Dari Kongres ke Kongres Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat

Rabu, 4 Oktober 2023 10:52 WIB

INFO NASIONAL - Di kalangan penutur bahasa Sunda, kata kongres diplesetkan menjadi ngawangkong teu beres-beres perbincangan yang tak pernah usai. Keratabasa tersebut menangkap persepsi awam tentang kongres. Pertemuan besar yang rutin dilaksanakan secara periodik tersebut memang membicarakan banyak hal yang seakan tiada habisnya dibahas pada setiap kongres. Demikian pula dengan Kongres Bahasa Indonesia yang tahun ini diselenggarakan untuk yang ke-12 kali.

Kongres Bahasa Indonesia yang pertama merupakan kongres yang diinisiasi oleh perseorangan, yaitu Raden Mas Soedirdjo Tjokrosisworo. Wartawan Soeara Oemoem tersebut menggagas kongres yang terlaksana di Solo pada 25—27 Juni 1938. Kongres ini mendapat perhatian dari berbagai media massa saat itu. De Indische Courant edisi 5 Juli 1938 memuat tulisan berjudul “Taal en Politiek”. Tulisan tersebut menyayangkan kuatnya aroma politik pada kongres tersebut. Tulisan tersebut mendukung ide pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa jurnalistik tetapi tetap harus bebas politik. Het Indische Volk edisi 15 Juli 1938 menulis hal yang senada. Di bawah judul “Een Indonesisch Taalcongres” koran organ ISDV tersebut berpendapat bahwa pemilihan kata “Bahasa Indonesia” dan fakta hanya ada satu linguis yang menjadi pemateri dalam kongres tersebut merupakan ciri jelas sifat politik dari sifat keilmuan pertemuan tersebut. Sebagai organ pergerakan, koran tersebut memahami bahwa cita-cita politik dan linguistik dapat hidup berdampingan, meskipun harus ada satu yang dominan dalam perjuangan tersebut.

Di tengah sentimen negatif dari pemerintah kolonial, Kongres Bahasa Indonesia yang pertama berhasil merumuskan sembilan putusan, antara lain: setuju mengambil kata-kata asing untuk ilmu pengetahuan, perlu penyusunan gramatika baru, perlu memperbaiki bahasa persuratkabaran, perlu pendirian Institut Bahasa Indonesia, dan perlu pendirian perguruan tinggi kesusastraan. Dua putusan terakhir telah terlaksana. Tiga putusan pertama merupakan isu yang selalu diangkat, dengan berbagai variasinya, dalam setiap kongres.

Kongres Bahasa Indonesia yang kedua diselenggarakan di Medan pada 28 Oktober—2 November 1954. Kongres ini juga monumental secara politis karena dibuka secara langsung oleh Presiden Sukarno. Sebagaimana dalam kongres pertama, beberapa pembicara menyampaikan preadvis. Isu kebahasaan dibagi menjadi lima isu yang dibahas dalam seksi ejaan dan tata bahasa, bahasa Indonesia dalam perundang-undangan dan administrasi, bahasa Indonesia dalam kuliah dan ilmu pengetahuan, bahasa Indonesia dalam hubungan masyarakat, dan bahasa Indonesia dalam hubungan internasional (pers dan radio).

Tampaknya pola tersebut kemudian menjadi pola umum dalam kongres-kongres selanjutnya. Putusan kongres selalu bertambah jumlahnya pada setiap kongres. Pembagian bidang atau seksi yang membahas isu kebahasaan juga semakin dinamis dan semakin kompleks. Dampaknya, berbagai putusan kongres yang semakin banyak tidak terkelola dengan baik.

Advertising
Advertising

Kongres Bahasa Indonesia memang merupakan kongres yang unik. Berbeda dengan kelaziman dalam kongres lain, kongres ini bukanlah merupakan kongres tempat lembaga kebahasaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya. Kongres ini membahas berbagai isu kebahasaan, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah kebahasaan, dan rekomendasi yang harus dilakukan oleh lembaga kebahasaan dan pihak yang terkait. Tidak semua rekomendasi itu juga mendapat evaluasi yang memadai. Sebagai contoh pada Kongres Bahasa Indonesia VI, tahun 1993, diusulkan pembentukan Badan Pertimbangan Bahasa sebagai mitra Pusat Bahasa saat itu. Rekomendasi itu belum dapat dilaksanakan, sehingga rekomendasi tersebut diulang pada Kongres Bahasa Indonesia VII, tahun 1998, dan Kongres Bahasa Indonesia VIII, tahun 2003.

Sudah saatnya pembaharuan dilakukan bukan hanya pada masalah kebahasaan, melainkan juga pada kongres itu sendiri. Isu-isu kebahasaan sudah dibahas pada ratusan seminar yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga. Harus ada pembedaan format dan isi antara seminar atau forum ilmiah kebahasaan dan kongres bahasa. Tahun ini inovasi dilakukan antara lain melalui kegiatan Kelas Mahir Leksikografi dan Kelas Mahir Linguistik Forensik. Kongres selanjutnya inovasi lain harus dilakukan. Mungkin kita perlu juga menapaktilasi semangat Kongres Bahasa Indonesia I dengan menempatkan cita-cita bahasa kembali sejajar dengan cita-cita politik, sehingga isu bahasa tidak terpinggirkan dan hanya dipolitisasi ketika bernilai politik tinggi.

Kongres memang tidak akan usai. Kongres masih harus tetap ada untuk menjaga nalar dan kewarasan dalam pengelolaan isu kebahasaan. Selamat berkongres.(*)

Berita terkait

Bamsoet Kembali Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan

4 jam lalu

Bamsoet Kembali Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan

Bambang Soesatyo mendorong agar kualitas pendidikan di Indonesia terus ditingkatkan. Baik melalui perbaikan kurikulum ataupun peningkatan kapabilitas pengajar atau guru.

Baca Selengkapnya

Telkomsel Pastikan Akses Jaringan Broadband dalam WWF 2024

5 jam lalu

Telkomsel Pastikan Akses Jaringan Broadband dalam WWF 2024

Telkomsel telah memastikan kesiapan infrastruktur terdepan untuk mendukung kenyamanan aktivitas komunikasi dan pengalaman digital seluruh perwakilan delegasi World Water Forum 2024 dengan mengoptimalkan kapasitas dan kualitas jaringan dari 4G hingga 5G di 344 site eksisting.

Baca Selengkapnya

Mentan Sambut Baik Kelompok Tani Mahasiswa

5 jam lalu

Mentan Sambut Baik Kelompok Tani Mahasiswa

Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), membentuk kelompok tani mahasiswa sebagai ujung tombak masa depan bangsa yang harus memiliki konsen terhadap sektor pertanian.

Baca Selengkapnya

Nikson Nababan Siap Maju Pilgub Sumut

5 jam lalu

Nikson Nababan Siap Maju Pilgub Sumut

10 tahun memimpin Taput dengan prinsip clean government, Nikson Nababan berniat maju hanya untuk kesejahteraan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Taman Ismail Marzuki Gelar TIM Art Fest

5 jam lalu

Taman Ismail Marzuki Gelar TIM Art Fest

PT Jakarta Propertindo (Perseroda) (Jakpro) berkomitmen menjadikan TIM sebagai salah satu pusat seni dan budaya terbesar di Indonesia dan menjadikannya landmark penting dalam industri seni dan budaya nasional

Baca Selengkapnya

Nikson Nababan Daftar Bakal Calon Gubernur Sumut ke PPP

6 jam lalu

Nikson Nababan Daftar Bakal Calon Gubernur Sumut ke PPP

Nikson Nababan mengatakan, dirinya mengharapkan dukungan dari PPP.

Baca Selengkapnya

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

6 jam lalu

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menggandeng Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) untuk mengembangkan ekosistem pendidikan di Kabupaten Kediri.

Baca Selengkapnya

PNM Peduli Serahkan Sumur Bor untuk Warga Indramayu

6 jam lalu

PNM Peduli Serahkan Sumur Bor untuk Warga Indramayu

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui aksi PNM Peduli kembali menggelar kegiatan sebagai bentuk tanggung jawan sosial dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Tegaskan Hukum Harus Adaptif Terhadap Dinamika Zaman

6 jam lalu

Bamsoet Tegaskan Hukum Harus Adaptif Terhadap Dinamika Zaman

Norma hukum yang dianggap ideal pada hari ini, bisa jadi dipandang memiliki banyak celah di masa depan, sehingga harus disesuaikan, direvisi atau bahkan diganti.

Baca Selengkapnya

Lembaga Demografi FEB UI Rilis Hasil Studi Mengenai Kontribusi Penetrasi Internet Telkomsel

8 jam lalu

Lembaga Demografi FEB UI Rilis Hasil Studi Mengenai Kontribusi Penetrasi Internet Telkomsel

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) meluncurkan hasil studi komprehensif bertajuk 'Kontribusi Penetrasi Internet Telkomsel Terhadap Perekonomian Indonesia'.

Baca Selengkapnya