Ada Deklarasi Pemerintahan Papua Barat, Fadli Zon Singgung Runtuhnya Uni Soviet

Rabu, 2 Desember 2020 19:32 WIB

Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 Fahri Hamzah (kanan) dan Fadli Zon (tengah) mengikuti Upacara Penganugerahan Tanda Kehormatan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2020. Pemberian bintang jasa itu pun mengundang perhatian warganet lantaran Fahri dikenal kerap mengkritik Jokowi. Biro Pers Sekretariat Presiden

TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Gerindra Fadli Zon meminta pemerintah berkonsentrasi memperhatikan permasalahan Papua. Hal ini menyusul adanya deklarasi pembentukan Pemerintah Sementara Papua Barat oleh pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda.

Ia mengingatkan pemerintah agar tak justru membuat diagnosis yang salah terkait persoalan-persoalan yang ada.

"Persoalan-persoalan kekinian yang kita hadapi dan baru kemarin kita menyaksikan seolah kita ini taken for granted dengan Republik Indonesia akan selamanya ada," kata Fadli Zon dalam acara Dialog Nasional 212 yang disiarkan akun Youtube Front TV, Rabu, 2 Desember 2020.

Fadli mengatakan pemerintah seharusnya berkonsentrasi merawat dan menjaga persatuan Indonesia. Namun menurut dia, justru ada kesan pemerintah terkesan Islamofobia dalam berbagai kebijakan.

"Ini salah membaca, kemudian nanti salah mendiagnosis, salah resep, salah urus begitu ya," kata Fadli.

Advertising
Advertising

Fadli lantas menyinggung disintegrasi revolusi Uni Soviet yang juga menjadi materi skripsinya dulu. Fadli bercerita, skripsinya menggali faktor etnonasionalisme dalam disintegrasi Uni Soviet tahun 1990-an.

Sebagai negara adidaya, kata dia, Uni Soviet bahkan bisa hancur berantakan dalam beberapa tahun saja. Menurut dia, pecahnya Uni Soviet dipengaruhi faktor kepemimpinan yang lemah, stagnasi ekonomi, ketidakadilan antara pusat dan daerah, hingga faktor lain yakni bencana Chernobyl.

Kendati begitu, Fadli mengatakan lemahnya kepemimpinan menjadi faktor utama. Ia mengatakan Presiden Uni Soviet ketika itu, Mikhail Gorbachev dianggap tak mempunyai kepemimpinan kuat.

Gagasan Gorbachev tentang perestroika (restrukturisasi sistem politik dan ekonomi) gagal, sedangkan konsep glasnost (keterbukaan) berhasil.

"Akhirnya masyarakat dengan mudah bisa menyaksikan Uni Soviet pecah menjadi lima belas negara bagian dan sekarang masing-masing menjadi negara merdeka," ujar dia.

Dalam perjalanannya selama hampir 30 tahun, kata Fadli Zon, negara-negara pecahan tersebut malah lebih maju ketimbang Uni Soviet sendiri. Ia pun mengingatkan agar hal semacam ini tak terjadi di Indonesia.

Berita terkait

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

7 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

9 hari lalu

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

9 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

10 hari lalu

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.

Baca Selengkapnya

Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

16 hari lalu

Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

Polda Papua belum mampu menangkap pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Dua Oktovianus Buara.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI Vs Brimob di Sorong, Kapolda Papua: Masalah Sepele, Perkelahian Antaroknum

18 hari lalu

Bentrok TNI Vs Brimob di Sorong, Kapolda Papua: Masalah Sepele, Perkelahian Antaroknum

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan bentrok TNI Vs Brimob di Sorong tak menganggu kondisi keamanan Papua secara keseluruhan.

Baca Selengkapnya

Bentrok Brimob-TNI AL di Papua Dinilai Memalukan, Kompolnas: Jiwa Korsa yang Kebablasan

20 hari lalu

Bentrok Brimob-TNI AL di Papua Dinilai Memalukan, Kompolnas: Jiwa Korsa yang Kebablasan

Kompolnas menyebut bentrokan antara anggota Brimob dan TNI AL di Sorong, Papua Barat, peristiwa yang memalukan

Baca Selengkapnya

Anggota Komisi I DPR Minta Bentrok Anggota TNI AL dan Brimob di Sorong Diselidiki

20 hari lalu

Anggota Komisi I DPR Minta Bentrok Anggota TNI AL dan Brimob di Sorong Diselidiki

Diduga kuat terjadi salah paham antara anggota Brimob dan Pomal TNI AL di Pelabuhan laut Sorong, Ahad lalu.

Baca Selengkapnya

Bentrok Brimob-TNI AL di Sorong, Dua Komandan Turun Tangan Dalam Penyelidikan

20 hari lalu

Bentrok Brimob-TNI AL di Sorong, Dua Komandan Turun Tangan Dalam Penyelidikan

Komandan Satuan Brimob dan Kepala Unit Propam Polda Papua Barat turun tangan menyelidiki penyebab bentrokan di Pelabuhan Sorong

Baca Selengkapnya

Rangkulan Kapolri dan Panglima Pascabentrok Anggota Brimob vs TNI AL di Sorong

20 hari lalu

Rangkulan Kapolri dan Panglima Pascabentrok Anggota Brimob vs TNI AL di Sorong

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merangkul Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto saat ditanya soal bentrok personel Brimob dan TNI AL di Sorong

Baca Selengkapnya