Rujuk Kata Epidemiolog, Menkes Sebut Herd Immunity Tak Mungkin Tercapai

Rabu, 25 Agustus 2021 19:11 WIB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 17 Maret 2021. Rapat tersebut membahas penjelasan tentang peningkatan kualitas pelayanan JKN di masa pandemi. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin merujuk pernyataan epidemiolog dari tiga perguruan tinggi bahwa kekebalan komunitas alias herd immunity tak mungkin tercapai. Sebab, Budi menjelaskan, efikasi vaksin-vaksin Covid-19 yang telah ada turun terhadap virus corona varian delta.

Budi mengatakan dirinya secara rutin berdiskusi dengan beberapa epidemiolog, seperti Pandu Riono dan Iwan Ariawan dari Universitas Indonesia, Hari Kusnanto dari Universitas Gadjah Mada, dan Windhu Purnomo dari Universitas Airlangga.

"Kami sekarang setiap kali meeting bisa sehari sekali atau paling telat tiga hari sekali selalu mengajak profesor-profesor epidemiologi dari UI, UGM, dan Unair," kata Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 25 Agustus 2021.

Menurut Budi, para guru besar epidemiologi itu menyampaikan bahwa herd immunity tidak mungkin terjadi. Mereka menjelaskan, vaksin seperti Pfizer dan Moderna yang efikasinya di angka 90-an persen turun menjadi sekitar 60-70 persen terhadap varian delta.

Di sisi lain, varian delta memiliki rasio replikasi (replication rate) yang lebih tinggi dari virus SARS-CoV-2 yang pertama kali muncul di Wuhan, yakni bisa mencapai 5-8 kali.

Advertising
Advertising

"Berdasarkan keilmuan mereka, profesor di tiga perguruan tinggi berbeda ini menyampaikan bahwa herd immunity itu tidak mungkin tercapai. Jadi kalau mau vaksin pun vaksinnya harus lebih dari itu," kata Budi.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal serupa. Seperti Budi, Luhut menyebut teori ini sudah dirumuskan tim ahli epidemiologi dari sejumlah kampus.

Budi Gunadi Sadikin menambahkan, saat ini sudah ditemukan pula virus corona varian lambda. Ia mengatakan varian ini belum lama ditemukan di Amerika Selatan, tetapi kini sudah menyebar ke 30 negara. Di Asia Tenggara, varian lambda teridentifikasi ditemukan di Filipina.

"Jadi mungkin at the end of the day kenyataannya bahwa ya itu tadi, ini sama seperti polio, cacar, tidak mungkin bisa kita hapuskan. Kita memang harus hidup bersama dengan virus ini untuk waktu yang cukup lama," kata Budi.

Budi mengatakan yang terpenting saat ini adalah hidup dengan protokol kesehatan yang baik, vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, dan membiasakan diri hidup sehat. Adapun perkembangan dari sisi terapeutik atau pengobatan diharapkan bisa mengurangi risiko kematian atau fatalitas akibat Covid-19.

"Karena sebenarnya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan HIV/AIDS, dengan MERS, dengan virus-virus corona sebelumnya. Itu untuk menjawab pertanyaan mengenai herd immunity," ucap Budi.

Epidemiolog UI Pandu Riono dan epidemiolog Unair Windhu Purnomo memang pernah mengemukakan pendapat ini. "Secara teoretis, sangat sulit mencapai herd immunity. Sebab efikasi vaksin yang dipakai tidak terlalu tinggi dan varian virus yang bermutasi semakin cepat dan ganas," kata Windhu Purnomo pada Kamis, 5 Agustus 2021.


BUDIARTI UTAMI PUTRI | CAESAR AKBAR

Baca: IDI Sebut 86 Persen Penduduk Harus Divaksinasi Demi Capai Herd Immunity

Berita terkait

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

3 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

9 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

16 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Pesan Menkes buat Pemudik, Hindari 3 Masalah Kesehatan Ini

18 hari lalu

Pesan Menkes buat Pemudik, Hindari 3 Masalah Kesehatan Ini

Menkes mengatakan tiga masalah kesehatan berikut bisa muncul ketika pemudik terlalu memaksakan diri sehingga membahayakan keselamatan.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

22 hari lalu

Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

Jumlah kasus flu Singapura bisa bertambah lagi seiring momentum Idul Fitri dan mudik Lebaran yang membuat intensitas pertemuan di masyarakat meninggi.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

23 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Daftar Anggota MWA ITB Terpilih 2024-2029, Ada Nama Ignasius Jonan dan Salman Subakat

25 hari lalu

Daftar Anggota MWA ITB Terpilih 2024-2029, Ada Nama Ignasius Jonan dan Salman Subakat

Ignasius Jonan dan Salman Subakat ada di antara empat nama anggota MWA ITB unsur wakil masyarakat. Menunggu pengesahan mendikbudristek.

Baca Selengkapnya

Ramai PIK 2 dan BSD jadi PSN, Ternyata Awalnya Diusulkan oleh Sandiaga dan Budi Gunadi

25 hari lalu

Ramai PIK 2 dan BSD jadi PSN, Ternyata Awalnya Diusulkan oleh Sandiaga dan Budi Gunadi

Pemerintah membeberkan awal mula Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) dan Bumi Serpong Damai (BSD) masuk ke daftar PSN.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

26 hari lalu

Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

Kasus DBD di Indonesia meningkat hingga Maret 2024, kasus mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa. Perhatikan tips antisipasi dari demam berdarah.

Baca Selengkapnya