Menlu Pertama RI Achmad Soebardjo, Penengah Menjelang Proklamasi

Reporter

Tempo.co

Selasa, 23 Maret 2021 15:11 WIB

Foto mantan Menteri Luar Negeri Pertama Republik Indonesia yang juga penyusun konsep naskah Proklamasi, Achmad Soebardjo dan plakat penghargaan miliknya sebagai pahlawan nasional di Kediaman, Cikini Raya, Menteng, Jakarta, (6/8). TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Achmad Soebardjo merupakan pria keturunan Aceh dan Jawa. Lahir dari pasanganTeuku Muhammad Yusuf dan Wardinah. Sebelum nama Achmad Soebardjo melekat pada dirinya, nama yang diberikan ayahnya ialah Teuku Abdul Manaf, sedang ibunya memberi nama Achmad Soebardjo. Lalu nama Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri saat dewasa.

Achmad Soebardjo sangat peduli pendidikan. Itu bisa dilihat dari kemampuannya bisa bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta pada 1917. Lalu melanjutkan kuliah di Universitas Leiden, Belanda dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten atau saat ini setara dengan Sarjana Hukum di bidang undang-undang pada 1933.

Pada saat menjadi mahasiswa, ia tergolong aktif dalam kegiatan perjuangan Indonesia lewat organisasi, mulai dari Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Bersama Mohammad Hatta, ia dan para ahli gerakan Indonesia menjadi wakil Indonesia pada Februari 1927 untuk hadir pada persidangan antarbangsa dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah yang pertama di Brussels dan kemudian di Jerman. Setelah kepulangannya ke Indonesia, ia bergabung dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Selain itu, Achmad Soebardjo adalah orang yang berperan penting dalam ketegangan-ketegangan yang terjadi sebelum proklamasi benar-benar dilakukan di Jakarta. Ialah yang menengahi gesekan antara golongan muda dan tua saat Jepang menyerah tanpa syarat dan menyerahkan Indonesia dalam status quo.

Baca: Mengenal Istri Dari Penyusun Konsep Naskah Proklamasi

Golongan muda ingin segera memproklamirkan kemerdekaan karena melihat kesempatan emas, sedang golongan tua ingin menunggu kepastian agar tidak terjadi hal yang fatal. Dirinyalah yang memberi saran agar menjemput lebih dulu Bung Karno dan Bung Hatta dengan menjadikan nyawanya sebagai jaminan kepada golongan yang mendesak jika proklamasi gagal dilaksanakan pada 17 Agustus 1945.

Advertising
Advertising

Achmad Soebardjo juga merupakan orang yang ikut dalam pembuatan konsep naskah proklamasi bersama Bung Karno dan Bung Hatta di rumah Laksamana Muda Kaeda. Sebelum akhirnya kemerdekaan Indonesia benar-benar diproklamirkan oleh Bung Karno didampingi Bung Hatta di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.

Achmad Soebardjo meninggal dunia pada 15 Desember 1978 di usia 82 tahun, akibat sakit komplikasi, di Rumah Sakit Pertamina, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia dimakamkan di rumah peristirahatnya di Cipayung, Bogor. Kemudian pemerintah mengangkat dirinya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009. Jika sekarang Achmad Soebardjo masih hidup, tepat di hari ini 23 Maret 2021 ia menginjak usia 125 tahun.

TEGUH ARIF ROMADHON

Berita terkait

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

17 jam lalu

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

Pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas Wali Kota Gorontalo Marten Taha. Program serba gratis sejak lahir hingga meninggal, dari sekolah sampai kesehatan.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

2 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

4 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

4 hari lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

4 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

4 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

4 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

4 hari lalu

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

5 hari lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

5 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya