Bawang Putih dari Cina 507 Ribu Ton per Tahun, Andi Akmal Minta Kurangi Impor
Minggu, 19 Desember 2021 12:19 WIB
INFO NASIONAL - Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin, meminta pemerintah mengurangi importasi bawang putih yang tiap tahun mencapai 507 ribu ton per tahun. Besaran angka importasi bawang putih pada menjadikan Indonesia sebagai negara importir terbesar di dunia terhadap komoditas tersebut.
"Saya sangat menyayangkan belum ada perubahan situasi importasi bawang putih dalam negeri dimana tiap tahun kita tinggi sekali angka impornya dari Cina, 99 persen kita yang ambil, sisanya dari India, Taiwan, Amerika Serikat, dan Mesir yang angkanya hanya ratusan hingga maksimal 2 ribu ton," kata Akmal.
Ia mengatakan, program-program pemerintah di Kementerian Pertanian sudah sangat mendukung kinerja pemerintah terutama dukungan anggaran. Setidaknya, sebanyak Rp1,14 triliun telah dialokasikan tahun 2021 melalui APBN. Namun, ia melihat bahwa pemotongan anggaran akibat refocusing menjadikan APBN Kementan menurun sejak tahun 2015.
Meski demikian, Akmal sangat menyayangkan, bahwa sejak enam tahun lalu, Cina sebagai produsen dan eksportir bawang putih terbesar di dunia, secara konsisten mengirimkan bawang putih ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar.
Pada 2015, bawang putih asal Cina sebesar 482 ribu ton, 2016 sebesar 445 ribu ton, 2017 sebesar 550 ribu ton, 2018 sebesar 585 ribu ton, dan 2019 sebesar 472 ribu ton. Bahkan yang terjadi selama ini, besarnya impor bawang putih menyebabkan komoditas ini selalu mengalami defisit neraca perdagangan dari 1996.
"Saya minta secara khusus kepada pemerintah melalui Kementerian Pertanian, setidaknya ada upaya mengurangi besaran importasi bawang putih di negara kita. Kegiatan dan program Kementan di Direktorat Jenderal Horti mesti ada success story untuk menekan angka importasi bawang putih yang memang komoditas ini tidak banyak di tanam di Indonesia seimbang dengan kebutuhan rakyat Indonesia yang sangat banyak," tutur Akmal.
Legislator asal Sulawesi Selatan II ini menyarankan, agar ada bimbingan dan program yang menyasar langsung para petani bawang putih baik bantuan pembinaan, bibit, alsintan dan lain sebagainya. Para legislator siap terjun langsung mendampingi pemerintah sekaligus menjalankan fungsi pengawasannya. Para importir harus berperan untuk kontribusi mendorong luasan areal tanam sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya.
"Saya harap tahun depan ada perbaikan. Tingginya angka importasi bawang putih tahun 2021. Saat ini dengan perizinan impor yang tertuang dalam Permendag Nomor 20/2021, para importir memprediksi bawang putih berpotensi mengalami kelangkaan tahun 2022. Pemerintah melalui Kementan harus menjawab tantangan ini sehingga importasi menurun dan kebutuhan masyarakat akan ketersediaan bawang putih terpenuhi dengan harga yang wajar dan terjangkau," tutupnya.(*)