Sepak Terjang HOS Tjokroaminoto Dirikan Sarekat Islam Lalu Menjadi Tokoh Kemerdekaan

Reporter

Idris Boufakar

Editor

Dwi Arjanto

Selasa, 16 Agustus 2022 20:59 WIB

HOS Tjokroaminoto. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta -Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Tjokroaminoto berjuang mulai dari Sarekat Islam hingga menjadi tokoh nasionalis untuk Kemerdekaan Indonesia.

“Kita diberi makan bukan hanya karena kita dibutuhkan.” ltulah ekspresi patriotisme HOS untuk menentang penghisapan dan eksploitasi oleh pemerintahan kolonial.

Seperti dilansir dari kebudayaan.kemendikbud.go.id HOS Tjokroarninoto merupakan orang pertama yang pengaruhnya begitu ditakuti oleh pemerintah Hindia Belanda. De Ongekroonde van Java atau “Raja Jawa Tanpa Mahkota” adalah julukan pemerintah kolonial Belanda untuknya.

Laki-laki kelahiran Desa Bakur, Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1883 ini memang tak memiliki pendidikan formal. Putera dari Raden Mas Tjokroamiseno ini hanya lulusan akademi pamong praja Opleiding School Voor lnlandse Ambtenaren (OSVlA) di Magelang. la adalah otodidak yang memiliki pengaruh kuat di kalangan rakyat jelata. Bahan tidak sedikit rakyat yang menganggapnya sebagai Ratu Adil, karena gagasannya dianggap melebihi zaman . serta selalu berpihak kepada rakyat dan tanah airnya.

Karir Tjokro berawal setelah ia bertemu dengan Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI), di Surabaya pada 1912. Saat ltu Tjokro mengusulkan agar nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam tanpa meninggalkan misi dagangnya. agar lebih luas cakupannya. Usul itu langsung ditenma dan ia diminta menyusun anggaran dasar SI Tanggal 10 September 1912 SI pun resmi berdiri dengan manhudi menjadi ketua dan Tjokro menjads komisaris untuk Jawa Timur.

Pada 1915, Tjokro menjadi ketua Central SI yang merupakan gabungan dari SI di daerah-daerah, saat itu ia terus berjuang mengukuhkan eksistensi SI. Dalam naungan organisasi ini Tjokro berjuang untuk menghapuskan diskriminasi usaha terhadap pedagang pribumi. Dengan kata lain berupaya menghilangkan dominasi ekonomi penjajah Belanda dan para pengusaha keturunan, Cina.

Maret 1916, SI diakui secara nasional oleh pemermtah Hindia Belanda. Memang, berbeda dengan pemuda keturunan bangsawan lainnya, H.O.S. Tjokroaminoto merupakan tokoh yang berupaya keluar dan belenggu budaya Jawa. Tidak mengherankan kalau ia tidak memilih organisasi Budi Oetomo sebagai wadah perjungannya. Padahal Tjokroaminoto layak bergabung dalam organisasi eksklusif priyayi itu.

Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan buruh di Indonesa dan menjadi guru bagi beberapa tokoh ternama, salah satunya Sukarno.

HOS Tjokroaminoto Muda

Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, 16 Agustus 1882. Ia merupakan anak kedua dari 12 bersaudara. Ayahnya bernama RM. Tjokroaminoto Bupati Kleco, Jawa Timur, sedangkan sang kakek bernama RMA. Tjokronegoro Bupati Ponorogo. Berdasarkan dari silsilahnya, pendidikan Tjokroaminoto lebih diarahkan ke dalam pendidikan untuk pegawai negeri.

Pada 1902, Tjokroaminoto lulus dari...
<!--more-->

Pada 1902, Tjokroaminoto lulus dari Opleiding Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) atau sekolah pegawai negeri adat di Magelang. Setelah lulus, ia bekerja sebagai salah satu pegawai negeri di Ngawi selama tiga tahun, 1902 sampai 1905. Lalu, pada 1906, Tjokroaminoto berpindah ke Surabaya, di sanalah ia bertemu dengan Samanhudi, pendiri serta pemimpin Serikat Buruh Islam (SDI).

Di malam hari Tjokroaminoto mengisi waktunya dengan bersekolah di Burgerlijke Avond School (BAS) atau sekolah teknik mesin selama beberapa tahun.
Selesai di BAS, ia bekerja di pabrik gula pada 1907 sampai 1912. Tjokroaminoto menulis untuk Bintang Soerabaja setiap harinya dan menjadi asisten staf.

Tulisan yang Tjokroaminoto tuangkan dalam Bintang Soerabaja adalah kritik untuk pemerintah Hindia Belanda. Surat kabar yang ia tulis pun laris terjual. Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Hindia Belanda sendiri.

Ia dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah Hindia Belanda karena menulis tentang propaganda di seluruh surat kabar. Sejak saat itu, Tjokroaminoto langsung dikenal sebagai sosok organisasi pergerakan yang berani melawan Hindia Belanda.

Selain melawan pemerintah Hindia Belanda, Tjokroaminoto juga menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia. Ia juga turut mencetus ide politik yang kemudian melahirkan berbagai ideologi bangsa Indonesia saat itu. Ia juga mendidik santri di rumahnya sendiri, seperti Semaun, Alimin, Musso, Sukarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka.

Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam

Setelah Tjokroaminoto pun diminta untuk bergabung dalam organisasi Itu, ia diminta untuk mempersiapkan regulasi yang dibutuhkan organisasi dan penanganan manajemen.Tjokroaminoto menyarankan agar kata dagang dihapuskan dalam nama Serikat Dagang Islam, sehingga hanya menjadi Sarekat Islam (SI).

Perubahan nama ini dilakukan agar organisasi Sarekat Islam tidak hanya berfokus pada perekonomian, tetapi juga hal lain, seperti politik.

Tampak depan Museum HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII No 29, Surabaya, Jawa Timur, Senin, 28 Januari 2019. Museum ini berbentuk arsitektur khas Jawa dengan dua lantai yakni lantai bawah sebagai tempat tinggal keluarga HOS Tjokroaminoto dan lantai dua yang difungsikan sebagai kamar indekos. ANTARA

Setelah berubah, Tjokroaminoto pun mengetuai Sarekat Islam pada 1912. Panitia pusat pun dibentuk oleh Samanhudi sebagai ketua dan Tjokroaminoto sebagai wakil ketua.

Untuk kepentingan organisasi, Tjokroaminoto dan petinggi lainnya pergi ke Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg pada 29 Maret 1913. Tujuan mereka datang ke Idenburg yaitu untuk mengesahkan SI, namun pengesahan tersebut tidak dapat diberikan. Tetapi, Sarekat Islam lokal dapat diberikan status sebagai badan hukum. Sejak saat itu, jumlah anggota SI pun meningkat pesat, menjadi sekitar dua setengah juta.

Sejak saat itu, Tjokroaminoto pun dikenal sebagai Ksatria Piningit para pribumi karena sudah memberikan sumbangsih kepada orang banyak.
Salah satu kutipan yang terkenal dari Tjokroaminoto adalah "setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat". Kutipan tersebut ia berikan kepada murid-muridnya, Semaun, Alimin, Musso, Soekarno, dan Kartosuwiryo.

Dari kutipan tersebut Tjokroaminoto ingin menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya. Pesan lain yang juga ia berikan kepada murid-muridnya adalah "Jika anda ingin menjadi pemimpin yang hebat, menulis seperti jurnalis dan berbicaralah seperti orator". Kata-kata tersebut kemudian selalu ditirukan oleh Soekarno saat ia hendak pergi tidur.

Perjuangan yang Tjokroaminoto kerahkan untuk Indonesia...
<!--more-->

Perjuangan yang Tjokroaminoto kerahkan untuk Indonesia adalah, Mengecam pengambilan tanah untuk dijadikan perkebunan milik orang-orang Eropa.

Mendesak Sumatera Landsyndicaat supaya mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung, Sumatera Selatan. Menuntut supaya kedudukan dokter-dokter pribumi disamakan dengan dokter-dokter Belanda.

Akhir hidupnya pada 1934, kondisi kesehatan Tjokroaminoto mulai menurun. Ia jatuh sakit setelah mengikuti Kongres SI di Banjarmasin. Tjokroaminoto meninggal pada 17 Desember 1934. Tubuhnya disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Pekuncen, Yogyakarta.

Perumus Sosialisme-Islam

Dari sekian banyak artikel yang pernah ditulis Tjokroaminoto, ada dua judul yang paling mencuri perhatian, yakni “Apakah Sosialisme Itu" dan “Sosialisme Berdasar Islam." Dua tulisan ini dimuat di surat kabar resmi SI, Oetoesan Hindia, yang terbit perdana pada 1 Januari 1913. Selanjutnya, pada November 1924, Tjokroaminoto menerbitkan buku dari hasil pemikirannya dengan judul Islam dan Sosialisme.

Tjokroaminoto tidak pernah alergi dengan sosialisme yang memang sedang bersemi di Indonesia pada awal dekade ke-2 abad ke-20 itu. Ia bahkan dengan serius mempelajari sosialisme, kendati turunan dari paham inilah yang akhirnya membelah organ dalam SI dan melahirkan wadah baru yang nantinya memakai nama Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bagi Tjokroaminoto, Islam dan sosialisme bukanlah dua kutub yang berseberangan dan menjadi pertentangan. Justru sebaliknya, keduanya bisa saling melengkapi dan menghasilkan perpaduan yang sangat apik. Tjokroaminoto adalah salah satu tokoh muslim pertama di Indonesia yang menggagas perpaduan Islam dan sosialisme untuk pertama kalinya.

Tjokroaminoto memaknai sosialisme

Tjokroaminoto memaknai sosialisme sebagai hubungan pertemanan atau persahabatan yang erat. Sosialisme berprinsip satu untuk semua dan semua untuk satu serta saling bertanggungjawab antar-sesama, atau dalam bahasa Tjokroaminoto. “Cara hidup yang hendak mempertunjukkan kepada kita bahwa kita adalah yang memikul tanggung jawab atas perbuatan kita satu sama lain." Tulis Tjokroaminoto, dalam bukunya Islam dan Sosialisme.

Prinsip sosialisme seperti yang dipaparkan Tjokroaminoto itu sulit diterapkan dengan baik jika tidak dilandasi dengan dasar agama. Bahkan, sosialisme justru bisa menyesatkan dan membawa kerusakan kepada manusia. Di sinilah Tjokroaminoto meramu perpaduan antara prinsip-prinsip sosialisme dengan ajaran Islam.

Sosialisme hanyalah bisa menjadi sempurna bila tiap-tiap manusia...
<!--more-->

"Sosialisme hanyalah bisa menjadi sempurna apabila tiap-tiap manusia tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri saja sebagai binatang atau burung, tetapi hidup untuk keperluan masyarakat bersama, karena segala apa saja yang ada hanyalah berasal atau dijadikan oleh satu kekuatan atau satu kekuasaan, ialah Allah Yang Maha Kuasa."

Sosialisme ala Rasulullah

Sosialisme yang dimaksud Tjokroaminoto bukan hanya pemikiran yang dicetuskan di Eropa semata, melainkan bersandar kepada agama (Islam) dan wajib dilakukan oleh umatnya selama itu merupakan perintah Tuhan.

Meskipun mengagumi pemikiran Marx atau Engels, tapi ia menegaskan bahwa sosialisme ala Islam tidak sepenuhnya persis seperti itu. Sosialisme Islam adalah pergerakan sosialisme yang dikontrol oleh identitas keislaman untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia maupun akherat.

Sosialisme ala Islam ini oleh Tjokroaminoto diyakini sudah berkembang selama 13 abad dan telah dipraktikkan sejak zaman Nabi Muhammad (Firman Manan, “Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik H.O.S. Tjokroaminoto," dalam Jurnal Wacana Politik.

Lebih lanjut, Tjokroaminoto memaparkan perbedaan sosialisme versi Barat dengan sosialisme dalam Islam. Sosialisme Barat menerapkan demokrasi sosialisme, yakni pemerintahan mengadopsi sistem perwakilan. Menurut Tjokroaminoto, itu bukanlah sosialisme dalam arti kata yang sebenarnya karena sistem tersebut merupakan sistem demokrasi. Dalam sistem sosialisme, seharusnya rakyat mempunyai suara langsung dalam persoalan terkait negara.

Masalah tersebut terpecahkan dalam sosialisme Islam karena kekuasaan tidak diserahkan kepada kabinet, parlemen, atau golongan partai yang mewakili kepentingan kelompok tertentu. Tjokroaminoto mengatakan, undang-undang mengatur pemerintahan berasal langsung dari Tuhan sehingga tidak ada individu atau kelompok tertentu yang bisa mengubah aturan tersebut untuk kesenangan atau kepentingannya sendiri.

Lantas, apa yang menjadi landasan Rasulullah dengan menerapkan prinsip sosialisme dalam pemerintahan Islam? Begini kata Tjokroaminoto:
“Adapun yang menjadi dasar pengertian sosialismenya Nabi Muhammad yaitu kemajuan perikeutamaan dan kemajuan budi pekerti rakyat. Umat Islam adalah orang yang cakap sekali dalam melakukan kehendak sosialisme yang sejati itu."

Luasnya wilayah kekuasaan Islam pada era kepemimpinan Nabi Muhammad, sambung Tjokroaminoto, tidak terlepas dari prinsip-prinsip sosialisme yang diterapkan oleh Rasulullah dalam mengatur pemerintahan dan upaya memperluas wilayah, termasuk dengan menjadikan semua tanah yang dikuasai menjadi milik negara.

“Sejak Nabi Muhammad SAW memegang kekuasaan negara, maka negara itu segeralah diaturnya secara sosialistis dan semua tanah dijadikannya milik negara. Politik yang demikian itu dilanjutkannya, malahan sampai Islam telah melancarkan dirinya ke negeri-negeri luar," demikian penjelasan ihwal sosialisme oleh HOS Tjokroaminoto

IDRIS BOUFAKAR
Baca juga: 4 Destinasi Wisata Sejarah Gratis Biaya Masuk di Kota Surabaya

Berita terkait

Mengenang H. Agus Salim, Berikut Profil The Grand Old Man Hubungannya dengan RA Kartini dan Tjokroaminoto

5 November 2023

Mengenang H. Agus Salim, Berikut Profil The Grand Old Man Hubungannya dengan RA Kartini dan Tjokroaminoto

Mengapa H. Agus Salim dijuluki the Grand Old Man? Apa pula hubungannya dengan RA Kartini dan HOS Tjokroaminoto?

Baca Selengkapnya

Profil Ulama Besar Asal Ponorogo KH Hasan Besari, Kakek HOS Tjokroaminoto Guru Ronggowarsito

23 September 2023

Profil Ulama Besar Asal Ponorogo KH Hasan Besari, Kakek HOS Tjokroaminoto Guru Ronggowarsito

KH Hasan Besari dikenal sebagai ulama besar asal Ponorogo pada abad ke-19 yang juga pengasuh Pondok Pesantren Gebang Tinatar.

Baca Selengkapnya

Mengenang 42 Tahun Buya Hamka Berpulang, Ini Saat Terakhir Ketua MUI dan Penulis Di Bawah Lindungan Ka'bah

25 Juli 2023

Mengenang 42 Tahun Buya Hamka Berpulang, Ini Saat Terakhir Ketua MUI dan Penulis Di Bawah Lindungan Ka'bah

42 tahun lalu, Buya Hamka berpulang. Ini saat-saat terakhir eks Ketua MUI dan penulis Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Dijadwalkan Kunjungi Rumah Lahir Sukarno dan Rumah Tjokroaminoto di Surabaya

4 Mei 2023

Ganjar Pranowo Dijadwalkan Kunjungi Rumah Lahir Sukarno dan Rumah Tjokroaminoto di Surabaya

Kunjungan Ganjar Pranowo ini yang pertama kali di Surabaya sejak ditetapkan sebagai calon presiden oleh Megawati Soekarnoputri.

Baca Selengkapnya

Liburan Berfaedah, Ini Deretan Museum Gratis di Surabaya

29 Januari 2023

Liburan Berfaedah, Ini Deretan Museum Gratis di Surabaya

Liburan bermanfaat dan ramah di kantong di Surabaya bisa kunjungi sejumlah museum berikut ini.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 17 Desember Bapak Bangsa HOS Tjokroaminoto Wafat, Di Mana Makamnya?

17 Desember 2022

Hari Ini 17 Desember Bapak Bangsa HOS Tjokroaminoto Wafat, Di Mana Makamnya?

Hari ini 17 Desember, genap 88 tahun HOS Tjokroaminoto pemimpin Sarekat Islam dan bapak Bangsa wafat di usia 52 tahun. Di mana makamnya?

Baca Selengkapnya

Para Pemeran Pahlawan Nasional: Reza Rahadian, Ario Bayu, Christine Hakim

17 Agustus 2022

Para Pemeran Pahlawan Nasional: Reza Rahadian, Ario Bayu, Christine Hakim

Reza Rahadian, Ario Bayu, Christine Hakim memerankan tokoh pahlawan nasional dalam film. bahkan Reza, pernah memerankan beberapa tokoh bangsa.

Baca Selengkapnya

HUT RI ke-77, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Lombok Barat Bikin Diskusi dan Nobar Film Tjokroaminoto

9 Agustus 2022

HUT RI ke-77, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Lombok Barat Bikin Diskusi dan Nobar Film Tjokroaminoto

Literasi dan nobar film Tjokroaminoto itu untuk memperingati HUT RI ke-77 sekaligus membahas kontribusi Lombok terhadap kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya

4 Destinasi Wisata Sejarah Gratis Biaya Masuk di Kota Surabaya

26 Juli 2022

4 Destinasi Wisata Sejarah Gratis Biaya Masuk di Kota Surabaya

Berbagai destinasi wisata Surabaya memiliki nilai sejarah, dapat Anda kunjungi secara cuma-cuma alias gratis tiket masuk. Mana saja?

Baca Selengkapnya

Menilik Kisah Cinta Soekarno dan Oetari di Surabaya, Jembatan Peneleh Jadi Saksi

10 Juni 2022

Menilik Kisah Cinta Soekarno dan Oetari di Surabaya, Jembatan Peneleh Jadi Saksi

Surabaya menjadi kota yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan Soekarno.

Baca Selengkapnya