Komnas HAM: Penembak Demonstran di Parigi Moutong Polisi Berpakaian Preman

Editor

Amirullah

Jumat, 18 Februari 2022 19:16 WIB

Ilustrasi penembakan. Haykakan.top

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) perwakilan Sulawesi Tengah, Dedy Askari, menjelaskan pihaknya mendapat laporan soal pelaku penembakan demonstran di Tinombo Selatan, Parigi Moutong. Pelaku tersebut adalah anggota polisi berpakaian sipil atau preman.

Dia mengaku mendapatkan kabar itu pada Jumat siang tadi langsung dari Kadiv Propam Mabes Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo. “Pelaku penembakan Erfaldy adalah anggota polisi berpakaian sipil atau preman,” ujar dia saat dihubungi pada Jumat sore, 18 Februari 2022.

Seperti diketahui, Erfaldy atau Aldi merupakan salah satu demonstran penolak tambang emas PT Trio Kencana di Parigi Moutong. Dia berasal dari Desa Tada, Kecamatan Tinombo Selatan, Sulawesi Tengah, yang tewas tertembak saat pembubaran massa aksi pada Sabtu, 12 Februari 2022.

“Hanya saja, Irjen Pol Ferdy Sambo tidak menyebutkan siapa nama anggota polisi yang dimaksud,” katanya.

Dedy melanjutkan, sejak Ahad pagi, 13 Februari, atau sehari setelah Aldi tertembak, dan saat pihak keluarga memperlihatkan peoyektil yang diangkat dari tubuh almarhum, dia sudah menduga pelakunya dari pihak kepolisian. Dan aparat tersebut tidak jauh dari Aldi tersungkur ketika tertembak

Advertising
Advertising

“Kami sangat yakin pelakunya adalah aparat kepolisian, setelah secara cermat memperhatikan, tanpa bermaksud mendahului hasil uji balistik, 99 persen kami berkeyakinan proyektil peluru dari jenis senjata api genggam,” tutur Dedy.

Menurut Dedy, proyektil peluru itu berasal dari pistol glock semi otomatis, pabrikan Austria. Jenis pistol ini banyak ditemukan pada perwira-perwira Polri yang memegang jabatan, misalnya komandan regu, komanda pleton, atau kepala satuan.

Sebelumnya, Polda Sulawesi Tengah melakukan uji balistik untuk menemukan pelaku penembakan terhadap demonstran penolak tambang emas itu. Untuk mengujinya, tedapat 17 anggota Polres Parigi Moutong yang diperiksa dan penyitaan 20 unit senjata api milik personel Polres Parigi Moutong, serta 60 butir proyektil oleh Propam Polda Sulteng dan Propam Polres Parigi Moutong.

“Saya kira penyampaian Kadiv Propam Mabes Polri siang tadi, menjawab hasil uji balistik sudah ada,” ujar Dedy.

Dikonfirmasi secara terpisah terkait hasil uji balistik, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, mengaku belum bisa memberikan keterangan lebih jauh. “Nanti bila hasilnya sudah ada kami update,” kata dia.

Uji balistik sudah dilakukan sejak Rabu, 16 Februari. Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah, Komisaris Besar Didik Supranoto, mengatakan pihaknya masih menunggu hasil uji balistik untuk menentukan siapa tersangka di kasus ini. “Namun, butuh waktu 3-4 hari uji balistiknya. Nanti baru akan dirilis hasilnya oleh Polda Sulteng,” tutur dia pada Rabu lalu.

Berita terkait

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

1 hari lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

1 hari lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

2 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

2 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

3 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

3 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

3 hari lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

Tambahan Pasukan ke Intan Jaya, Komnas HAM Papua Ingatkan Soal Ini

3 hari lalu

Tambahan Pasukan ke Intan Jaya, Komnas HAM Papua Ingatkan Soal Ini

Komnas HAM mengingatkan agar pasukan tambahan yang dikirimkan ke Intan Jaya sudah berpengalaman bertugas di Papua.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

3 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

4 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya