CISDI Sebut Program Puskesmas Terpadu Tingkatkan Testing dan Tracing di Jabar

Reporter

Tempo.co

Jumat, 6 Agustus 2021 11:00 WIB

Petugas kesehatan dari Puskesmas Tamansari dan Satgas Covid-19 RW 10 Tamansari, memasuki rumah warga positif Covid-19 yang sedang isolasi mandiri di kawasan permukiman di Bandung, Rabu, 4 Agustus 2021. Isolasi pasien Covid-19 di rumah yang tidak terawasi institusi kesehatan jadi salah satu penyebab tingginya angka kematian sepanjang Juni dan Juli 2021. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) mengatakan program Puskesmas Terpadu dan Juara (Puspa) mampu meningkatkan testing dan tracing di Jawa Barat.

"Temuan CISDI sejauh ini menyatakan, puskesmas yang menerapkan surveilans berbasis masyarakat dapat meningkatkan rasio lacak hingga 19.78 perse,” kata Senior Advisor on Gender and Youth for the Director-General of WHO dan Pendiri CISDI, Diah Saminarsih, seperti dikutip dari siaran pers pada Jumat, 6 Agustus 2021.

Puspa merupakan program kerja sama antara CISDI dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Program ini merekrut 500 tenaga kesehatan sebagai field officer yang akan ditugaskan di 100 puskesmas di 12 kota/kabupaten di Jawa Barat. Puspa bertujuan menguatkan upaya deteksi, lacak kasus, edukasi publik terkait 3M, menyiapkan vaksinasi Covid-19, hingga memastikan pemenuhan layanan kesehatan esensial di Jawa Barat.

Dalam laporannya, Tim Puspa berhasil meningkatkan kualitas dan akses tes melalui penggunaan antigen, peningkatan pengambil sampel hingga 9-10 orang per puskesmas, perluasan point of services pengambilan tes, kolaborasi antara klinik dengan lab swasta, hingga penelusuran kasus aktif dengan melibatkan masyarakat.

Tim Puspa menggunakan pendekatan berbasis masyarakat untuk meningkatkan rasio lacak dengan menjalin hubungan lintas sektor. Seperti dengan RT, tokoh masyarakat, atau pemerintah daerah setempat, serta merekrut dan melatih kader pelacak kasus, sebelum akhirnya melepas masyarakat bersama kader kesehatan melaksanakan SBM secara independen, aktif, dan masif.

Advertising
Advertising

Peningkatan jumlah tes yang dibarengi dengan pelacakan masif, juga dilakukan dalam ekosistem kesehatan primer. Tenaga kesehatan bersama dengan para kader kesehatan, relawan masyarakat, dan relawan mahasiswa bekerja sama dan berbagi peran melakukan pelacakan kontak.

Secara khusus, relawan mahasiswa dari ISMKI, CIMSA, ISOMATE, PTBMMKI, dan UNIKA Atma Jaya melaksanakan peran sebagai tracer online, petugas pengumpul data, dan petugas pemantauan online. Mitra lain, seperti PT JNE ikut berpartisipasi mendistribusikan alat pelindung diri kepada beberapa puskesmas yang bekerja sama dengan CISDI.

Diah mengatakan jalan keluar dari pandemi adalah transformasi layanan kesehatan primer. "Semua upaya yang dikerjakan Puspa ini adalah transformasi yang seharusnya bisa berjalan optimal dengan dukungan regulasi, dukungan birokrasi, selain juga gerakan bersama seluruh kelompok masyarakat yang kita lakukan saat ini," ujar Diah soal meningkatnya testing dan tracing.

MEGA SAVITRI

Baca juga: Kapan Pandemi Bisa Terkendali, Berikut Prediksi Epidemiolog UI

Berita terkait

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

2 jam lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

5 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

7 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

1 hari lalu

Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

Bukan hanya masyarakat biasa, cuaca panas juga berpotensi menghambat tenaga medis memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

2 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

6 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

9 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

9 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

9 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya