TEMPO Interaktif, Jakarta:Asisten Operasi Kepala Staf Umum TNI Mayjen Adam Damiri mengaku belum mengubah pola pengendalian dan pendekatan operasi pasca tertembaknya Panglima Gerakan Aceh Merdeka Teungku Abdullah Syafi’i, Selasa (22/1). “Ini kan baru kemarin. Belum bisa dirasakan oleh TNI,” kata dia saat dicegat wartawan usai menemui Menko Polkam Susilo Bambang Yudoyono di Kantor Menko Polkam, Jakarta, Kamis (24/1). Adam menjelaskan, tewasnya Abdullah Sayfi’i belum dianggap berarti. Tidak ada tanda-tanda perubahan perlawanan dari GAM. Abdullah Syafii yang disebut-sebut sebagai panglima GAM, katanya, masih dianggap anggota GAM biasa di mata TNI/Polri. Ia mengatakan, keberhasilan TNI ini setelah diterjunkannya Batalyon Lintas Udara Yonif 330 Kostrad yang berjumlah 20 orang. Mereka diturunkan ke lapangan atas Inpres Nomor 7 Tahun 2001 mengenai enam program langkah komprehensif penyelesaian Aceh. Namun Adam mengingatkan, diturunkannya pasukan TNI tersebut masih dalam kapasitas membantu aparat Polri. Bantuan dukungan pasukan itu diberikan TNI karena Polri masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengatasi gerakan sparatis. ”Sedangkan TNI punya kemampuan itu,” kata Jenderal berbintang dua itu. Adam mengaku belum ingin terburu-buru menanggapi keberhasilan TNI yang menewaskan Abdullah Syafii sebagai prestasi. Tetapi TNI/Polri justru memiliki beban lebih berat untuk lebih waspada dalam melindungi masayarakat. “Masih belum bisa dipastikan ada kenaikan pangkat atau tidak,” kata dia. (E Karel Dewanto – Tempo News Room)
Berita terkait
Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai
1 menit lalu
Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai
Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.