Masih Ingat Tragedi Trisakti 25 Tahun Lalu? Begini Kejadian yang Menewaskan 4 Mahasiswa Universitas Trisakti

Jumat, 12 Mei 2023 14:18 WIB

Mahasiswa dengan foto korban tragedi Mei mengikuti Peringatan 18 Tahun Tragedi 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 2016. Kegiatan tersebut untuk mengenang kembali empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas dalam aksi memperjuangkan reformasi. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Aksi demonstran menuntut Soeharto turun pada 12 Mei 1998 ditanggapi represif oleh aparat. Akibatnya, puluhan pedemo luka-luka dan empat lainnya tewas. Peristiwa itu dikenang dengan nama Tragedi Trisakti.

Ada 15 orang ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus ini. Enam di antaranya divonis hukuman 2 sampai 10 bulan penjara pada 1998 dan 1999. Sementara sembilan lainnya didakwa pada 2002. Mereka dijebloskan ke penjara 2 sampai 3 tahun. Hukuman itu amat ringan dibandingkan empat nyawa yang hilang mahasiswa Universitas Trisakti itu.

Korban tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Beberapa bagian vital tubuh mereka yakni kepala, tenggorokan, dan dada terluka parah. Luka itu diduga akibat peluru tajam yang digunakan oleh aparat.

Kapolri saat itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo, membantah pasukannya menggunakan peluru tajam dalam operasi pengamanan. Tetapi penyelidikan di lapangan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF berkata sebaliknya. Korban memang tewas karena tembakan peluru tajam.

Rentetan kejadian Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998

Advertising
Advertising

Melansir Majalah Tempo edisi Senin, 4 Februari 2008, tragedi bermula ketika ribuan massa berkumpul di halaman parkir Universitas Trisakti pukul 11 pagi, 12 Mei 1998. Ada guru besar, dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni. Mereka meriung sembari menantikan orasi mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul Haris Nasution.

Beranjak siang, aliran manusia kian deras. Hawa mulai menghangat tatkala 5.000-an mahasiswa bergantian memekikkan yel-yel. “Turunkan harga sembako! Reformasi politik! Mundurlah Soeharto!” Namun Abdul Haris batal datang. Anak-anak muda kemudian melanjutkan aksi berjalan kaki ke gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta Pusat. Jaraknya 10 kilometer lebih dari Kampus Trisakti di Grogol, Jakarta Barat.

Saat itu tengah hari, sekitar pukul 12.00 WIB. Baru 100-an meter keluar dari kampus, pasukan Pengendali Massa Polres Jakarta Barat, Korps Brimob Polda Metro Jaya, dan Pasukan Anti-Huru-Hara Resimen Induk Kodam Jaya menghadang barisan. Wakil mahasiswa, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo, dan Komandan Kodim Jakarta Barat, Letkol (Inf.) Amril Amin, kemudian berunding.

Rembuk itu menghasilkan aksi damai hanya sampai di depan kantor lama Wali Kota Jakarta Barat. Kurang lebih 300 meter dari kampus, Adi menemui mahasiswa seusai berembuk. “Saya minta kalian berjanji tidak ada aksi kekerasan di tempat ini,” ujarnya, disambut tepuk tangan mahasiswa. Aksi berjalan tertib. Sesekali mahasiswa bercanda dengan aparat keamanan, membagikan minuman kemasan, permen, dan bunga mawar.

Sekitar pukul 16.30 WIB, aparat meminta aksi dibubarkan dan mahasiswa diminta mundur ke kampus. Sempat terjadi ketegangan. Menurut saksi dari mahasiswa, ketika mereka bergerak ke kampus, ada yang melontarkan kata-kata kotor dan makian. Seorang saksi mengatakan, sepertinya polisi sengaja memancing kemarahan mahasiswa.

Tiba-tiba dentuman senapan mengoyak udara petang hari. Mahasiswa kocar-kacir, apalagi belum semuanya masuk ke kampus. Kampus yang merupakan inner sanctum atau wilayah suci tak diindahkan oleh aparat. Berondongan senjata tak berkeputusan ke arah kampus, berlangsung hampir tiga jam. Ratusan orang terluka. Empat mahasiswa gugur akibat peluru tajam.

Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM Trisakti, Semanggi 1, dan Semanggi II Punya catatan sendiri soal tragedi ini. Tak hanya menembak, aparat juga menyerang, memukul, menendang, dan melepaskan gas air mata ke mahasiswa Trisakti. Baik yang berlindung di kantor lama Wali Kota Jakarta Barat maupun yang telah kembali ke kampus.

Oditur militer kemudian mendakwa Komandan Unit II Patroli Motor Gegana Brimob, Iptu Erick Kadir Sully. Dia bersama 10 anggota Brimob ditugasi ke Polres Jakarta Barat pada hari itu. Sekitar pukul 13.30 WIB, seperti yang tercantum dalam dakwaan oditur, datang panggilan dari Wakil Kepala Polres Jakarta Barat, Mayor Herman Hamid.

Kapolres meminta mereka segera ke depan kantor wali kota untuk menghadang mahasiswa yang bergerak ke DPR/MPR. Saat itulah Erick, lagi-lagi menurut dakwaan oditur, memerintahkan anak buahnya yang bersenjata Styer kaliber 5,56 menembak ke arah massa. Pada 12 Agustus 1998 dua anggota Brimob dihukum 34 bulan penjara. Menyusul empat lainnya dengan vonis serupa pada 31 Maret 199.

Namun para jenderal yang menjadi otak operasi itu masih bebas merdeka, tak tersentuh sampai kini. Rencananya, mereka akan diadili di pengadilan hak asasi manusia pada tahap berikutnya. Faktanya, mereka hanya “dikenang” dalam ritual tahunan 12 Mei, tatkala mahasiswa menagih utang keadilan bagi nyawa empat anak muda yang mati terlalu dini.

Selanjutnya: Dekan Universitas Trisakti menangis mengenang....

<!--more-->

Kesaksian Mantan Wakil Dekan Universitas Trisakti Heru P Sanusi

Pada 2018 lalu, peringatan 20 tahun reformasi kembali mengingatkan Heru P Sanusi atas tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Air matanya mengalir kala mengenang peristiwa pahit itu. Matanya menerawang jauh ke masa dua dekade silam itu. “Sudah belasan tahun berlalu masih begini, selalu terbawa emosi,” ujar Heru kepada Tempo, Kamis, 3 Mei 2018.

Heru pun menceritakan kembali peristiwa berdarah itu. Hari menjelang petang. Mahasiswa berjaket biru yang berunjuk rasa sejak pagi masih bertahan di Jalan Raya S Parman, Grogol. Padahal polisi sudah mengultimatum agar mahasiswa bubar menjelang sore. “Memang waktu itu kami diultimatum oleh aparat harus mengosongkan lokasi pukul 17.00 WIB,” cerita Heru.

Sebagian mahasiswa bergeming. Mereka masih bertahan di jalan. Sebagian besar dari mahasiswa yang bertahan itu, kata dia, adalah dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Untuk itu, Dekan kedua fakultas saat itu, Khaeruman dan Ady Andojo, lantas berorasi meminta mahasiswa kembali ke kampus. Malapetaka dimulai ketika seorang alumni Trisakti yang diduga bernama Mashud, ikut meminta mahasiswa bubar.

Rupanya mahasiswa mengira Mashud adalah intelijen. Kala itu isu intel yang ada digerakan mahasiswa memang kencang. Mahasiswa yang marah lantas mengejar Mashud yang lari ke arah petugas kepolisian. Melihat mahasiswa datang ke arah mereka, para petugas, kata Heru, kembali bangkit. Dari peristiwa itulah kemudian aparat menyerbu mahasiswa. Mahasiswa lalu tunggang langgang kembali ke dalam kampus. “Saya di lapangan ikut lari juga karena takut lah,” kata Heru.

Meski berlari kembali ke kampus, Heru mengatakan mahasiswa masih saling ledek dengan aparat. Saat itu, kata dia, petugas sudah melepaskan tembakan ke arah mahasiswa. Pada awalnya, menurut Heru, mahasiswa tak terlalu takut. Mereka mengira tembakan yang dilepaskan hanya menggunakan peluru karet. Tembakan itu terus menghujani Kampus Trisakti, kata Heru, hingga kemudian gas air mata juga ikut dilemparkan ke dalam kampus. “Saat itu tetap masih ledek-ledekan,” ujar Heru.

Setelah masuknya gas air mata, ia menuturkan keadaan mulai mencair lantaran massa merasa matanya mulai pedih. Tapi suasana mencekam terasa saat Heru berjalan dari pintu gerbang ke arah Gedung Otorita Kampus yang berjarak sekitar 100 meter. Saat itu melihat seorang mahasiswa tergeletak. Tanpa pikir panjang dia mengangkat tubuh mahasiswa itu.

Heru membawanya ke ruangan Otorita dan meletakkannya di meja. Saat itu dia melihat darah mengalir deras dari leher sang mahasiswa yang saat itu belum ia ketahui namanya. Tubuh mahasiswa itu mengejang. “Di situ saya merasa bersalah,” ujar Heru yang kemudian terdiam menahan emosi. “Karena kan itu tanggung jawab saya ya, dia mahasiswa saya.”

Heru mengatakan, ia sempat kehilangan tubuh mahasiswa tersebut setelah sempat meninggalkannya sendiri di dalam ruangan karena hendak mencari ambulans. Saat itulah Wakil Dekan itu mendengar desing peluru yang mengenai dinding kampus. Dia yakin bukan peluru karet yang ditembakkan ke arah kampus. Melainkan peluru tajam. “Saya yakin,” ujar dia. Mahasiswa yang belakangan diketahui sebagai Hendriawan Sie itu ternyata dibawa ke Rumah Sakit Sumber Waras.

Heru yang berusaha menemukan Hendriawan mengejar ke rumah sakit itu. Ia sempat kesulitan keluar kampus karena aparat menjaga ketat kampus itu di luar. “Marinir ada, baju hijau juga, dikepung kampus, mau keluar juga takut, “ kata Heru. Ia pun memutar otak agar bisa keluar kampus dan menuju rumah sakit untuk mencari Hendriawan. Heru melompat pagar kampus yang menghadap Jalan Kyai Tapa.

Dia mencoba menyelinap membaur dengan masyarakat yang kala itu sedang menonton peristiwa itu. Ia lalu jalan kaki menuju RS Sumber Waras. Setiba di Sumber Waras, Heru melihat kesibukan dokter yang luar biasa di unit gawat darurat. Saat itu banyak mahasiswa terluka yang tengah dirawat. Namun ia tak menemui tubuh mahasiswa yang ditolongnya tadi.

Pencarian Heru berakhir di sebuah ruangan yang bersebelahan dengan Unit Gawat Darurat. Dua jasad mahasiswa telah terbujur kaku di sana. Heru kemudian memastikan salah satunya adalah mahasiswa yang sempat ditolongnya di dalam kampus tadi. Dua jasad mahasiswa itu adalah Hendriawan Sie dan Elang Mulia Lesmana.

Heru yang panik menelepon Dekan Fakultas Hukum Ady Andojo dan memintanya datang ke Sumber Waras. Heru pun harus menghadapi keluarga korban yang kemudian datang. Salah satunya adalah Tetty, ibu Elang Mulia Lesmana. Perempuan itu tak kuasa menahan tangis saat melihat tubuh anaknya yang tak bernyawa lagi. Dan setelah magrib kesedihan terus berlanjut ketika dua jasad lagi masuk ke ruangan itu. Keduanya adalah Hafidhin Royan dan Hery Heriyanto.

Pilihan Editor: Ini 9 Link Twibbon Reformasi, Download dan Upload

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Top 3 Hukum: Penjelasan Ketua RW Soal Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang, TPNPB-OPM Rampas Ponsel dan Laptop

49 menit lalu

Top 3 Hukum: Penjelasan Ketua RW Soal Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang, TPNPB-OPM Rampas Ponsel dan Laptop

Pengeroyokan terhadap sekelompok mahasiswa Universitas Pamulang itu terjadi ketika mereka beribadah doa rosario.

Baca Selengkapnya

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

1 jam lalu

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Banyak yang mempertanyakan kelayakan mahasiswa tersebut sebagai penerima bantuan biaya KIP Kuliah.

Baca Selengkapnya

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

7 jam lalu

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

Akibat pengeroyokan itu, dua mahasiswa Universitas Pamulang mengalami luka, satu di antaranya adalah penghuni kos lain yang berusaha melerai.

Baca Selengkapnya

Niat Melerai Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang Doa Rosario, Farhan Kena Sabetan Senjata Tajam Warga

12 jam lalu

Niat Melerai Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang Doa Rosario, Farhan Kena Sabetan Senjata Tajam Warga

Farhan Rizky Rhomadon, yang juga mahasiswa Universitas Pamulang, merasa kasihan terhadap korban pengeroyokan oleh beberapa warga sekitar.

Baca Selengkapnya

Penganiayaan Mahasiswa Universitas Pamulang Saat Berdoa Rosario di Tangsel, FKUB Hingga Tokoh Agama Duduk Bareng

14 jam lalu

Penganiayaan Mahasiswa Universitas Pamulang Saat Berdoa Rosario di Tangsel, FKUB Hingga Tokoh Agama Duduk Bareng

Penganiayaan terhadap mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa rosario itu terjadi pada Minggu malam.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

17 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Atasi Penerima KIP Kuliah yang Tidak Tepat Sasaran, Kemendikbud Minta Kampus Evaluasi

2 hari lalu

Atasi Penerima KIP Kuliah yang Tidak Tepat Sasaran, Kemendikbud Minta Kampus Evaluasi

Viralnya kasus dugaan penerima KIP Kuliah bergaya hedon, Kemendikbudristek akan mengambil langkah.

Baca Selengkapnya

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

2 hari lalu

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

Sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah menjadi perbincangan karena menampilkan gaya hidup mewah.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

2 hari lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya