Gatot Nurmantyo dan Lagu Lama Tentang Kebangkitan PKI

Reporter

Dewi Nurita

Selasa, 28 September 2021 16:50 WIB

Sejumlah warga menonton film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI di markas Kodim 1304 Gorontalo, Gorontalo (20/9). Pemutaran film itu bertujuan untuk memberikan informasi dan pembelajaran kepada masyarakat agar mengenal sejarah bangsa. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Gatot Nurmantyo kerap mengangkat isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) menjelang peringatan peristiwa 30 September 1965 atau G30S.

Tahun ini, Gatot Nurmantyo membawa isu dugaan adanya penyusupan kembali pendukung PKI ke tubuh TNI. Gatot dalam sebuah diskusi menyebut indikasi itu dibuktikan dengan diputarnya video pendek yang menggambarkan hilangnya sejumlah bukti-bukti penumpasan G30S/PKI di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad. Patung yang dihilangkan itu di antaranya patung Presiden Soeharto, Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal A.H. Nasution.

"Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad. Betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu. Di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO," demikian penggalan pernyataan Gatot dalam webinar bertajuk 'TNI Vs PKI' yang digelar oleh Forum Guru Besar dan Doktor, Ahad 26 September 2021.

Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) Letnan Jenderal Dudung Abdurachman lantas menyebut pernyataan Gatot itu sebagai tuduhan keji. Menurutnya, patung-patung tersebut diambil oleh penggagasnya sendiri, yakni Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," ujar Dudung.

Pada 2020, Gatot Nurmantyo dalam salah satu wawancara menyebut bahwa pencopotannya dari jabatan Panglima TNI karena sempat mengeluarkan perintah menonton film Pengkhianatan G30S/PKI.

"Pada saat saya menjadi Panglima TNI, saya melihat itu semuanya (kebangkitan PKI). Maka saya perintahkan jajaran saya untuk menonton film G30S/PKI," ujar Gatot, dikutip dari video yang diunggah oleh akun Youtube milik Harsubeno Point pada 21 September 2020.

<!--more-->

Dua tahun sebelumnya atau pada September 2018, Gatot menantang Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono untuk menggelar nonton bareng film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI.

Gatot menyebut KSAD sebagai penakut seumpama tak berani menginstruksikan pemutaran kembali film besutan sutradara Arifin C Noer itu. Dia juga mempertanyakan bagaimana KSAD mau memimpin prajurit pemberani seperti Komando Strategis Angkatan Darat, Komando Pasukan Khusus, prajurit TNI AD jika tak berani memerintahkan nobar tersebut. Namun, tantangan Gatot tidak diladeni oleh Panglima Hadi.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studios (ISESS) Khairul Fahmi menilai Gatot secara konsisten memilih isu PKI untuk menjaga dan mengelola eksistensinya. Sebab, ujar dia, isu G30S memang masih sangat menarik bagi sebagian masyarakat, terutama kelompok Islam maupun kelompok yang terasosiasi dengan militer.

"Isu semacam ini, juga banyak diminati oleh influencer dan buzzer. Jadi, ini merupakan peluang yang menurut saya sangat dimengerti dan kemudian dikelola oleh Gatot dan timnya. Bayangkan saja, dia enggak perlu repot membuat isu yang bisa menjamin eksistensi," ujar Fahmi.

Masalahnya, lanjut dia, isu PKI sama seperti isu khilafah yang bisa menjadi bara jika terus dipertahankan tetap menyala. Padahal kedua isu tersebut dinilai sumir dan ujung-ujungnya adalah pembodohan publik

"Isu-isu ini justru terkesan digunakan untuk adu kuat, menghadirkan polarisasi, memelihara kecurigaan dan rasa takut yang menyebar di kalangan masyarakat," ujar Fahmi.

Jika diteruskan dan mendapat ruang, Fahmi khawatir perpecahan yang mestinya bukan ancaman faktual ini malah berpotensi menjadi faktual. "Semestinya penguasa, elit politik dan para penyedia jasa pendampingan politik membantu masyarakat keluar dari trauma masa lalu dan mendapatkan kebenaran," tuturnya ihwal isu PKI yang kerap dilontarkan Gatot Nurmantyo.

Baca juga: Gatot Nurmantyo Duga Pendukung PKI Susupi TNI, Panglima TNI Enggan Berpolemik

DEWI NURITA

Berita terkait

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

4 hari lalu

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

6 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

7 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

9 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

12 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

14 hari lalu

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

15 hari lalu

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

15 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

15 hari lalu

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.

Baca Selengkapnya

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

16 hari lalu

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

Pertemuan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Komnas HAM tidak secara khusus membahas konflik di Papua dan upaya penyelesaiannya.

Baca Selengkapnya