Irjen Pol. Marthinus Hukom jadi Kepala Badan Narkotika Nasional di Istana Negara pada Jumat, 8 Desember 2023. TEMPO/Daniel A. Fajri

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional atau BNN Marthinus Hukom menyatakan tidak ada perubahan signifikan dalam pendekatannya memerangi narkoba. Eks Kadensus 88 ini mengatakan tugasnya paling utama adalah memutuskan mata rantai peredaran barang haram tersebut.

Marthinus dilantik jadi Kepala BNN di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat, 8 Desember 2023. Pengangkatan Marthinus sesuai dengan Keppres Nomor 182/TPA Tahun 2023 tentang pemberhentian Petrus Golose sebagai Kepala BNN.

Saat memberikan keterangan pers di Istana Negara pada Jumat, Marthinus mengatakan, mengenai peredaran narkoba ada tiga hal yang perlu jadi perhatian. Pertama adalah suplai, kedua demand, dan yang ketiga adalah dukungan keuangan.

“Tiga itu harus kita hentikan, kita miskinkan bandar-bandar narkoba tersebut,” kata Marthinus dalam keterangan persnya hari ini.

Marthinus menyatakan dirinya tidak mentoleransi keterlibatan anggota penegak hukum atau aparat mana pun dalam tindak pidana narkoba. Ia mengatakan telah berkomunikasi dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menyelesaikan masalah ini secara struktural. Menurutnya, kemungkinan dia juga akan menghubungi Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk membahas ini.

Advertising
Advertising

“Karena kita ketahui bahwa ketika struktur terlibat dalam peredaran narkoba, maka kekuatan jaringan itu akan semakin kuat,” kata Marthinus.

Sejak September 2023, Kabinet Jokowi sudah menggelar rapat terbatas mengenai penanganan narkoba di Tanah Air. Paling anyar para menteri berkumpul di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis, 12 Oktober 2023.

Pemerintah Jokowi menggelar rapat terbatas juga soal narkoba pada Senin, 11 September 2023, yang juga dihadiri menteri koordinator, Kapolri, dan Panglima TNI. Jokowi menyerukan supaya penegak hukum melakukan terobosan dalam menangani penyalahgunaan narkoba. Ia mengharapkan apa yang disebutnya sebagai kejahatan luar biasa itu bisa dikurangi.

Jokowi meminta agar rehabilitasi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan di fasilitas lain seperti di Resimen Induk Daerah Militer di setiap kota, sesuai saran dari Pangdam. Jokowi mencatat kapasitas bisa kurang lebih 300-500 rehab. Dia menyebut anggarannya masih perlu dibahas.

Mengenai pencegahan, Jokowi meminta dilakukan pengetatan pengawasan untuk pencegahan penyelundupan narkotika fokus di lima atau 10 besar provinsi yang narkobanya paling tinggi.

Berdasarkan data BNN, penyalahgunaan narkotika di Indonesia saat ini sebesar 1,95 persen atau 3,6 juta jiwa. Akibatnya, kapasitas di lembaga pemasyarakatan terus meningkat.

Pilihan Editor: Presiden Jokowi Lantik Marthinus Hukom jadi Kepala BNN

Berita terkait

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

32 menit lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

1 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

2 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?

2 jam lalu

Jokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?

Presiden Jokowi memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Permendag 36/2023tentang larangan pembatasan barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, Pengamat Sebut Hukuman Politik

7 jam lalu

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, Pengamat Sebut Hukuman Politik

Djarot mengatakan Jokowi dan Ma'ruf tidak diundang ke Rakernas PDIP lantaran keduanya sedang sibuk dan menyibukkan diri.

Baca Selengkapnya

Jokowi Revisi Aturan Impor agar Ribuan Kontainer Barang Tak Menumpuk di Pelabuhan, Ini Poin-poin Ketentuannya

7 jam lalu

Jokowi Revisi Aturan Impor agar Ribuan Kontainer Barang Tak Menumpuk di Pelabuhan, Ini Poin-poin Ketentuannya

Menteri Airlangga mengatakan ada beberapa poin dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 yang direvisi oleh Peresiden Jokowi. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Bos BPJS Kesehatan soal Penerapan Perbedaan Kelas Saat Ini: Mau-maunya Rumah Sakit Sendiri

8 jam lalu

Bos BPJS Kesehatan soal Penerapan Perbedaan Kelas Saat Ini: Mau-maunya Rumah Sakit Sendiri

Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan empat pengertian dari KRIS yang masih dibahas bersama dengan DPR dan lembaga terkait.

Baca Selengkapnya

Reaksi Istana hingga KSP Soal PDIP Tak Undang Jokowi dan Ma'ruf Amin ke Rakernas

8 jam lalu

Reaksi Istana hingga KSP Soal PDIP Tak Undang Jokowi dan Ma'ruf Amin ke Rakernas

Ali Ngabalin mengatakan Presiden Jokowi disibukkan dengan seabrek jadwal.

Baca Selengkapnya

Bahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi

15 jam lalu

Bahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi

Baleg DPR siapa menteri yang ditunjuk presiden untuk membahas RUU Kementerian Negara.

Baca Selengkapnya

Prabowo Akan Tambah Kementerian pada Kabinetnya, Faisal Basri: Menteri Sekarang Sudah Kebanyakan

16 jam lalu

Prabowo Akan Tambah Kementerian pada Kabinetnya, Faisal Basri: Menteri Sekarang Sudah Kebanyakan

Ekonom Faisal Basri mempertanyakan alasan pemerintahan Prabowo-Gibran berencana menambah sejumlah kementerian baru dalam kabinetnya mendatang.

Baca Selengkapnya