Pendiri SMRC Khawatir PAN dan PPP Tak Lolos ke Parlemen dalam Pemilu 2024
Reporter
Antara
Editor
Juli Hantoro
Kamis, 1 September 2022 18:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dua partai yang sekarang memiliki kursi di Senayan yaitu PAN dan PPP dikhawatirkan tidak akan lolos ke parlemen pada Pemilu 2024.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani mengatakan pemilih kedua partai tersebut kemungkinan ditarik oleh partai lain.
"Yang paling mengkhawatirkan tidak masuk ke Senayan pada 2024, jika tidak ada kerja ekstrakeras adalah PAN dan PPP," kata Saiful dalam program Bedah Politik bertajuk, “Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis, 1 September 2022.
Menurut Saiful, berdasarkan survei opini publik yang mereka gelar secara nasional dengan mengajukan pertanyaan pada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, "Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?"
Untuk PAN, hasil yang didapat adalah tingginya angka pemilih partai itu pada Pemilu 2019 yang sekarang belum menentukan pilihan, yakni 31,2 persen. Suara yang stabil memilih PAN sekitar 54,2 persen.
Saiful mengatakan bahwa karena suara PAN pada Pemilu 2019 sebesar 6,8 persen, maka jika yang kembali memilih partai ini hanya separuhnya, ada kemungkinan PAN tidak akan lolos ke parlemen pada pemilu mendatang.
Besarnya pemilih PAN yang masih menunggu ini , paparnya, kemungkinan ditarik oleh partai baru yang didirikan oleh Amien Rais, yakni Partai Ummat.
“Begitu Pak Amien Rais tidak ada di situ, dan karena mereka loyal pada Pak Amien Rais, maka mereka akan hijrah juga,” kata Saiful.
Saiful melanjutkan bahwa jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.
“Keduanya bisa sama-sama tidak lolos kalau mereka tidak menambah kekuatan dari partai lain,” kata Saiful.
Saiful melanjutkan bahwa jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.
“Keduanya bisa sama-sama tidak lolos kalau mereka tidak menambah kekuatan dari partai lain,” kata Saiful.
PPP Terancam Tak Masuk Parlemen
Sementara itu, sebesar 56,7 persen pemilih PPP pada 2019 mengatakan akan kembali memilih PPP. Ada 22,5 persen yang sekarang menyatakan memilih Partai Demokrat, dan yang mengatakan akan memilih PDIP sebesar 8,3 persen.
Selanjutnya: Pemilih PPP yang belum tentukan pilihan sedikit...
<!--more-->
“Yang mengkhawatirkan bagi PPP adalah pemilih PPP yang belum menentukan pilihan cenderung sedikit, 11 persen. Ini berbahaya. Kalau tidak ada upaya yang ekstra, mungkin partai yang akan mengikuti adalah Hanura yang tidak lolos ke Senayan, padahal PPP pernah ada di Senayan,” kata Saiful.
Saiful mengingatkan bahwa perolehan suara PPP pada Pemilu 2019 adalah 4,5 persen. Jika setengahnya berkurang, maka partai ini akan tidak lolos ke Senayan.
Dalam survei Poltracking, PPP juga disebut tak lolols ambang batas parlemen. Dalam survei terbaru mereka, pemilih PPP hanya sebesar 3,1 persen.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum diatur bahwa ambang batas parlemen (parliamentary threshold) adalah sebesar 4 persen.
"Namun, survei ini menunjukkan partai-partai yang tidak lolos parliamentary threshold masih berpotensi meraih suara publik. Selain karena masih ada publik (14,3%) yang tidak tahu, tidak jawab dan publik (4,7%) merahasiakan jawaban, dinamika elektoral dan isu politik satu tahun ke depan menuju 2024 sangat berpengaruh pada naik-turunnya suara partai," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda, Rabu, 31 Agustus 2022.