Anomali Penurunan Kasus TBC di Indonesia Selama Pandemi Covid-19

Reporter

Tempo.co

Selasa, 30 Maret 2021 09:58 WIB

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan mengungkap adanya anomali kasus TBC selama pandemi covid-19. Sepanjang tahun 2020 lalu angka penemuan kasus TBC, baik TBC biasa maupun TBC resisten terjadi penurunan drastis.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Siti Nadia Tarmizi mengatakan pada 2020 lalu, kasus TBC biasa hanya ditemukan 349 ribu kasus. Padahal, bila berdasarkan estimasi pada tahun 2018 dan 2019, penemuan kasus TBC seharusnya 845 ribu kasus.

Demikian pula untuk kasus TBC resisten, hanya ditemukan 860 kasus sepanjang 2020 lalu dari yang seharusnya bisa mencapai 24 ribu kasus.

Nadia mengatakan persentase di tahun 2018 dan 2019 estimasi kasus yang ditemukan sebesar 60 persen. Tetapi ternyata di tahun 2020, kasus yang ditemukan menurun tajam hingga hanya 30 persen.

"Ini menjadi alarm kita di 2021 untuk menemukan jumlah kasus sesuai dengan estimasi tadi," Nadia seperti dikutip Tempo dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Selasa 30 Maret 2021.

Advertising
Advertising

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membenarkan menurunnya temuan penderita tuberkulosis atau TBC selama masa pandemi Covid-19. "Dalam tahun 2020 dimasa pandemi Covid-19 angka penemuan TBC menurun sangat drastis" ujar Budi pada peringatan Tuberkulosis Sedunia yang dilaksanakan secara daring pada tanggal 24 Maret 2021.

Menurut Nadia selama pandemi Covid-19, pelayanan terhadap pasien TBC dilakukan dengan protokol kesehatan. Ia memastikan layanan TBC dipastikan tetap berjalan dan frekuensi penemuan pasien TBC tidak akan menurunkan kualitas.

Dengan kondisi yang harus menjaga jarak dan tidak berkerumun, pemantauan pengobatan dilakukan secara elektronik melalui whatsapp ataupun sarana elektronik lainnya.

Setiap hari pasien dihubungi melalui alat komunikasi baik itu ke pasien ataupun keluarga pasien. Pada saat pengambilan obat di Puskesmas atau di rumah sakit akan dimintakan nomor kontaknya sehingga bisa dilakukan pemantauan pengobatan secara elektronik.

Disamping itu terdapat kebijakan relaksasi interval pengambilan obat. Pada pasien TBC sensitif untuk fase intensif obat TBC diberikan dalam kurun waktu 14 sampai 28 hari, adapun pengobatan lanjutan intervalnya adalah 28 hari sampai 56 hari yang sebelumnya hanya 2 minggu.

Bagi pasien TBC resisten obat juga diberikan kemudahan yaitu setiap 7 hari dan tahap selanjutnya adalah pada fase 14 sampai 28 hari.

Kepada masyarakat yang memiliki gejala batuk melebihi waktu dua minggu ataupun batuk-batuk yang tidak sembuh dengan batuk biasa untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. "Tidak perlu takut untuk mendatangi Puskesmas atau rumah sakit," ucapnya.

Wakil Ketua Komite Ahli Penanggulangan Tuberkulosis 2021 Tjandra Yoga Aditama mengatakan penanggulangan TBC bisa mengambil cara yang sama dengan penanganan COVID-19 yakni testing, tracing, dan treatment. Termasuk penggunaan masker untuk mencegah penularan TBC.

ASMA AMIRAH

Baca juga: Hari Tuberkulosis Sedunia, Indonesia Urutan ke-3 Kasus TBC di Dunia

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya