Cara Cerdas Mengulas Makanan ala Bondan Winarno yang Bikin Kangen

Selasa, 4 April 2023 05:30 WIB

Kolumnis Bondan Winarno di Hotel Sahid, Jakarta, 1984. Pria yang juga terkenal sebagai pakar kuliner dengan ucapan maknyus ini meninggal pada 29 November 2017. Dok.TEMPO/Agung Firmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Jagat maya sedang riuh membicarakan beragam tingkah food vlogger Indonesia. Bukan hanya perkara sok ngartis dari seorang youtuber, warganet sampai membandingkan tingkahnya dengan kedalaman review kuliner dari seorang Bondan Winarno yang berbobot, berpengetahuan dan cerdas.

Lantas apa perbedaan mendiang Bondan Winarno dengan food reviewer tersebut? Hal itu bisa terlihat dari isi konten dan pesan-pesan yang disampaikan pria kelahiran Surabaya, 29 April 1950 tersebut.

Ketika mengulas kuliner, Bondan kerap sederhana dan melakukan pendekatan jurnalistik saat membawakan acara. Ulasannya rendah hati dan tidak terkesan menggurui. Tak hanya mendeskripsikan kelezatan suatu hidangan, Bondan kerap mengungkap kisah, sejarah, hingga latar belakang makanan tersebut. Sehingga penontonnya mendapat banyak informasi bergizi mengenai suatu sajian.

Petualangan kulinernya juga ia abadikan melalui berbagai buku, diantaranya: 100 Maknyus Jakarta, 100 Maknyus Bali, 100 Makanan Tradisional Indonesia Maknyus dan lain sebagainya.

Pendekatan jurnalistik bondan dalam menjelaskan suatu hidangan kerap juga dibumbui keilmuan interdisipliner, mulai dari sejarah, antropologi dan kebudayaan. Hal itu tak lepas dari latar belakang Bondan sebagai seorang wartawan.

Advertising
Advertising

Sebelum dikenal luas sebagai salah satu food reviewer yang telah malang melintang di berbagai media, baik elektronik maupun cetak, Bondan adalah seorang wartawan handal.

Dilansir dari tempoinstitute.com, Bondan tercatat aktif menulis di beberapa media, seperti Tempo, Kompas, dan Sinar Harapan. Bahkan ia pernah menjadi pemimpin redaksi Surat Pembaruan dari 2001-2003.

Salah satu karya liputan investigasi Bondan yang terkenal adalah ketika dia berhasil membongkar skandal klaim palsu tambang emas Bre-X pada 1997. Investigasi Bondan menguak kebohongan soal gunung emas tersembunyi di Busang, pedalaman Kalimantan sekaligus membongkar kematian palsu seorang pria bernama Michael de Guzman, direktur eksplorasi perusahaan Bre-X.

Insting wartawannya yang tajam mencium kejanggalan kabar soal kematian de Guzman. Bondan Winarno yang mendengar kabar ini dari koran lokal Balikpapan, Manuntung, mencium hal yang ganjal.

Ia pun segera melakukan investigasi dengan segera mencari kebenaran meninggalnya Michael de Guzman tadi. Alhasil, ia melihat banyak kejanggalan dalam mayat Guzman karena ketidaksesuaian fisik sebenarnya Guzman dengan hasil visum.

Dia pun mulai melakukan investigasi dengan mencari banyak sumber tentang kejanggalan tadi. Ia rela untuk pergi jauh hingga ke Kanada, tempat perusahaan Bre-X ini berasal. Ia juga mencoba berbagai teori kematian Guzman.

Pada akhirnya, dia bisa mengungkap kebohongan perusahaan Bre-X ini dengan berbagai fakta menarik di dalamnya. Lewat investigasinya, Bondan membuat pihak-pihak perancang sekenario pemalsuan penemuan tambang emas besar di Kalimantan gigit jari.

Ketika kebohongan ini terungkap, nilai saham Bre-X yang melantai di pasar saham AS dan Kanada turun drastis hingga enam sen per lembarnya.

Sepak terjang liputannya tentang skandal perusahaan tersebut dibukukan dalam Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi. Karya liputannya pun mendapatkan banyak pujian. Meskipun Bondan sudah wafat, karyanya akan tetap menjadi panutan liputan investigasi hingga sekarang. Dari sini disimpulkan bahwa maknyus-nya Pak Bondan tidak hanya saat mendeskripsikan kuliner, tetapi dalam jurnalistik juga.

HAN REVANDA PUTRA

Pilihan Editor: Pesan Terakhir Bondan Winarno yang Mengejutkan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Soal Draf RUU Penyiaran, KPK Anggap Jurnalisme Investigasi Bantu Pemberantasan Korupsi

10 jam lalu

Soal Draf RUU Penyiaran, KPK Anggap Jurnalisme Investigasi Bantu Pemberantasan Korupsi

Pasal 50 B Ayat 2 huruf c draf RUU Penyiaran mengatur larangan penayangan eksklusif jurnalisme investigasi.

Baca Selengkapnya

Tepat Dua Tahun Lalu, Jurnalis Shireen Abu Akleh Tewas Ditembak Tentara Israel

2 hari lalu

Tepat Dua Tahun Lalu, Jurnalis Shireen Abu Akleh Tewas Ditembak Tentara Israel

Israel dikenal kerap membunuh jurnalis, salah satu yang menyita perhatian dunia adalah Shireen Abu Alkeh, wartawati Al Jazeera.

Baca Selengkapnya

Duta Besar Palestina Minta Isu Gaza Tak Hilang dari Pemberitaan

3 hari lalu

Duta Besar Palestina Minta Isu Gaza Tak Hilang dari Pemberitaan

Dubes Palestina untuk Indonesia meminta komunitas internasional berbicara tentang situasi di Gaza ketika Israel mulai menyerang kota Rafah.

Baca Selengkapnya

Republika Berhentikan 60 Karyawan, Susul PHK Massal Akhir Tahun Lalu

4 hari lalu

Republika Berhentikan 60 Karyawan, Susul PHK Massal Akhir Tahun Lalu

Republika telah memberhentikan 29 wartawan dan 31 staf pendukung pada Mei ini.

Baca Selengkapnya

Republika PHK Massal 60 Karyawan, Separuhnya Wartawan

4 hari lalu

Republika PHK Massal 60 Karyawan, Separuhnya Wartawan

Republika tidak merencanakan PHK gelombang berikutnya.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

9 hari lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

11 hari lalu

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

Insan media yang terlibat dalam kontestasi atau menjadi tim sukses pada Pilkada 2024 diminta mengundurkan diri sebagai wartawan

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

12 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

12 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

14 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya