Mengenang 42 Tahun Buya Hamka Berpulang, Ini Saat Terakhir Ketua MUI dan Penulis Di Bawah Lindungan Ka'bah

Selasa, 25 Juli 2023 10:01 WIB

Buya Hamka, Jakarta, 1981. Dok.TEMPO/Ed Zoelverdi

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik nama asli Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka dengan gelar Datuk Indomo lahir pada 17 Februari 1908 di Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam, Sumatra Barat. Sosok yang akrab disapa Buya Hamka ini merupakan seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Abdul Karim Amrullah dan Safiyah. Mengikuti kepindahan orang tuanya ketika masih kecil, ia juga pindah ke Padang Panjang.

Merujuk muhammadiyah.or.id, di Padang Panjang, Buya Hamka belajar di sekolah desa dan mengikuti kelas sore di sekolah agama pada 1916. Saat berumur 10 tahun, ayahnya mendirikan Sumatra Thawalib di Padang Panjang dan memasukkannya ke sekolah tersebut sehingga lebih bisa mempelajari ilmu agama dan bahasa serta mendalami kitab-kitab klasik.

Selain mendapatkan ilmu dari sekolah formal, Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diajarkan oleh ulama terkenal. Ia juga memiliki hobi membaca yang membuatnya menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan politik.

Pada akhir 1924, ketika berusia 16 tahun, Hamka merantau ke Yogyakarta dan mulai belajar pergerakan Islam modern kepada beberapa tokoh, seperti H.O.S Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, dan R.M Soerjopranoto. Kemudian, pada 1925, ia pulang ke Maninjau dengan membawa semangat dan wawasan baru tentang Islam yang dinamis. Pada tahun tersebut pula, secara aklamasi, ia dipilih sebagai Ketua MUI.

Pada 1927, Hamka memulai karier sebagai guru agama di Perkebunan Tebingtinggi dan menjadi wartawan di beberapa surat kabar. Ia juga aktif di dunia politik yang ditandai dengan kontribusinya dalam Sarekat Islam (SI) sebagai ketua umum. Lalu, pada 1928, ia dipercaya sebagai ketua cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Ia juga menjabat menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar pada 1931.

Advertising
Advertising

Melalui kemampuannya dalam menulis, Hamka memberi sumbangan untuk sastra Indonesia melalui karyanya, seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dengan keahlian bahasa Arabnya yang tinggi, ia juga dapat meneliti karya-karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah, seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, dan Abbas Al-Aqqad. Melalui bahasa Arab, ia juga meneliti karya sarjana Perancis, Inggris, dan Jerman, seperti Albert Camus, Karl Marx, dan Sigmund Freud.

Mengacu p2k.stekom.ac.id, pada 1981, usai mengundurkan diri sebagai Ketua MUI, kesehatan Hamka menurun. Mengikuti anjuran dokter, ia dirawat inap di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Pada hari keenam dirawat, ia sempat menunaikan salat Dhuha dengan bantuan sang putri untuk bertayamum.

Lalu, siang harinya, dokter menyatakan bahwa ia berada dalam keadaan koma karena ginjal, paru-paru, dan saraf sentralnya sudah tidak berfungsi lagi. Kondisinya hanya bisa dipertahankan dengan alat pacu jantung. Lalu, pada 24 Juli 1981, pukul 10.37 WIB dalam usia 73 tahun, keluarga sepakat mencabut alat pacu jantung, lalu tidak lama setelah itu, Hamka menembuskan napas terakhirnya.

Jenazah Buya Hamka disemayamkan di rumahnya di Jalan Raden Fatah III yang didatangi banyak pelayat sebagai bentuk penghormatan terakhir, antara lain Soeharto, Adam Malik, dan Emil Salim. Lalu, jenazah disalatkan di Masjid Al Azhar, sebelum akhirnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Prosesi pemakaman tersebut dipimpin oleh Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara.

Pilihan Editor: Jusuf Hamka yang Tagih Utang kepada Pemerintah Adakah Hubungan Kekerabatan dengan Buya Hamka?

Berita terkait

Begini Cara Umat Islam Indonesia Berangkat Haji Zaman Dulu

12 jam lalu

Begini Cara Umat Islam Indonesia Berangkat Haji Zaman Dulu

Bagaimana perjalanan umat muslim Nusantara dahulu berangkat ke Mekah untuk menjalankan ibadah haji?

Baca Selengkapnya

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

2 hari lalu

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

9 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

12 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

13 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

18 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

18 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

SETARA Institute Minta Polda Metro Jaya Terapkan Restorative Justice atas Laporan Penistaan Agama oleh Gilbert Lumoindong:

18 hari lalu

SETARA Institute Minta Polda Metro Jaya Terapkan Restorative Justice atas Laporan Penistaan Agama oleh Gilbert Lumoindong:

Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasan menyebut seharusnya polisi mengabaikan dan tidak menindaklanjuti laporan terhadap Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

MUI: Semua Pihak Harus Ikhlas dan Legowo terhadap Putusan MK

18 hari lalu

MUI: Semua Pihak Harus Ikhlas dan Legowo terhadap Putusan MK

Sebelumnya MK menolak seluruh permohonan sengketa pilpres 2024 dadi Kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan kubu Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

Baca Selengkapnya

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

20 hari lalu

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya