Jokowi Ingin TNI Ubah Kebijakan Belanja Pertahanan, Pengamat: Arahkan ke Riset
Reporter
Friski Riana
Editor
Syailendra Persada
Senin, 5 Oktober 2020 15:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyarankan Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengutamakan belanja riset jika ingin mengubah kebijakan belanja menjadi investasi pertahanan di TNI.
"Kalau kita tidak mengalokasikan secara serius belanja riset ini ya omong kosong bicara investasi berkelanjutan," kata Khairul kepada Tempo, Senin, 5 Oktober 2020.
Khairul menjelaskan, keinginan Jokowi mengubah kebijakan belanja pertahanan menjadi investasi tidak bisa seperti main sulap. Investasi pertahanan dikaitkan dengan pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri. Kalau pun belanja impor, harus diperjelas negosiasi transfer teknologi dan production sharing. "Skema-skema konsepnya jelas. Selama ini lemah," katanya.
Menurut Khairul, alutsista di negara-negara maju yang memiliki teknologi terdepan sering bersumber dari riset-riset militer. Meski manfaatnya tidak akan tampak dalam waktu singkat, namun sangat penting dalam jangka panjangnya.
Misalnya, kata Khairul, untuk mengantisipasi ancaman di masa depan yang bersifat nonmiliter akan banyak berkaitan dengan teknologi. "Jadi kalau mau berkiprah hal-hal bersifat nonmiliter, arahkan ke riset. Itu sangat bermanfaat," ujarnya.
Dalam peringatan HUT ke-75 TNI, Jokowi meminta agar TNI mengubah kebijakan belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan untuk menguasai lompatan teknologi.
"Hanya melalui investasi jangka panjang yang terencana, TNI akan mampu menjadi kekuatan perang modern yang mengikuti perkembangan teknologi termaju," kata Jokowi dalam amanatnya saat menjadi inspektur upacara HUT ke-75 TNI yang digelar secara daring, Senin, 5 Oktober 2020.
Jokowi mengatakan, kebijakan investasi pertahanan adalah berpikir jangka panjang yang dirancang sistematis dan dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.
Menurut dia, saat ini semua sedang berada di era lompatan teknologi militer yang akan mempengaruhi taktik dan strategi perang masa depan. "TNI harus terus melakukan transformasi teknologi dan personil yang mampu memahami dan memanfaatkan lompatan di bidang teknologi informasi, teknologi nano, dan kecerdasan buatan," katanya.