Eks Direktur WHO Usulkan 7 Upaya Tekan Kematian Tenaga Kesehatan

Reporter

Egi Adyatama

Minggu, 8 Agustus 2021 15:44 WIB

Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanKementerian Kesehatan RI. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan angka kematian tenaga kesehatan di Indonesia akibat Covid-19 sangat tinggi. Ia mengatakan hal ini harus segera ditekan.

"Wafatnya tenaga kesehatan garda utama pengendalian Covid-19 jelas tidak boleh diterangkan hanya dengan angka atau persentase belaka. Tenaga kesehatan adalah aset kesehatan nasional, dan bahkan merupakan aset ketahanan nasional bangsa kita," kata Tjandra dalam keterangan tertulis, Ahad, 8 Agustus 2021.

Tjandra merujuk pada data awal PPKM Darurat 3 Juli 2021 lalu yang menunjukkan angka kematian nakes yang mencapai 493 orang. Angka kematian rata-rata 7 hari adalah 471 orang. Pada akhir PPKM level 4 periode pertama di tanggal 2 Agustus, angka kematiannya melonjak menjadi 1.568 kematian, atau naik sekitar tiga kali lipat. Data 6 Agustus menunjukan angka kematian naik lagi menjadi 1.881 orang.

Tjandra pun mengusulkan setidaknya tujuh upaya yang perlu dilakukan untuk melindungi dan juga dapat menurunkan angka kematian yang tinggi para tenaga kesehatan di Indonesia. Lima di antaranya adalah upaya khusus pada tenaga kesehatan serta dua lainnya yang bersifat mengendalikan penularan di masyarakat.

Upaya pertama berhubungan dengan tingginya angka penularan dan kematian petugas kesehatan adalah beban kerja yang terlalu berat. Jumlah pasien yang masih terus tinggi, pasien yang berat juga bertambah, yang semuanya membutuhkan pelayanan ekstra ekstensif pula dari para tenaga kesehatan kita.

Advertising
Advertising

Karena itu, ia mengusulkan reka ulang manajemen SDM yang matang, termasuk pengaturan jam kerja, ruang istirahat memadai, makanan yang cukup, kesejahteraan yang memadai dan lain-lain.

"Untuk mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan maka dapat dilakukan pendekatan '3 R', yaitu Refungsi, Relokasi dan Rekrutmen," kata Tjandra.

Upaya kedua adalah dengan mencegah atau setidaknya mengurangi penularan pada tenaga kesehatan di tempat kerjanya. Mulai dari jaminan kebersihan dengan desinfektan, menyediakan ventilasi udara dengan baik,
mengadakan ruangan dengan tekanan negatif,
mengatur alur pemeriksaan dan masuk rawatnya pasien, hingga pengaturan limbah.

Upaya ketiga adalah jaminan Alat Pelindung Diri (APD). Dengan adanya varian Delta yang lebih menular, petugas kesehatan harus mendapat perlindungan maksimal dengan APD dengan standar terbaik.

Upaya keempat adalah perlindungan bagi tenaga kesehatan yang memiliki komorbid tertentu dan bagi nakes yang berusia di atas 60 tahun atau di atas 65 tahun.

"Bukan tidak mungkin perlu pengaturan shift kerja khusus bagi tenaga kesehatan yang ada ko morbidnya, atau tenaga kesehatan yang dengan komorbid mungkin perlu mengatur jam prakteknya agar cukup tersedia waktu istirahat," kata Tjandra.

Adapun upaya kelima adalah penanganan bila tenaga kesehatan terinfeksi. Terlebih jika keadaan kliniknya sedang atau berat dan memerlukan perawatan rumah sakit.Harus ada jaminan ketersediaan ruang rawat dan obat-obatan yang memadai perlu diatur dengan baik.

Tjandra mengatakan tingginya penularan pada petugas kesehatan terjadi karena angka penularan di masyarakat yang tinggi, dengan angka kepositifan di negara kita diatas 20 persen. Karena itu untuk melindungi tenaga kesehatan maka perlu upaya menurunkan penularan di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara.

Yang pertama adalah pembatasan kegiatan sosial, atau dapat juga penerapan yang oleh WHO disebut sebagai Public Health and Social Measure (PHSM). Kedua adalah melakukan tes dan telusur yang masif.

"Kalau tes dan telusur tidak ditingkatkan maka kasus-kasus positif di masyarakat tidak ditemukan secara optimal dan penularan akan terus terjadi, masalah kita tidak kunjung selesai," kata Tjandra.

Baca: Tenaga Kesehatan Kerap Diintimidasi saat Pertanyakan Keterlambatan Insentif

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

3 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

3 hari lalu

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan polisi terus menggali terkait kasus meninggalnya Brigadir Ridhal Ali Tomi diduga bunuh diri di dalam mobil.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Politikus PDIP Ihsan Yunus Penuhi Pemeriksaan KPK sebagai Saksi Korupsi APD Kemenkes 2020

14 hari lalu

Politikus PDIP Ihsan Yunus Penuhi Pemeriksaan KPK sebagai Saksi Korupsi APD Kemenkes 2020

KPK memeriksa politikus PDIP Ihsan Yunus dalam kasus dugaan korupsi APD Kemenkes 2020 di Gedung Merah Putih KPK, Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kasus Dugaan Pemecatan Ratusan Tenaga Kesehatan di NTT: Kronologi hingga Respons DPR

15 hari lalu

Kasus Dugaan Pemecatan Ratusan Tenaga Kesehatan di NTT: Kronologi hingga Respons DPR

Anggota DPR geram atas kasus dugaan pemecatan 249 Tenaga Kesehatan (Nakes) non-ASN di Manggarai, NTT.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkes soal Isu Batalkan NIK PPPK Bidan Pendidik

15 hari lalu

Penjelasan Kemenkes soal Isu Batalkan NIK PPPK Bidan Pendidik

Sebelumnya, ratusan pelamar D4 Bidan Pendidik dinyatakan lulus seleksi PPPK 2023, Namun, pada April 2024, NI PPPK dibatalkan oleh Kemenkes.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

21 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya