PBNU Merespons Kunjungan Prabowo ke Sejumlah Kiai dan Pesantren NU
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Amirullah
Jumat, 6 Mei 2022 12:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghargai siapapun calon presiden yang ingin melalukan pendekatan ke keluarga NU. Pernyataan ini disampaikan merespons kunjungan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, yang jadi salah satu capres terkuat untuk Pemilihan Presiden 2024, ke sejumlah pondok pesantren NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Tapi sekali lagi kami tidak dalam posisi untuk kemudian berikan karpet merah ke orang-orang tertentu," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Imron Rosyadi Hamid saat dihubungi, Kamis, 5 Mei 2022.
Sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, Prabowo berkunjung ke beberapa lokasi di Jawa Timur dan bertemu keluarga NU. Prabowo bertemu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Jawa Timur.
Lalu, Menteri Pertahanan ini berkunjung ke Pondok Pesanten Tebuireng, Jombang, dan berziarah ke makam Presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Selanjutnya, Prabowo juga berkunjung ke Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, yang juga berada di Jombang.
Setelah dari Jawa Timur, Prabowo terbang ke Jawa Tengah. Di sana, Ia mengunjungi pondok pesantren Al-Anwar, Sarang, dan disambut oleh pimpinan pondok, Muhammad Najih Maimoen alias Gus Najih, putra almarhum KH Maimoen Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen.
Imron mengatakan pendekatan ke keluarga NU merupakan hak dari capres untuk menarik ceruk suara guna 2024 nanti. Sehingga, PBNU terbuka dengan siapapun, entah itu Prabowo maupun capres lainnya. "Mau dekati warga NU dengan pola dan strategi komunikasi yang mereka inginkan, itu hak mereka," kata dia
Imron juga menyadari posisi NU di Pilpres sangat menentukan. Ia menjelaskan bahwa ada dua entitas di sini, yaitu partai politik dan organisasi masyarakat seperti PBNU. Akan tetapi ketika berbicara soal popular vote, kata dia, maka semuanya jadi satu yaitu pemilih.
Di sisi lain, ceruk suara NU juga mayoritas karena bisa sampai 51 persen dari total pemilih di Indonesia berdasarkan sejumlah survei. Sehingga, kata Imron, sangat wajar apabila seluruh capres ingin dekat dengan NU.
Adapun Prabowo masih akan melanjutkan sowannya ke keluarga NU dan direncanakan akan bertemu Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar dan Ketua Umum Yahya Cholil Staquf. Pertemuan direncanakan akan berlangsung di Jakarta.
Kendati demikian, Imron belum mengetahui apakah sudah ada jadwal kunjungan Prabowo ke PBNU. Tapi setiap tahun, kata dia, semua calon presiden memang datang ke PBNU. "Termasuk Pak Prabowo, saya kira setiap menjelang Pilpres datang," kata dia.
Terakhir, Imron juga menanggapi harapan yang disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Irfan Yusuf Hasyim saat kunjungan Prabowo di Jawa Timur. Di sana, Irfan yang merupakan cucu pendiri NU Hasyim Asy’ari, mengulang harapan Gus Dur kalau Prabowo akan jadi presiden. "InsyaAllah 2024," kata Irfan.
Imron pun merespons harapan Irfan ini dengan tertawa kecil. Ia mengakui harapan Gus Dur terhadap Prabowo itu memang sudah sering didengar publik. "Itu bagian dari strategi komunikasi untuk mengambil ceruk suara nahdliyin, sah-sah saja," kata dia.
Menurut Imron, Gerindra pun juga merupakan partai terbuka dan diisi banyak kader NU. Selain Irfan, ada juga Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani yang disebutnya keluarga NU. "Di Jawa Timur juga banyak sekali kader NU yang jadi pengurus Gerindra," ujarnya.
Rektor Universitas Raden Rahmat, Malang, Jawa Timur, ini pun menyebut pintu NU untuk masuk ke partai politik juga memang tidak hanya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saja. Ia pun menilai kondisi ini baik, ketika NU bisa mewarnai seluruh kekuatan partai politik di Indonesia. "Ini bagian dari penyebaran ajaran Islam yang moderat, santun, dan ramah ke seluruh kekuatan parpol," ujarnya.
Sementara itu, Irfan mengatakan kunjungan Prabowo ke keluarga NU hanya sebesar silahturahmi saja. "Jangan dianggap jadwal Pilpres (Pemilihan Presiden), ini urusan silahturahmi Idul Fitri, sebagai usaha sowan ke sesepuh," kata Irfan saat dihubungi.
Kunjungan juga dilakukan karena Prabowo dan keluarga NU memang telah mempunyai hubungan yang erat selama puluhan tahun lamanya. "Sebelum ada Pilpres-pilpresan sudah dekat, jadi jangan dianggap Pak Prabowo mendekat ke pesantren karena urusan Pilpres, karena sejak awal sudah dekat," kata Irfan.