LIPI Sebut Intoleransi dan Konflik Papua akan Menghantui 10 Tahun ke Depan

Jumat, 30 Oktober 2020 20:07 WIB

Massa Komite Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme melakukan long march dari Markas Besar TNI menuju Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019. Selain itu, beberapa di antara mereka juga mengenakan atribut Gerakan Papua Merdeka berupa ikat kepala hingga membawa bendera Bintang Kejora. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Pamungkas, menilai Indonesia akan menghadapi dua persoalan terbesar dalam 10 tahun ke depan, yaitu intoleransi keagamaan dan konflik separatisme Papua.

"Itu konflik politik yang akan menghantui 10 tahun ke depan," kata Cahyo dalam diskusi Resolusi Konflik di Tingkat Nasional dan Daerah, Jumat, 30 Oktober 2020.

Cahyo mengatakan intoleransi, radikalisme, dan politik identitas yang semakin terbuka telah mengancam prinsip kebinekaan dan semangat kebangsaan.

Persekusi dan pengusiran etnis Rohingya, kata Cahyo, mengingatkan bahwa Indonesia juga melakukan hal yang sama terhadap kelompok minoritas, seperti Syiah dan Ahmadiyah. "Ini contoh kegagalan negara melindungi minoritas," ujarnya.

Adapun konflik Papua merupakan konflik yang paling lama di Indonesia. Persoalan ini juga merupakan salah satu krisis kemanusiaan yang jarang diperhatikan. Cahyo menuturkan, siklus kekerasan politik di tanah Papua berlangsung sejak 1965 dan tidak berhenti saat memasuki pasca reformasi. Misalnya, dengan adanya kasus pelanggaran HAM di Wasior, Wamena, dan Paniai.

Advertising
Advertising

Menurut Cahyo, konflik-konflik tersebut turut memperkuat memoria passionis atau ingatan penderitaan yang tidak tertulis tentang sejarah penderitaan orang Papua di masa lalu. "Kekerasan di Papua ini lah yang menyebabkan mereka ingin berpisah dengan Indonesia. Saya kira ini menyumbang menguatnya nasionalisme Papua," kata dia.

Cahyo mengatakan, Pemerintah sudah menggunakan illiberal dan liberal peace untuk mengatasi konflik Papua dengan otonomi khusus hingga mengirim TNI dan polisi. Namun, langkah tersebut gagal menciptakan perdamaian.

Untuk menghadapi dua persoalan terbesar ini, Cahyo pun menyarankan agar menjadikan nasion sebagai proyek bersama untuk masa sekarang dan masa depan. Misalnya, membiarkan setiap etnis menjadi orang Indonesia dengan jalan yang berbeda.

Selama ini, Cahyo menilai diskursus politik lebih banyak menitikberatkan pada state atau orientasi negara. Padahal, negara selalu dimaknai hierarki dan kontrol terhadap masyarakat.

Jika saat ini bangsa sedang menyaksikan oligarki yang makin kuat dan mereduksi demokrasi, Cahyo mengatakan bahwa bangsa sedang menyaksikan state sedang kuat setelah reformasi. Jika ditambah politik identitas, kaum oligarki bisa menyetop proses pembentukan kebangsaan. "Nasion sebagai proyek bersama bisa berhenti karena kaum oligarki mendorong reduksi demokrasi. Masalah konflik sangat terkait demokrasi," ucap Cahyo.

Berita terkait

Top 3 Hukum: Penjelasan Ketua RW Soal Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang, TPNPB-OPM Rampas Ponsel dan Laptop

28 menit lalu

Top 3 Hukum: Penjelasan Ketua RW Soal Pengeroyokan Mahasiswa Universitas Pamulang, TPNPB-OPM Rampas Ponsel dan Laptop

Pengeroyokan terhadap sekelompok mahasiswa Universitas Pamulang itu terjadi ketika mereka beribadah doa rosario.

Baca Selengkapnya

Polisi Usut Perayaan Kelulusan Siswa SMA Dogiyai Pakai Atribut Bintang Kejora

51 menit lalu

Polisi Usut Perayaan Kelulusan Siswa SMA Dogiyai Pakai Atribut Bintang Kejora

Foto dan video konvoi siswa berseragam motif bintang kejora beredar di media sosial.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Rampas Ponsel dan Laptop Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang, Warga Disebut Bersembunyi ke Hutan

17 jam lalu

TPNPB-OPM Rampas Ponsel dan Laptop Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang, Warga Disebut Bersembunyi ke Hutan

TPNPB-OPM mendatangi jemaat gereja di Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, pada Ahad, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut KKB Serang Jemaat Gereja yang Sedang Ibadah Minggu di Pegunungan Bintang Papua

1 hari lalu

Polisi Sebut KKB Serang Jemaat Gereja yang Sedang Ibadah Minggu di Pegunungan Bintang Papua

Polisi menyebut Kelompok Kriminal Bersenjata menyerang jemaat gereja yang tengah ibadah minggu di Distrik Borme, Pegunungan Bintang Papua.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

1 hari lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

2 hari lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

2 hari lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

2 hari lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

3 hari lalu

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

Tes Kompetensi Dasar (TKD) Penerimaan Calon Taruna Akademi TNI 2024 menggunakan computer assisted test (CAT) Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

3 hari lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya