Kader Banyak Keluar, Kultur di PSI Disebut Sudah Tidak Sehat
Reporter
Mirza Bagaskara
Editor
Amirullah
Minggu, 18 Desember 2022 07:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, menilai mundurnya sejumlah anggota PSI sebagai bentuk kekecewaan para eks kader tersebut terhadap arah partai. Hal ini menanggapi mundurnya sejumlah kader PSI yang keluar, seperti Rian Ernest.
“Mereka sudah tidak nyaman karena kultur di PSI sudah tidak sehat. Alih-alih memperjuangkan nilai-nilai idealisme, mereka cenderung menjadi bagian kekuasaan,” kata Ujang pada Sabtu, 17 Desember 2022.
Pengajar Universitas Al Azhar tersebut menambahkan salah satu pergeseran cita-cita PSI tersebut dapat dilihat dari langkah-langkah politik yang telah dilakukan. Ujang mengatakan PSI yang sejak awal mengusung konsep partai kritis sekarang malah terkesan sebagai tameng pemerintah untuk menyerang pihak-pihak yang bersebrangan.
“Harusnya sejak awal PSI ini kan dimaksudkan untuk jadi partai objektif. Boleh menjadi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin, tapi juga harus ada upaya mengkritisi kinerja. Kalau dilihat sekarang malah menjadi pragmatis seperti partai lain,” ujar dia.
Selain itu, Menurut Ujang, eksodus para kader senior PSI tersebut bisa berdampak serius kepada kontestasi pemilu 2024 mendatang. Ia menyebut hengkangnya banyak kader yang sudah diketahui publik tersebut bisa saja membuat perolehan suara PSI menjadi turun.
“Contohnya adalah mantan DPW PSI Jakarta yang di pilkada kemarin berhasil menghasilkan enam atau delapan kursi di DPRD. Artinya mereka kehilangan kader-kader potensial,” ujar Ujang.
Senada dengan Ujang, Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN), Wasisto Raharho Jati, juga menilai eksodus para kader PSI tersebut menunjukkan adanya ketidakpuasan internal partai. Artinya, kata dia, ada manajemen konflik di internal partai tersebut belum tertata dengan baik.
“Mungkin saja arah partai saat ini tidak sesuai dengan apa yang diyakini para eks kader tersebut selama ini,” kata dia saat dihubungi Tempo.
Wasis mengatakan eksodusnya para kader senior di PSI tersebut berasal dari konflik internal partai yang pada akhirnya memuncak. Bisa jadi, kata dia, konflik tersebut bermula dari pemilihan ketua umum pada tahun 2021 silam.
“Kalau kita melihat AD/ART, PSI ini kan pemilihan ketua umum harus melalui mekanisme yang banyak, sementara pemilihan Giring menjadi plt ketua umum kan langsung ditunjuk. Mungkin bisa jadi konflik bermula dari sini,” ujar Wasis.
Ihwal pengaruh eksodus para kader dengan pemilu nanti, Wasis memberi pendapat yang berbeda dengan Ujang. Wasis menilai PSI akan tetap bisa bersaing meski para kader senior memutuskan keluar dari partai.
“Saya pikir nanti yang masuk ke PSI menggantika para kader yang hengkang ini tidak kalah kualitasnya. Karena pasti PSI bakal segera mengambil tindakan mengingat pemilu sebentar lagi,” kata dia.
Baca Juga: Partai Ummat Kantongi Bukti Dugaan Kecurangan KPU di 16 Flashdisk dan 57 Alat Bukti
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.