Petugas membawa jenazah guru sekolah dasar Oktovianus Rayo yang tewas akibat ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di kamar jenazah RSUD Mimika, Papua, Sabtu, 10 April 2021. Oktovianus Rayo dan guru SMP Yonathan Randen meninggal akibat penyerangan oleh KKB di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak dan selanjutnya jenazah diserahkan kepada keluarga di Timika. ANTARA/Sevianto Pakiding
TEMPO.CO, Jakarta - Kapolsek Beoga Ipda Ali Akbar mengungkapkan persediaan bahan makanan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, saat ini hanya mencukupi untuk kebutuhan tiga hingga empat hari. Hal ini disebabkan tidak ada pesawat yang terbang ke daerah itu setelah kasus penembakan guru oleh KKB.
"Memang benar persediaan bahan makanan di Beoga berkurang karena tidak ada pesawat masuk," katanya, Selasa 13 April 2021.
Ia menyebut di Beoga ada 12 warung atau kios besar dan kecil namun persediaan mereka juga mulai menipis.
Pesawat, kata dia, tidak mudah mendarat di lapangan terbang Beoga karena sebelum mendarat pesawat harus terbang melintas di sebelah utara, yang saat ini menjadi tempat persembunyian KKB.
"Pintu masuk ke lapangan terbang Beoga harus melalui sisi utara di mana KKB bersembunyi sehingga saat pesawat terbang rendah ketika mau mendarat dapat menjadi sasaran tembak," katanya menegaskan.
Ia mengakui bahwa lapangan terbang sudah dikuasai KKB, namun pintu masuk ke lapangan terbang harus melalui sebelah utara itu sehingga pilot takut untuk terbang ke Beoga. Untuk mencapai lokasi tersebut cukup sulit karena berada di ketinggian sehingga dengan mudahnya KKB menembak bila anggota Polri/TNI menuju lokasi tersebut.