Peneliti LIPI Paparkan Faksi-faksi Kelompok Pro Kemerdekaan Papua Barat - Papua

Jumat, 4 Desember 2020 09:17 WIB

Sejumlah warga melakukan pengibaran Bendera Bintang Kejora ketika merayakan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) di lapangan Timika Indah, kabupaten Mimika, Papua, (1/12). ANTARA/Husyen Abdillah

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth mengatakan ada beberapa faksi dalam peta politik pro-kemerdekaan Papua - Papua Barat.

"Mereka tidak satu pandangan, agendanya sama ingin memerdekakan Papua, tetapi strategi masing-masing faksi berbeda," kata Adriana kepada Tempo, Kamis, 3 Desember 2020.

Adriana menjelaskan, ada kelompok ideologis yang menempuh strategi lobi politik dan kampanye di dunia internasional. Kelompok ini mengusung dua isu utama, yakni pelanggaran HAM di Papua dan referendum untuk menentukan nasib sendiri. Kelompok ini salah satunya adalah United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pimpinan Benny Wenda.

Kemudian kelompok sayap militer gerakan senjata seperti Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TNPPB-OPM). Adriana mengatakan, ada satu lagi faksi seperti Negara Republik Federal Papua Barat yang pada Oktober lalu juga mendeklarasikan kemerdekaan Papua.

Menurut Adriana, perbedaan pandangan ini menunjukkan belum tercapainya konsolidasi internal di antara kelompok pro-kemerdekaan Papua.

Ia berujar hampir sulit menemukan tokoh pemersatu berbagai kelompok itu sejak Ketua Presidium Dewan Papua Theys Eluay dibunuh pada 2001 lalu. "Harus dilakukan konsolidasi internal di Papua kalau mau memperjuangkan satu tujuan politik yang sama," kata dia.

Adriana juga menanggapi respons pemerintah dan Kepolisian yang menyatakan bakal menindak tegas siapa pun yang mengikuti deklarasi Benny Wenda. Ia mengingatkan bahwa selama ini pun kebebasan berekspresi di Papua sudah sangat terbatas.

Keinginan atau mimpi merdeka, kata Adriana, adalah kebebasan berekspresi yang merupakan bagian dari hak asasi manusia. Pemerintah bisa melakukan penindakan jika keinginan itu termanifestasi dalam gerakan yang diindikasikan melawan negara. "Tapi kalau itu sekadar sebuah kebebasan berekspresi itu sekadar hak asasi," kata Adriana.

Menurut Adriana, pemerintah juga perlu melihat secara imparsial akar permasalahan di Papua. Sebab lebih 50 tahun sejak Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa 2504 pada 1969 yang mengakui hasil Penentuan Pendapat Raktat (Pepera), nyatanya masih banyak orang Papua yang berpikir ingin merdeka.

Dia menilai pemerintah mesti mengevaluasi pendekatan keamanan di Papua. Ia ada isu-isu lain di Papua yang selama ini tak tertangani. Pendekatan lain pun perlu dilihat, seperti pendekatan politik dan diplomasi. "Main problemnya masih sama, masih ada orang Papua ingin merdeka. Itu kenapa, kan itu yang harus diselesaikan sebetulnya," ujar dia.

Berita terkait

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

9 jam lalu

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

Boyamin Saiman menyambangi KPK hari ini untuk menyampaikan surat permohonan bantuan kepada Nurul Ghufron. Satire minta dibantu mutasi PNS.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

1 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Top 3 Hukum: Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Kesaksian Pejabat Kementan di Sidang Korupsi Syahrul Yasin Limpo

3 hari lalu

Top 3 Hukum: Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Kesaksian Pejabat Kementan di Sidang Korupsi Syahrul Yasin Limpo

Sampai hari ini, terhitung pilot Susi Air Philips Mark Mehrtens telah disandera TPNPB-OPM selama 14 bulan.

Baca Selengkapnya

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

4 hari lalu

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

Pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Belum ada perkembangan signifikan.

Baca Selengkapnya

TNI Pastikan Tak Ada Perubahan Pendekatan di Papua usai Rakor dengan Menko Polhukam

6 hari lalu

TNI Pastikan Tak Ada Perubahan Pendekatan di Papua usai Rakor dengan Menko Polhukam

Kemenko Polhukam sebelumnya menggelar rapat koordinasi untuk membahas situasi terkini di Papua yang juga dihadiri oleh Panglima TNI.

Baca Selengkapnya

Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

6 hari lalu

Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

Kemenko Polhukam belum bisa memastikan apakah penyebutan OPM seperti yang dilakukan TNI akan dijadikan keputusan negara.

Baca Selengkapnya

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

6 hari lalu

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.

Baca Selengkapnya

Koops Habema Tembak 2 Anggota TPNPB yang Serang Pos TNI di Nduga Papua

6 hari lalu

Koops Habema Tembak 2 Anggota TPNPB yang Serang Pos TNI di Nduga Papua

Koops Habema TNI menembak dua anggota TPNPB di Papua Pegunungan

Baca Selengkapnya

Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

6 hari lalu

Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

Polda Papua belum mampu menangkap pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Dua Oktovianus Buara.

Baca Selengkapnya

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

7 hari lalu

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

Pertemuan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Komnas HAM tidak secara khusus membahas konflik di Papua dan upaya penyelesaiannya.

Baca Selengkapnya