Cerita Kematian Pasien Covid-19 di Malang yang Sempat Nol saat PPKM Darurat
Reporter
Abdi Purmono (Kontributor)
Editor
Aditya Budiman
Selasa, 27 Juli 2021 20:27 WIB
Dari penelusuran Tempo, biasanya khusus informasi data kematian warga dari rumah sakit dikirim ke PSC 119 Dinas Kesehatan. Lalu PSC membagikan informasinya di grup besar yang berisikan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, para pemimpin rumah sakit. Lalu informasinya disampaikan ke BPBD dan UPT Pemakaman selaku pelaksana lapangan.
Sedangkan data harian Covid-19 (positif, sembuh, meninggal, dan kasus aktif) dikirim oleh PSC 119 Dinas Kesehatan kepada Dinas Kominfo Kota Malang. Data ini diolah dalam bentuk grafis dan diwartakan lewat akun media sosial (Twitter, Instagram, dan Whatsapp) resmi milik Pemerintah Kota Malang. Dinas Kominfo kemudian meneruskan informasi dari PSC kepada BPBD.
Tempo sempat mengunjungi TPU Kutobedah. Selama 1 jam di sana, Tempo sempat menghitung sendiri kuburan di area pemakaman Covid-19 yang letaknya di sisi timur. Area pemakaman Covid-19 juga ada di sisi selatan. Namun area timur yang paling banyak makam Covid-19. Warga setempat menyebutnya “makam Mr X” walau mayoritas batu nisan sudah bernama dan bertanggal.
Hasilnya, Tempo menemukan 5 kuburan berbatu nisan yang bertuliskan tanggal kematian 18 dan 19 Juli 2021, masing-masing sebanyak tiga dan dua kuburan. Tiga kuburan tanggal 18 Juli atas nama Hendriana, Supriyanto, dan Suyati. Sedangkan kuburan bertanggal 19 Juli atas nama Windari dan Temu. Temuan empat makam ini menjadi kontradiktif dengan dant nol kasus kematian akibat Covid-19 di Kota Malang pada 18-20 Juli.
Koordinator penggali kubur di TPU Kutobedah bernama Dolah alias Gendut, 56 tahun mengatakan ada total 184 makam pasien Covid-19 di pemakaman tersebut. Ia dan 9 kawannya tidak memusingkan apakah orang yang dikubur benar akibat Covid-19 atau bukan. Mereka hanya menjalankan tugas memakamkan jenazah sesuai protokol pemakaman Covid-19 dan yang penting honorarium lancar dibayarkan.
Baca juga: Pemakaman Covid-19 di TPU Cipenjoh Melonjak, Keluarga Bawa Tukang Gali Sendiri
ABDI PURMONO