Kelompok Sipil Desak Pemerintah Minta Maaf ke Publik atas Darurat Covid-19

Rabu, 7 Juli 2021 15:45 WIB

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati saat melakukan orasi di hadapan massa aliansi GEBRAK di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis, 22 Oktober 2020. Tempo/M Yusuf Manurung

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam Konsorsium Masyarakat untuk Kesehatan Publik kembali mendesak pemerintah meminta maaf kepada masyarakat atas kondisi darurat Covid-19 yang terjadi. Pemerintah juga didesak mengambil langkah luar biasa untuk menekan laju pandemi yang dinilai sudah gawat darurat.

"Pemerintah harus meminta maaf kepada publik atas situasi ini dan memberikan solusi konkret terhadap keluarga yang berjuang mendapatkan perawatan rumah sakit/ICU/dan layanan medis lainnya," kata perwakilan Konsorsium, Asfinawati dalam keterangan tertulis, Rabu, 7 Juli 2021.

Konsorsium menilai situasi pandemi akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Hingga 6 Juli kemarin, tercatat 61.868 orang meninggal karena Covid-19. Ironisnya, sebanyak 1.607 di antaranya merupakan tenaga kesehatan.

Konsorsium juga menyoroti banyaknya pasien yang meninggal saat isolasi mandiri akibat sulitnya mendapatkan bantuan medis. Belum lagi pasien-pasien yang meninggal lantaran tak mendapat bantuan oksigen.

Menurut Asfinawati, pemerintah tak melakukan pengendalian semestinya atas persoalan tersebut. Padahal, Kepolisian dan Kejaksaan Agung menyatakan akan menindak tegas oknum yang menjual obat Covid-19 di atas harga eceran tertinggi.

Advertising
Advertising

Asfinawati mengatakan pemerintah justru menyalahkan masyarakat yang mudik dan tak taat protokol kesehatan. Padahal, kata dia, justru pemerintah yang melonggarkan pergerakan dengan membuka tempat pariwisata, pusat perbelanjaan, dan perkantoran yang bukan sektor esensial.

"Ini semua cermin kebijakan yang jauh dari panduan pencegahan dan pengendalian pandemi," kata Asfinawati.

Perwakilan Konsorsium yang lain, Rivanlee Anandar mengatakan pemerintah juga lalai mencegah dan mengendalikan transmisi virus corona varian delta. Saat situasi sudah darurat pun, kata dia, pejabat publik tetap tak mengakui dan malah mengklaim situasi masih terkendali.

Rivanlee menilai pemerintah terkesan fokus mencitrakan diri bahwa semuanya masih baik-baik saja. Menurut dia, sikap tersebut tak menunjukkan empati kepada keluarga yang kehilangan nyawa akibat kelalaian negara.

Konsorsium pun mendesak pemerintah mengevaluasi penanganan Covid-19 secara nasional, kemudian melakukan langkah-langkah seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Pemerintah juga diminta menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, mulai dari peralatan kesehatan hingga obat-obatan yang diperlukan masyarakat, serta memberikan informasi atas hoaks mengenai jenis pengobatan dan penanganan Covid-19.

Selain itu, Konsorsium meminta pemerintah menertibkan para spekulan yang memanfaatkan situasi pandemi dengan menaikkan harga obat-obatan. Menurut Konsorsium, pemerintah harus menyediakan dan mendistribusikan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat.

"Pemerintah juga harus menyudari komunikasi yang mencitrakan baiknya situasi dan beralih ke komunikasi risiko yang berempati, akuntabel, dan merefleksikan kegawatdaruratan di masyarakat dan fasilitas kesehatan sesungguhnya di lapangan," ujar Rivanlee.

Konsorsium Masyarakat untuk Kesehatan Publik ini terdiri dari sejumlah organisasi masyarakat sipil. Yakni AJI Indonesia, AJAR, AMAR, Amnesty International Indonesia, Auriga Nusantara, #BersihkanIndonesia, ICW, Jurnalis Bencana dan Krisis.

Kemudian Jala PRT, Kios Ojo Keos, Koalisi Warga Lapor Covid-19, KontraS, Kurawal, LBH Jakarta, LBH Masyarakat, Lokataru, Migrant Care, Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia.

Lalu Transparency International Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Watchdoc, Yayasan Perlindungan Insani, dan YLBHI.


BUDIARTI UTAMI PUTRI

Baca juga: Selain Harga Naik, RS Muhammadiyah Keluhkan Obat Covid-19 Sulit Didapat

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

6 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

Akuarium air asin memerlukan salinitas, derajat keasaman, hingga perawatan tertentu agar zat kimia seperti amonia, nitrit, dan nitrat tidak masuk ke dalam airnya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

11 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya