TEMPO.CO, Semarang - Sebanyak 228 warga Kota Pekalongan mengungsi akibat banjir rob merendam pemukiman mereka. Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah Safrudin mengatakan pengungsi tersebar di empat titik pengungsian.
Menurut dia, warga yang mengungsi tersebut berasal dari Kelurahan Pasirkratonkramat dan Degayu Kota Pekalongan. Mereka mengungsi sejak dua pekan lalu. "Ada yang mengungsi di bekas kantor pemerintahan hingga musala," kata Safrudin melalui sambungan telepon pada Ahad, 5 Desember 2021.
Selama menempati lokasi pengungsian, Safrudin menyebut, kebutuhan mereka dipasok Dinas Sosial dan
BPBD Kota Pekalongan. "Mereka sudah berpengalaman menangani pengungsi. Tahun lalu sampai 4.000 warga yang mengungsi," tuturnya.
Safrudin mengatakan, rob merupakan bencana tahunan di Kota Pekalongan dan sejumlah daerah lain di Jawa Tengah. Namun, dia belum bisa memprediksi kapan rob di Kota Batik itu akan surut. "Masalahnya ini berada di cekungan. Lebih rendah dari sungai di sekitarnya. Menurut kajian penurunan tanahnya dua sampai sebelas sentimeter setiap tahun," kata dia.
Menghadapi cuaca ekstrem akhir tahun ini, Safrudin mengaku telah menggelar koordinasi dengan BPBD seluruh Jawa Tengah. Khususnya daerah yang memiliki bibir pantai diminta mensosialisasikan potensi gelombang tinggi kepada masyarakat. "Nelayan saat ini juga sudah memantau langsung perkiraan ketinggian gelombang lewat aplikasi," ujarnya.
BPBD Jateng juga memastikan rutinitas warga yang daerahnya direndam rob tak terganggu. Serta memenuhi kebutuhan dasar dan mengantisipasi dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi. "Misalnya untuk mata pencaharian dan sekolah tak terganggu," sebut Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Dikki Rulli Perkasa.
Berdasarkan perkiraan yang dirilis Badan Meteorologi Krimatologi dan Geofisika Maritim Tanjung Emas Semarang, ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter. "Berdasarkan data terakhir untuk tiga hari kedepan," Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Emas Semarang Usman Efendi.
Dia menyebut gelombang itu diperkirakan terjadi di perairan Kalimantan Tengah bagian Barat, Laut Jawa bagian Tengah, Perairan Karimun Jawa. "Serta Perairan Pantai Utara Jawa Tengah dari barat hingga timur (Perairan Brebes - Pemalang,
Pekalongan - Kendal, Semarang - Demak, Jepara, dan Pati - Rembang)," jelasnya melalui pesan tertulis.
Dampak gelombang tinggi juga dirasakan oleh nelayan di Kota Semarang. Marzuki, ketua Armada Laut, organisasi nelayan tradisional dari Tambakrejo Kota Semarang, mengungkapkan gelombang tinggi terjadi sejak Jumat lalu, 3 Desember 2021. "Gelombang mencapai 3 meter," sebut Marzuki.
Akibat gelombang tinggi, dia dan nelayan lain di kampungnya tak melaut. Mereka selama ini menggunakan perahu berkapasitas di bawah satu gross ton sehingga tak mungkin menerjang gelombang pasang. "Ombaknya lumayan besar, kini nelayan libur," sebut dia.