TEMPO Interaktif, Jakarta:Departemen Agama akan mengajukan klaim kepada Saudi Arabian Airlines akibat keterlambatan yang dialami dalam pengangkutan jamaah haji dari embarkasi Jakarta, Surabaya, dan Batam. Rencana itu diungkap Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Taufiq Kamil, dalam konferensi pers, di kantornya, Senin (27/1). Menurut Taufiq, dalam kontrak penerbangan haji disebutkan, apabila terjadi keterlambatan jadwal penerbangan, maka maskapai penerbangan diwajibkan memberi ganti rugi atau kompensasi kepada Departemen Agama sesuai dengan kesepakatan. Soal keterlambatan ini, Saudi Airlines jelas kena pinalti, katanya. Disinggung tentang tidak adanya pesawat cadangan milik Saudi Airlines, Taufiq menyatakan pihaknya sedang meniliti hal itu. Jika betul tidak ada pesawat cadangan, Saudi Airlines jelas menyalahi kontrak, tandasnya. Sementara, berdasar data SISKOHAT Departemen Agama, sampai dengan 27 Januari 2002, pukul 13.00 WIB, keterlambatan yang dialami penerbangan Saudi Airlines telah mencapai 23 kali. Keterlambatan paling parah terjadi pada kloter 36 JKS yang mengangkut jamaah asal Jawa Barat, yakni mencapai 12 jam. Rata-rata keterlambatan penerbangan Saudi Airlines 2-12 jam. Sedangkan keterlambatan penerbangan Garuda untuk musim haji tahun ini terjadi pada 15 penerbangan dari embarkasi Jakarta, Solo, Makassar, Balikpapan dan Banda Aceh. Rata-rata keterlambatan 5 menit sampai 1 jam. Pengamat masalah haji, Abdul Wahab Abdi, menyatakan untuk musim haji tahun ini penerbangan Garuda jauh lebih baik dibanding Saudi Arabian Airlines. Ia berharap agar Departemen Agama bertindak tegas terhadap maskapai tersebut. Sangsi kontrak harus diberlakukan dengan benar agar jamaah haji tak kecewa, ujarnya. (D.A Candraningrum - Tempo News Room)