Pasca Peristiwa G30S 1965, Apa Langkah Sukarno, Soeharto, DN Aidit, dan Pemimpin Rusia Leonid Brezhnev?

Selasa, 3 Oktober 2023 09:56 WIB

Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S merupakan salah satu bab kelam dalam sejarah Indonesia yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam perjalanan bangsa ini. Setelah peristiwa tersebut, berbagai peristiwa dan kebijakan penting terjadi yang membentuk arah politik dan sosial Indonesia.

Setelah peristiwa tersebut, literatur propaganda anti-PKI mulai banyak beredar di masyarakat. Banyak pihak menuding PKI sebagai dalang peristiwa percobaan "kudeta" tersebut. Propaganda ini mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap PKI dan berkontribusi pada stigma negatif yang melekat pada partai tersebut.

Pengambilalihan Sarana Komunikasi oleh PKI

Setelah pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI berhasil menguasai dua sarana komunikasi vital. Dikutip dari artikel ilmiah Universitas Pendidikan Ganesha berjudul Ladang Hitam Pasca Peristiwa Gerakan 30 September 1965, salah satu yang diamnbil alih adalah studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan.

Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman terkait Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota "Dewan Jenderal" yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.

Advertising
Advertising

Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, terjadi pembunuhan beberapa perwira TNI AD, termasuk Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono, yang diculik pada 1 Oktober 1965. Mereka dibunuh karena menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi yang terbentuk pasca G30S.

Perpindahan Presiden Sukarno

Presiden Sukarno dan Sekretaris Jenderal PKI, Aidit, merespons pembentukan Dewan Revolusi dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Langkah ini menggambarkan ketegangan politik pasca G30S.

Pada 6 Oktober 1965, Presiden Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "Persatuan nasional," yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, serta penghentian kekerasan. Ini mencerminkan usaha untuk meredakan ketegangan dan konflik pasca G30S 1965.

Dukungan dari Uni Soviet

Pemimpin Uni Soviet seperti Leonid Brezhnev, Mikoyan, dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Presiden Sukarno. Mereka menyatakan dukungan terhadap upaya Sukarno untuk menjaga ketenangan dan menghindari kekacauan.

Kemudian pada 16 Oktober 1965, Presiden Sukarno melantik Mayjen Suharto sebagai Menteri atau Panglima Angkatan Darat. Hal ini merupakan langkah awal menuju perubahan kekuasaan yang akan terjadi di kemudian hari.

Di samping itu, menurut kominfosandi.kamparkab.go.id, pasca G30S 1965, terjadi pembantaian massal terhadap anggota dan pendukung PKI, serta orang-orang yang dituduh sebagai komunis. Ratusan ribu orang dipenjarakan di kamp-kamp tahanan, tanpa adanya persidangan. Pembantaian ini terutama terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Peristiwa pasca G30S mencerminkan masa transisi penting dalam sejarah Indonesia menuju Orde Baru. Pembantaian dan penahanan massal serta perubahan kekuasaan yang terjadi membentuk lanskap politik dan sosial Indonesia dalam beberapa tahun berikutnya.

Tragedi kemanusiaan ini juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi generasi muda Indonesia tentang pentingnya perdamaian, persatuan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Pilihan Editor: Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1865, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Berita terkait

Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

1 menit lalu

Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

Dian Andriani merupakan perempuan pertama yang mencapai pangkat Mayjen TNI AD di Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Baca Selengkapnya

Satgas Yonif 509 Kostrad Lakukan Koteka Barbershop di Wilayah Intan Jaya Papua, Apa Tugas dan Fungsi Utama Kostrad?

1 hari lalu

Satgas Yonif 509 Kostrad Lakukan Koteka Barbershop di Wilayah Intan Jaya Papua, Apa Tugas dan Fungsi Utama Kostrad?

Calon suami Ayu Ting Ting dan Satgas Yonif 509 Kostrad melakukan program Koteka Barbershop. Apa tugas dan fungsi utama Kostrad?

Baca Selengkapnya

Catatan Jual-Beli Amunisi Anggota TNI-Polri dan KKB di Papua

2 hari lalu

Catatan Jual-Beli Amunisi Anggota TNI-Polri dan KKB di Papua

Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Faizal Ramadhani akui ada anggota TNI-Polri jual amunisi ke KKB. Berikut beberapa kasusnya.

Baca Selengkapnya

Berakhirnya Kerusuhan Mei 1998, Lengsernya Soeharto Lahirnya Reformasi

2 hari lalu

Berakhirnya Kerusuhan Mei 1998, Lengsernya Soeharto Lahirnya Reformasi

Pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan, menjadi tanda mulainya era reformasi.

Baca Selengkapnya

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

3 hari lalu

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 merupakan peristiwa berdarah menjelang reformasi. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak di dalam kampus.

Baca Selengkapnya

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

5 hari lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

5 hari lalu

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Aksi mahasiswa UI menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto. Berikut berbagai peristiwa mengiringi Reformasi 1998.

Baca Selengkapnya

Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

5 hari lalu

Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

Lahirnya reformasi 21 Mei 1998 tidak terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi sebelumnya yang diwarnai darah tumpah termasuk Tragedi Trisakti.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Sukarno Bukan Milik Satu Partai, Apa Tanggapan PDIP?

5 hari lalu

Prabowo Sebut Sukarno Bukan Milik Satu Partai, Apa Tanggapan PDIP?

Basarah menganggap pernyataan Prabowo itu membuktikan keberhasilan PDIP mengembalikan status, peran, dan nama baik Sukarno.

Baca Selengkapnya

Sindiran Sukarno Bukan Milik Satu Partai Bisa jadi Batu Sandungan Pertemuan Prabowo dan Megawati

6 hari lalu

Sindiran Sukarno Bukan Milik Satu Partai Bisa jadi Batu Sandungan Pertemuan Prabowo dan Megawati

Pernyataan Prabowo bisa menjadi hambatan psikologi politik yang serius di kemudian hari, untuk menjalin hubungan dengan Megawati.

Baca Selengkapnya