Kisah Sjafruddin Prawiranegara Menjadi Presiden RI ke-2, Presiden yang Kerap Dilupakan
Reporter
Eiben Heizar
Editor
S. Dian Andryanto
Rabu, 15 Februari 2023 15:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 15 Februari 1989, Sjafruddin Prawiranegara meninggal. Ia sosok pejuang kemerdekaan dan pernah menjabat sebagai Preisden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Profil Sjafruddin Prawiranegara
Melansir buku Sebuah Biografi: Sjafruddin Prawiranegara Lebih Takut Kepada Allah SWT, disebutkan bahwa ia lahir di Serang, Banten, pada 28 Februari 1911. Ia merupakan putra dari pasangan Arsyad Prawiraatmadja dan Noeraini. Ayahnya merupakan putra dari Raden Haji Chatab Aria Prawiranegara atau Patih Haji. Ayah Sjafruddin bekerja sebagai jaksa. Sedangkan, ibunya berasal dari Minangkabau.
Berasal dari keluarga bangsawan, Sjafruddin Prawiranegara dapat menempuh pendidikan formal selama masa kolonial. Ia menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) pada 1925. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Madiun pada 1928.
Setelah menyelsaikan studi di MULO Madiun, Sjafruddin melanjutkan pendidikan di Algemeene Middelbare School (AMS) di Bandung pada 1931. Selanjutnya, Syarifuddin menempuh pendidikan tinggi di Rechtshoogeschool Jakarta yang kini dikenal dengan Fakultas Hukum Universtas Indonesia. Selanjutnya, ia berhasil meraih gelar Meester in de Rechten atau Magister Hukum.
Setelah kemerdekaan, Sjafruddin Prawiranegara menjadi orang pertama yang mendorong pembuatan mata uang sendiri untuk menggantikan mata uang asing yang beredar. Pada 1946 dan 1948, sjafruddin ditunjuk menjadi Menteri Keuangan dan Menteri Kemakmuran.
Menjadi Presiden Sementara
Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militer ke wilayah Indonesia dan berhasil menduduki seluruh kota Yogyakarta. Agresi militer tersebut membuat Presiden Sukarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan beberapa pejabat tinggi negara ditawan oleh Belanda.
Hal ini mempuat Pemerintahan RI menjadi lumpuh. Merespons situasi tersebut, Presiden Soekarno menyurati Sjafruddin yang saat itu sedang berada di Bukittinggi. Surat tersebut berisikan penjelasan agresi Belanda terhadap yogyakarta dan memberikan mandat terhadap Sjafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera. Surat dari Presiden Sukarno tersebut ternyata tidak pernah sampai ke Syarifuddin.
Namun, PDRI telah berhasil dibentuk di Halaban pada 22 Desember 1948. Pembentukan PDRI tersebut sudah dibicarakan sejak dua hari sebelumnya ketika Sjafruddin Prawiranegara dengan Mr. T.M. Hasan di Bukittinggi.
Dengan berdirinya PDRI, eksistensi Indonesia berhasil diselamatkan. Sampai 13 Juli 1949, Syarifuddin berhasil menjaga danmeneruskan kepemimpinan Republik Indonesia. Selanjutnya, dalam sidang kabinet yang dipimpin oleh Wakil Presiden Moh. Hatta pada 13 Juli 1949, Syarifuddin mengembalikan mandat PDRI kepada Presiden Soekarno.
Pilihan Editor: Sjafruddin Prawiranegara, Presiden RI ke-2 yang Kerap Dilupakan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.