ICW Beberkan 4 Alasan MK Harus Batalkan Revisi UU KPK

Reporter

M Rosseno Aji

Senin, 3 Mei 2021 20:27 WIB

Peneliti Indonesia Corruption Watch Kurnia Ramadhana dan Lalola Easter, saat diskusi di Kantor Pusat ICW, di Kalibata, Jakarta Selatan, Ahad, 28 April 2019. TEMPO/Egi Adyatama

TEMPO.CO, Jakarta - Mahkamah Konstitusi akan menggelar sidang putusan gugatan terhadap revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi atau revisi UU KPK pada Selasa, 4 Mei 2021. Indonesia Corruption Watch menilai ada empat alasan mengapa MK seharusnya mengabulkan gugatan tersebut.

“Sulit dipungkiri, keberadaan UU KPK baru telah menimbulkan problematika serius,” kata peneliti ICW Kurnia Ramadhana lewat keterangan tertulis, Senin, 3 Mei 2021.

Kurnia mengatakan alasan pertama gugatan revisi UU KPK perlu dikabulkan adalah pada pembentukannya yang cacat prosedur. Dia mengatakan Presiden dan DPR telah mengabaikan prinsip demokrasi saat merevisi beleid tersebut. Publik, kata dia, tidak dilibatkan, bahkan protes dan demonstrasi menolak UU tersebut diabaikan.

Kedua, substansi revisi UU KPK bertentangan dengan banyak putusan MK. Kurnia menyebutkan Pasal 3 UU KPK hasil revisi yang memberi wewenang KPK untuk menerbitkan SP3 bertentangan dengan putusan MK tahun 2003 yang memberikan pondasi independensi kelembagaan KPK.

“Mengingat putusannya yang bersifat final dan mengikat, maka pasal dalam UU KPK baru mesti dikatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat jika tidak ditafsirkan sebagaimana telah diputuskan oleh MK beberapa waktu lalu,” kata dia.

Advertising
Advertising

Kurnia mengatakan alasan ketiga adalah banyak norma hukum yang tidak jelas di UU KPK baru. Misalnya, mengenai wewenang Dewan Pengawas memberikan izin penyadapan, penggeledahan dan penyitaan. Kurnia mengatakan menurut KUHAP satu-satunya lembaga yang mempunyai wewenang memberikan izin tersebut adalah pengadilan.

Alasan keempat, revisi UU KPK sarat dengan kepentingan politik. Dia mengatakan dugaan tersebut dapat dilihat dari cepatnya proses legislasi yang hanya memakan waktu 14 hari hingga disahkan. Selain itu, revisi UU KPK tidak pernah masuk Program Legislasi Nasional 2019, namun tetap dipaksakan.

“Saat paripurna untuk mengesahkan UU KPK di DPR, jumlah kehadiran anggota pun tidak memenuhi kriteria kuorum. Sehingga ini menunjukkan adanya intensi politik di balik pembahasan revisi UU KPK,” kata dia.

Baca: 51 Profesor Minta MK Kabulkan Permohonan Uji Materi UU KPK

Berita terkait

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

4 jam lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

KPK Belum Putuskan Berapa Lama Penghentian Aktivitas di Dua Rutan Miliknya

4 jam lalu

KPK Belum Putuskan Berapa Lama Penghentian Aktivitas di Dua Rutan Miliknya

Dua rutan KPK, Rutan Pomdam Jaya Guntur dan Rutan Puspomal, dihentikan aktivitasnya buntut 66 pegawai dipecat karena pungli

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

6 jam lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Konflik Nurul Ghufron dan Albertina Ho, KPK Klaim Tak Pengaruhi Penindakan Korupsi

7 jam lalu

Konflik Nurul Ghufron dan Albertina Ho, KPK Klaim Tak Pengaruhi Penindakan Korupsi

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak mengatakan penyidikan dan penyelidikan kasus korupsi tetap berjalan di tengah konflik Nurul Ghufron dan Albertina Ho

Baca Selengkapnya

KPK Bantah Ada Intervensi Mabes Polri dalam Penanganan Perkara Eddy Hiariej

7 jam lalu

KPK Bantah Ada Intervensi Mabes Polri dalam Penanganan Perkara Eddy Hiariej

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak menegaskan tidak ada intervensi dari Mabes Polri dalam kasus eks Wamenkumham Eddy Hiariej

Baca Selengkapnya

Saat Hakim MK Pertanyakan Caleg PKB yang Cabut Gugatan ke PDIP

9 jam lalu

Saat Hakim MK Pertanyakan Caleg PKB yang Cabut Gugatan ke PDIP

Kuasa hukum mengaku mendapat informasi pencabutan itu dari kliennya saat sidang MK tengah berlangsung.

Baca Selengkapnya

Periksa 15 ASN Pemkab Sidoarjo, KPK Dalami Keterlibatan Gus Muhdlor di Korupsi BPPD

10 jam lalu

Periksa 15 ASN Pemkab Sidoarjo, KPK Dalami Keterlibatan Gus Muhdlor di Korupsi BPPD

KPK memeriksa 15 ASN untuk mendalami keterlibatan Bupati Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor dalam dugaan korupsi di BPPD Kabupaten Sidoarjo

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, KPK Bantah Ada Intervensi Mabes Polri

16 jam lalu

Belum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, KPK Bantah Ada Intervensi Mabes Polri

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak membantah ada tekanan dari Mabes Polri sehingga belum menerbitkan sprindik baru untuk Eddy Hiariej.

Baca Selengkapnya

KPK Sempurnakan Administrasi Sebelum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej

17 jam lalu

KPK Sempurnakan Administrasi Sebelum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej

KPK akan menyempurnakan proses administrasi sebelum menerbitkan sprindik baru untuk eks Wamenkumham Eddy Hiariej.

Baca Selengkapnya

KPK: Potensi Korupsi di Sektor Pengadaaan Barang Jasa dan Pelayanan Publik di Daerah Masih Tinggi

18 jam lalu

KPK: Potensi Korupsi di Sektor Pengadaaan Barang Jasa dan Pelayanan Publik di Daerah Masih Tinggi

Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK memprioritaskan lima program unggulan untuk mencegah korupsi di daerah.

Baca Selengkapnya