Pengamat: KLB Partai Demokrat Sulit Terjadi Jika Tidak Diintervensi Kekuasaan

Senin, 1 Maret 2021 21:00 WIB

Dua anggota Forum Pendiri Partai Demokrat Hencky Luntungan (kiri) dan Joko Suwanda (kanan) berbisik di sela penyampaian keterangan pers terkait perkembangan masalah internal partai mereka di Jakarta, Sabtu, 27 Februari 2021. Delapan anggota Forum Pendiri Partai Demokrat mendesak partai tersebut mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk mengatasi ragam persoalan internal partai, salah satunya adalah kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mereka nilai kurang mampu dalam memimpin partai. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Jakarta, TEMPO.CO-Pengamat politik Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komarudin, berpendapat kongres luar biasa atau KLB Partai Demokrat sulit terjadi. Alasannya, para kader yang saat ini mendorong terjadinya KLB sudah diberhentikan oleh partai. "Kelihatannya saat ini sulit terjadi," kata Ujang kepada Tempo, Senin, 1 Maret 2021.

Menurut Ujang, kelompok yang menginginkan kudeta itu harus mendapatkan surat dukungan secara tertulis dengan stempel dan kop surat dari DPC dan DPD selaku pemilik suara. Dukungan itu, kata dia, sukar dipenuhi jika kader solid di bawah kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.

Ujang juga menilai kecil kemungkinan terjadi pemalsuan dukungan para pemilik suara oleh para aktor KLB. Namun, Ujang mengingatkan Demokrat harus mewaspadai kemungkinan adanya tekanan kekuasaan terhadap kader mereka.

"KLB bisa terjadi kalau ada tekanan-tekanan kekuasaan, misalnya DPC, DPD diancam secara hukum, dipenjarakan," ujar Ujang. Meski begitu, Ujang mengaku tak tahu apakah hal ini terjadi, sebab kini para motor KLB bergerak secara sembunyi-sembunyi.

Ujang mengatakan jika sampai terselenggara, KLB Demokrat ini akan sekaligus menjadi ujian keberpihakan pemerintah. Ia meminta pemerintah tak melakukan pengesahan seandainya KLB tersebut melibatkan pemilik suara bodong. "Kalau pemilik suara abal-abal, pemilik suara bodong, lalu tahu-tahu disahkan Kemenkumham, kan lucu bernegara ini," ujar dia.

Ujang menyinggung bahwa keberpihakan pemerintah dalam kisruh partai politik pernah terjadi sebelumnya, yakni di Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, hingga Partai Berkarya. Belum lama ini, Kementerian Hukum dan HAM mengesahkan hasil musyawarah luar biasa Partai Berkarya kubu Muchdi Purwoprandjono yang menggeser Tommy Soeharto dari kursi ketua umum.

Belakangan, Pengadilan Tata Usaha Negara mengabulkan gugatan kubu Tommy Soeharto melawan Kemenkumham. Ujang mengatakan hal semacam ini tak boleh lagi terjadi dalam negara demokrasi. "Negara tak boleh mengintervensi persoalan partai politik, ketika berada di luar pemerintahan ingin ditaklukkan, dan penaklukkannya secara, mohon maaf, dalam tanda kutip kasar," ujar Ujang.

Sejumlah kader senior Demokrat sebelumnya menyatakan bakal menggelar KLB pada awal Maret ini. Mantan Ketua Komisi Pengawas Demokrat, Darmizal, mengklaim sudah mengantongi dukungan dari mayoritas pemilik hak suara dan hak bicara untuk menggelar KLB. Ia meyakini 96 persen dari pemilik hak ini akan bergabung menjadi peserta di KLB Partai Demokrat.

BUDIARTI UTAMI PUTRI

Baca Juga: Kasus Partai Demokrat, Pengamat: Pembajakan Pimpinan Partai Bisa Secara Cepat

Berita terkait

Bamsoet Ingin Ada Forum yang Satukan Prabowo, Jokowi, Mega, dan SBY

8 jam lalu

Bamsoet Ingin Ada Forum yang Satukan Prabowo, Jokowi, Mega, dan SBY

Bamsoet menilai pertemuan presiden dan mantan presiden penting dilakukan untuk menunjukkan keharmonisan antara pemimpin-pemimpin Indonesia.

Baca Selengkapnya

AHY Harap Penyelenggaraan World Water Forum Bisa Beri Solusi Pengelolaan Air Global

15 jam lalu

AHY Harap Penyelenggaraan World Water Forum Bisa Beri Solusi Pengelolaan Air Global

Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN) AHY penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali bisa menciptakan solusi pengeloaan air global

Baca Selengkapnya

3 Poin Kesaksian Jusuf Kalla Saat Jadi Saksi Meringankan Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan

2 hari lalu

3 Poin Kesaksian Jusuf Kalla Saat Jadi Saksi Meringankan Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan

Jusuf Kalla atau JK menjadi saksi meringankan dalam sidang eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan. Ini tiga poin pembelaannya.

Baca Selengkapnya

Alasan Demokrat Tolak Usulan Politik Uang Dilegalkan dalam Pilkada 2024

2 hari lalu

Alasan Demokrat Tolak Usulan Politik Uang Dilegalkan dalam Pilkada 2024

Partai Demokrat menolak usulan agae politik uang atau money politics dilegalkan pada Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Dede Yusuf Ungkap Alasan Enggan Maju Pilkada 2024

2 hari lalu

Dede Yusuf Ungkap Alasan Enggan Maju Pilkada 2024

Politikus Partai Demokrat Dede Yusuf lebih memilih menjadi anggota DPR RI dibanding maju Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

4 Alasan Komisi II DPR Sebut Sistem Pemilu Harus Dievaluasi

3 hari lalu

4 Alasan Komisi II DPR Sebut Sistem Pemilu Harus Dievaluasi

KPU menyatakan siap memberikan masukan perihal revisi Undang-Undang Pemilu.

Baca Selengkapnya

82 Tahun Jusuf Kalla, Salah Satu Ikon Pengusaha Menjadi Politisi

3 hari lalu

82 Tahun Jusuf Kalla, Salah Satu Ikon Pengusaha Menjadi Politisi

Jusuf Kalla dikenal sebagai pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group, sebelum menjadi politisi, dua kali sebagai wapres.

Baca Selengkapnya

Alasan Bey Triadi Machmudin Tolak Pinangan Demokrat Maju di Pilkada Jabar 2024

4 hari lalu

Alasan Bey Triadi Machmudin Tolak Pinangan Demokrat Maju di Pilkada Jabar 2024

Partai Demokrat menilai Bey Triadi Machmudin sebagai figur potensial untuk Pilkada Jabar 2024.

Baca Selengkapnya

82 Tahun Jusuf Kalla, Melihat Kembali Jejak Politik JK Wakil Presiden di 2 Pemerintahan

4 hari lalu

82 Tahun Jusuf Kalla, Melihat Kembali Jejak Politik JK Wakil Presiden di 2 Pemerintahan

Rabu, 15 Mei 2024, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla genap berusia 82 tahun. Ini perjalanan politik JK.

Baca Selengkapnya

26 Tahun Tragedi Trisakti, Bagaimana Perkembangan Pengusutan Pelanggaran HAM Berat Ini?

4 hari lalu

26 Tahun Tragedi Trisakti, Bagaimana Perkembangan Pengusutan Pelanggaran HAM Berat Ini?

Genap 26 tahun Tragedi Trisakti, bagaimana perkembangan pengusutan pelanggaran HAM berat ini? KontraS sebut justru kemunduran di era Jokowi

Baca Selengkapnya