Mengenang AH Nasution, Orang Kuat Kedua di TKR Sesudah Jenderal Soedirman

Rabu, 6 September 2023 16:59 WIB

Jenderal AH Nasution. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 6 September 2000 Jenderal Agung TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution atau AH Nasution tutup usia. Jenderal Nasution merupakan satu diantara tiga jenderal Indonesia yang dianugerahi Jenderal Agung Bintang Lima. Ia juga dikenal sebagai Jenderal yang selamat dari peristiwa G30S sekaligus peletak dasar perang gerilya di Indonesia.

AH Nasution lahir di Kotanopan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918. Anak dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis ini menempuh pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Setelah lulus pada 1932, ia melanjutkan pendidikan menengah dan lulus pada 1935.

AH Nasution kemudian pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah guru. AH Nasution lalu meneruskan pendidikannya di Algemeene Middelbare School bagian B di Jakarta dan lulus pada 1938. Setelahnya, AH Nasution menjadi pengajar di Bengkulu dan Palembang.

Sebelum bergabung dengan militer Indonesia, AH Nasution sudah mengenyam pelatihan militer. Dikutip dari p2k.unkris.ac.id, kala itu, dirinya bergabung di korps perwira cadangan di bawah pemerintah Kolonial Belanda. Bahkan dirinya sempat diangkat menjadi kopral pada 1940. Ia juga dibaiat menjadi perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL). Sekaligus menolong milisi PETA yang diproduksi oleh penjajah Jepang.

Setelahnya, AH Nasution bergabung dengan militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada Mei 1946, Ia diangkat sebagai Panglima Regional Divisi Siliwangi. Dalam posisi ini, Nasution mengembangkan teori perang teritorial pertahanan tentara nasional Indonesia di masa depan.

Advertising
Advertising

Karir militernya kian menanjak. Pada 1948 Nasution diangkat menjadi Wakil Panglima TKR. Penunjukan ini membuat Nasution menjadi orang paling kuat kedua di TKR sesudah Jenderal Soedirman. Ia juga memutuskan mengakhiri pemberontakan komunis di Madiun.

Selain itu, Nasution sempat diamanahkan menjadi Komandan Angkatan Darat dan Teritorial Jawa era Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Kemudian didapuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Pada 1950.

Namun, karir nasution sempat pupus usai protes keikutsertaan DPR dalam restrukturisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Bersama Simatupang, mereka harus kehilangan posisi di ABRI dan diberhentikan dari ikatan dinas pada Desember 1952.

Tiga tahun setelahnya, karier Nasution memuncak lagi. Dirinya dinaikkan kembali menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Lalu dinaikkan menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan di Kabinet Soekarno.

Disamping itu, A.H. Nasution atau kerap dipanggil Pak Nas dikenal sebagai penggagas Dwifungsi ABRI. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dirinya juga menjadi peletak dasar perang gerilya yang dituangkan dalam buku "Strategy of Guerrilla Warfare". Buku tersebut pun menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara termasuk di sekolah elite bagi militer dunia, West Point Amerika Serikat (AS).

Masa Orde Baru merupakan akhir dari karier Nasution. Dirinya yang dielu-elukan era Soekarno disingkirkan oleh Soeharto. Bahkan dirinya dilarang berbicara di Seskoad dan Akademi Militer. AH Nasution juga dipensuinkan dini pada usai 53 tahun. Kejatuhan karier Nasution secara drastis tersebut membuatnya mendapatkan julukan sebagai Gelandangan Politik.

Selama berkarier di dunia militer, Nasution sempat mengemban beberapa jabatan strategis. Dinukil dari tni.mil.id, Nasution pernah menjabat sebagai Kepala Staf Komandemen I/Jawa Barat, Tentara Keamanan Rakyat, Komandan Divisi I/Jawa Barat, Panglima Divisi III TKR Panglima Divisi I/SIliwangi, dan Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. Lalu menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang/Kepala Staf Operatif, Panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD), Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD), dan Kepala Staf A.D. (KSAD).

Selain berkarier di militer, AH Nasution juga menjabat di ranah politik era kabinet Kerja dan Dwikora. Antara lain Menteri Keamanan Pertahanan, Menteri Keamanan Nasional sekaligus Wakil Panglima Besar, Wakil Menteri Pertama/Koordinator bidang Pertahanan-Keamanan, Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

KHUMAR MAHENDRA I NAOMY AYU NUGRAHENI

Pilihan Editor: Jenderal Besar AH Nasution, Konseptor Taktik Perang Gerilya yang Lolos dari G30S

Berita terkait

Berakhirnya Kerusuhan Mei 1998, Lengsernya Soeharto Lahirnya Reformasi

3 hari lalu

Berakhirnya Kerusuhan Mei 1998, Lengsernya Soeharto Lahirnya Reformasi

Pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan, menjadi tanda mulainya era reformasi.

Baca Selengkapnya

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

4 hari lalu

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 merupakan peristiwa berdarah menjelang reformasi. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak di dalam kampus.

Baca Selengkapnya

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

6 hari lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

6 hari lalu

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Aksi mahasiswa UI menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto. Berikut berbagai peristiwa mengiringi Reformasi 1998.

Baca Selengkapnya

Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

6 hari lalu

Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

Lahirnya reformasi 21 Mei 1998 tidak terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi sebelumnya yang diwarnai darah tumpah termasuk Tragedi Trisakti.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Sukarno Bukan Milik Satu Partai, Apa Tanggapan PDIP?

6 hari lalu

Prabowo Sebut Sukarno Bukan Milik Satu Partai, Apa Tanggapan PDIP?

Basarah menganggap pernyataan Prabowo itu membuktikan keberhasilan PDIP mengembalikan status, peran, dan nama baik Sukarno.

Baca Selengkapnya

Sindiran Sukarno Bukan Milik Satu Partai Bisa jadi Batu Sandungan Pertemuan Prabowo dan Megawati

7 hari lalu

Sindiran Sukarno Bukan Milik Satu Partai Bisa jadi Batu Sandungan Pertemuan Prabowo dan Megawati

Pernyataan Prabowo bisa menjadi hambatan psikologi politik yang serius di kemudian hari, untuk menjalin hubungan dengan Megawati.

Baca Selengkapnya

Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

8 hari lalu

Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno. Apa kata PDIP dan pengamat?

Baca Selengkapnya

Disebut Berbaur dengan Warga Saat Kontak Senjata, TPNPB OPM: Kami Kan Perang Gerilya

8 hari lalu

Disebut Berbaur dengan Warga Saat Kontak Senjata, TPNPB OPM: Kami Kan Perang Gerilya

TPNPB-OPM, menjelaskan soal penyerangan markas Kepolisian Sektor Homeyo di Distrik Homeyo, Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua Tengah, sebagai perang gerilya.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sindir Ada Partai Ngaku-ngaku Memiliki Bung Karno, Begini Menurut Pengamat Politik

8 hari lalu

Prabowo Sindir Ada Partai Ngaku-ngaku Memiliki Bung Karno, Begini Menurut Pengamat Politik

Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno.

Baca Selengkapnya