KRI Karel Satsuitubun 356 bersiap sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis, 22 April 2021. Sejak KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak saat menggelar latihan penembakan rudal di laut utara Bali, sebanyak lima KRI mulai disiagakan di Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pangkalan TNI AL Banyuwangi. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono mengatakan awak KRI Nanggala 402 bisa menghemat oksigen. Sebab prediksi awal cadangan oksigen di kapal selam tersebut hanya bisa bertahan 72 jam sejak hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 dini hari.
Ia mengatakan prosedur ini bisa diterapkan dengan cara para prajurit tak banyak beraktivitas di dalam kapal. "Dan juga bisa tidur saja di dalam kapal," kata Julius, Sabtu, 24 April 2021.
Ia pun meminta masyarakat Indonesia mendoakan keselamatan para awak kapal serta agar pencarian lebih mudah.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono memperkirakan Nanggala mampu bertahan sekitar 72 jam dalam kondisi mati total atau blackout.
Ia menegaskan personel lengkap serta material sudah ada dan sudah mendapat surat kelaikan. Kapal KRI Nanggala ini dibuat pada tahun 1977 dan diterima angkatan lautdelivery pada tahun 1981 buatan HDW Jerman.
Riwayat kapal selam ini, kata dia, sudah menembak torpedo latihan sebanyak 15 kali dan menembak torpedo perang dua kali dengan sasaran kapal eks KRI, keduanya tenggelam. "Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kami libatkan untuk latihan penembakan torpedo latihan maupun perang," katanya menjelaskan.