"Kami takut gajah-gajah tersebut masuk kembali, jadi terpaksa secara bergantian melakukan ronda, baik siang mau pun malam, kata Usman Toyib, 34 tahun, warga Desa Bukitpemuatan, kepada Tempo, Minggu (3/5).
Akibat ulah sedikitnya 30 ekor gajah yang meransek ke kebun warga setempat sejak sepekan lalu, sedikitnya 128 hektare kebun kelapa sawit menjadi rusak dan rata dengan tanah. Kawanan gajah itu, dengan beringas mencabut dan memakan daun muda sawit warga.
Kamal Anwar, Camat Seraiserumpun, membenarkan jika warganya masih terus melakukan ronda secara bergiliran untuk menjaga kebun mereka. "Walau dianggap kurang efektif, namun langkah ini yang baru bisa warga lakukan. Bila gajah itu datang warga secara bersama-sama mengusirnya keluar dari kawasan kebun", ujarnya.
Menurut Kamal, kejadian seperti ini sudah lama dan sering terjadi sejak tahun 2002 lalu. Kawaan gajah ini berasal dari Taman Nasional Bukit Tigapuluh, sebagai habitat asli binatang berbelali ini, memang letaknya dekat dengan pemukiman warga setempat. "Bila pemerintah daerah tidak melakukan langkah tepat, maka kami akan selalu mengalami kerugian", kata Tholib, 42 tahun, salah seorang warga Desa Sukuturjaya.
SYAIPUL BAKHORI