Kilas Nasional: BRIN dan Cara Kelompok Teroris JAD Rekrut Anggota
Reporter
Tempo.co
Editor
Aditya Budiman
Senin, 12 April 2021 12:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dua berita menjadi terpopuler di kanal Nasional Tempo.co. Berita pertama tentang calon Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Berikutnya soal cara kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) merekrut calon kader perempuan.
1. Bambang Brodjonegoro Dijagokan Jadi Kepala BRIN
Anggota Komisi VII DPR Maman Abdurrahman mengatakan penunjukan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN merupakan hak prerogatif Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini disampaikan Maman saat ditanya peluang reshuffle kabinet dengan adanya perubahan nomenklatur kementerian dan badan.
Namun, Maman berharap posisi itu bakal dijabat oleh Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro. "Kepala BRIN memang sepenuhnya menjadi hak prerogatif Presiden. Namun saran saya tetap Pak Bambang Brodjonegoro saja," kata Maman kepada Tempo, Ahad, 11 April 2021.
Maman beralasan, latar belakang Bambang yang saat ini menjabat Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN akan membuat transisi kelembagaan BRIN menjadi lebih mudah dan cepat. Ia mengatakan belum tentu begitu halnya ketika posisi Kepala BRIN diisi oleh orang baru.
"Karena beliau (Bambang) sudah Menristek, kalau beliau ditunjuk menjadi Kepala BRIN, proses persiapan utk membangun lembaga BRIN ini menjadi lebih mudah karena beliau tidak perlu lagi beradaptasi, proses transisinya bagus," kata politikus Golkar ini.
Maman mengatakan pembentukan BRIN adalah perintah dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2019 Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ia berujar, undang-undang itu mengamanatkan adanya penguatan lembaga BRIN menjadi sebuah badan otonom. Nantinya, kata Maman, riset-riset di setiap kementerian akan berada di bawah BRIN.
Maman pun berharap pemerintah menjalankan BRIN sesuai dengan UU Sisnas Iptek. Ia mengatakan perlunya keseriusan pemerintah agar kebijakan tersebut betul-betul berjalan dan tak ada lagi ego sektoral antarkementerian.
<!--more-->
2. Cara JAD Gaet Kader
Pernikahan menjadi iming-iming kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) menggaet calon kader perempuan masuk ke kelompok teroris ini. Seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 11 April 2021, salah satu korban adalah Wahidah, bukan nama sebenarnya.
Kepada Tempo, Wahidah bercerita, mulanya ia berkenalan dengan seseorang bernama Abu Nakir Shaab melalui grup pengajian komunitas Melayu Singapura dan Malaysia di Facebook dan Telegram. Saat itu, ia tengah dilanda galau akibat putus cinta dan ingin 'melarikan diri' dengan memperdalam ilmu agama.
Naas, oleh Abu Nakir, ia disusupi paham-paham ISIS. "Halal darahnya orang-orang yang tidak sepahaman dengan ISIS," ucap Wahidah menirukan Abu Nakir, saat diwawancarai Tempo.
Singkatnya, ia akan dinikahi jika bersedia ikut Abu Nakir berperang bersama milisi ISIS di Suriah. Wahidah mengaku sempat terbuai. Bahkan, karena rutin berkomunikasi, ia dan Abu Nakir menggunakan nama panggilan 'Abi' dan 'Umi'.
Sejak paham ISIS masuk ke Indonesia pada 2015, jumlah perempuan yang nyemplung di pusaran terorisme bertambah. Perannya pun beragam. Mulai dari penyebar ideologi, penyandang dana, perakit bom, hingga pelaku aksi.
Peneliti Hukum dan HAM Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Milda Istiqomah mengatakan, sebelum 2016, perempuan terlibat sebagai pembawa pesan, perekrutan, mobilisasi dan alat propaganda, serta regenerasi ideologi. "Selama kurun waktu 15 tahun mereka lebih di balik layar," kata Milda pada 2 April 2021.
Baca juga: Bambang Brodjonegoro: Saya Minta Maaf ke Pegawai BRIN, Karena...
BUDIARTI UTAMI PUTRI | ANDITA RAHMA