Kematian Pendeta Yeremias Diduga Terkait Pencarian Orang Hilang Tak Kembali
Reporter
Egi Adyatama
Editor
Eko Ari Wibowo
Kamis, 29 Oktober 2020 12:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Kemanusiaan Provinsi Papua untuk Kasus Kekerasan Terhadap Tokoh Agama di Kabupaten Intan Jaya merilis hasil laporan mereka terkait kematian Pendeta Yeremias Zanambani, pada 19 September 2020 lalu di Intan Jaya, Papua. Mereka mengatakan Yeremias diketahui awalnya terlibat dalam pencarian dua orang warga Distrik Sugapa, yang hilang usia sweeping Covid-19 pada April 2020 lalu.
"Ada tiga orang yang diamankan atau tidak diijinkan lanjut setelah pemeriksaan atau sweeping tersebut. Satu orang kemudian tidak lanjut ditahan tapi ada dua orang yang kemudian lanjut ditahan dan dibawa ke dalam kantor Koramil," kata Ketua Tim Kemanusiaan Papua, Haris Azhar, dalam konferensi pers, Kamis, 29 Oktober 2020.
Awalnya, keluarga menduga kedua orang tersebut tak pulang karena harus isolasi akibat terpapar Covid-19 selama dua pekan. Namun, Haris mengatakan dua orang tersebut hingga hari ini tidak pernah kembali. Empat orang kemudian diminta oleh masyarakat dan keluarga untuk mengurus, salah satunya Pendeta Yeremia.
Dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah stakeholder pemerintah yang ada di kabupaten mulai dari bupati, wakil bupati, pimpinan militer, pimpinan polisi di kabupaten, Pendeta Yeremias meminta kejelasan nasib dua orang tersebut pada pimpinan militer yang ada di pertemuan itu.
"Karena dia dikenal juga orang yang tegas di masyarakat, dia mengatakan bahwa kalau memang kedua orang tersebut sudah meninggal, tolong beri tahu kepada kami di mana kuburannya biar kami bisa melakukan ibadah duka," kata Haris.
Setelah kejadian itu, Haris mengatakan nama Pendeta Yeremias kemudian sempat disebut sebagai salah satu dari enam nama yang disebut TNI melawan mereka. Hal tersebut disampaikan salah satu anggota TNI pada masyarakat di Hitadipa, Papua pada hari di saat Pendeta Yeremias kemudian ditemukan tewas pada 19 September 2020.