Kata Dosen UI soal Materi Pengenalan Mahasiswa Baru Disebut Ajarkan Seks Bebas
Reporter
Friski Riana
Editor
Amirullah
Selasa, 22 September 2020 13:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Kamarudin, mengatakan banyak koleganya sesama dosen UI yang tidak setuju dengan materi Program Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKBM) 2020.
“Banyak teman-teman dosen UI yang tidak setuju dengan materi tersebut,” kata Kamarudin dalam keterangan tertulisnya, Senin, 21 September 2020.
Materi dalam PKKBM ini sebelumnya menjadi perhatian anggota DPR dari PKS, Al Muzzammil Yusuf. Menurut dia, materi ajar tersebut membawa budaya barat berupa seks bebas. Pernyataan itu pun berujung pada pelaporan dirinya oleh Civitas Akademika Universitas Indonesia (UI) ke polisi, pada Senin kemarin.
Kamarudin membenarkan bahwa materi presentasi berjudul “Peduli, Hindari, dan Cegah Tindak Kekerasan Sexual” yang disampaikan kepada mahasiswa baru UI 2020 berisi pendekatan sexual consent atau persetujuan para pihak dalam melakukan aktivitas seksual.
Menurut dia, pendekatan sexual consent dalam materi tersebut kontroversial. Seharusnya, kata mantan Direktur Kemahasiswaan UI ini, pemateri tidak hanya membingkai materi pencegahan kekerasan seksual dengan pendekatan sexual consent. “Tetapi seharusnya menggunakan pendekatan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, norma-norma agama dan budaya Indonesia,” katanya.
Ia menilai, pendekatan sexual consent merupakan paradigma feminisme liberal barat yang memberikan justifikasi untuk menerabas batas-batas norma sebagai bangsa yang menghormati norma agama dan budaya ketimuran.
Pendekatan sexual consent, kata dia, tidak mementingkan hukum halal-haram dalam agama, melanggar hukum atau tidak, apakah itu pantas atau tidak pantas. “Yang paling penting adalah kedua belah pihak setuju atau consent untuk melakukan aktivitas seks. Ini tentu bahaya!"
Kamarudin pun menyarankan agar pihak Direktorat Kemahasiswaan dapat berhati-hati dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa baru. Sehingga tidak membuat mahasiswa dan orang tua terkejut dan khawatir dengan materi yang disampaikan.
“Saya bersyukur Direktorat Kemahasiswaan UI sudah menariknya. Artinya mereka menyadari ini sebuah kesalahan yang seharusnya tidak dilanjutkan,” katanya.