Djarot Sebut Kedekatan PDIP dengan NU Sejak Soekarno: Bukan Hanya Historis, tapi Ideologis
Reporter
Ima Dini Shafira
Editor
Eko Ari Wibowo
Senin, 27 Februari 2023 20:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Djarot Saiful Hidayat menyatakan hubungan partainya dengan Nahdlatul Ulama (NU) bisa ditarik sejak zaman Soekarno. Meskipun saat itu, partai penyokong Soekarno adalah PNI dan PDIP ingin meneruskan cita-cita partai bergambar banteng dengan bingkai segitiga itu.
Tak hanya secara historis, Djarot menyebut hubungan partainya dengan NU juga terjalin secara ideologis.
Djarot menjelaskan, di bawah kepemimpinan Soekarno, KH. Hasyim Asyari didapuk jadi Menteri Agama pertama. Selanjutnya, dia menyebut Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, yang juga Presiden RI ke-lima, bersahabat dengan Gus Dur. Adapun Ketua DPR RI Puan Maharani disebut Djarot juga bersahabat dengan putri Gus Dur, Yenny Wahid.
“Hubungan kita dengan NU sangat panjang. Sehingga, warga Nahdliyin banyak juga yang di PDIP. Iya, nggak?,” ujar Djarot saat dihubungi, Ahad, 26 Februari 2023.
Junjung Pancasila dan perjuangkan rakyat kecil
Secara ideologis, Djarot mengatakan PDIP dan NU sama-sama berpihak kepada rakyat. Dia menyebut NU memperjuangkan kaum dhuafa, sementara PDIP memperjuangkan kaum marhaen.
Anggota DPR Komisi IV ini turut menyebut PDIP dan NU sama-sama menjunjung tinggi ideologi Pancasila. Menurut dia, nilai-nilai Islam yang dikembangkan NU sesuai dengan kultur Indonesia.
“Islam yang rahmatan lil alamin, yang membangun Bhinneka Tunggal Ika, kan gitu. Menghargai pluralitas juga,” ujarnya.
Adapun pernyataan Djarot dilontarkan kala menanggapi kiai se-Jawa Timur yang menyatakan dukungannya kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin jadi calon presiden 2024. Kiai tersebut sebelumnya mendukung Ganjar Pranowo dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2019, namun menyayangkan sikap Ganjar yang dinilai rodok lali alias lupa.
Djarot mengatakan dukungan kiai tersebut sah-sah saja. Namun, kata dia, pernyataan dukungan itu tidak bisa serta-merta mengatasnamakan Nahdlatul Ulama (NU).
“Tidak bisa mengatasnamakan suara NU. Kan tidak boleh kalau ditarik ke masalah politik,” kata Djarot.
Menurut Djarot, semua partai politik saat ini boleh mendekat ke NU. Ia hakulyakin NU bisa menjaga jarak dari politik praktis mengingat organisasi ini terbilang sudah dewasa.
“Semua partai boleh mendekat. NU ada di mana-mana, pintunya banyak,” kata dia.
IMA DINI SHAFIRA | M JULNIS FIRMANSYAH
Pilihan Editor: Kiai Jatim Alihkan Dukungan dari Ganjar ke Cak Imin, PDIP: Tidak Bisa Mengatasnamakan NU