TEMPO Interaktif, Kediri: Makin sedkitnya jumlah warga yang memburu sedekah Ro 20 ribu ke PT Gudang Garam, Kediri, karena trauma oleh insiden di Pasuruan, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Akibat berdesakan mencari sedekah Rp 30 ribu ke rumah Haji Syaikhon, 21 orang tewas dan belasan lainnya luka.
Warga sekitar Kediri tidak berani menanggung risiko berdesakan. "Tiap tahun saya ikut antre. Sekarang tidak ikut atre takut terjadi peristiwa seperti di Pasuruan," kata Sumini, warga Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Penjual sayuran di sekitar pabrik rokok itu memilih ikhlas tidak mendapat Rp 20 ribu ketimbang mati konyol.
Zainal Arifin, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Informasi Peran Serta Kota Kediri, menilai perasaan traumatik atas insiden Pasuruan sangat membekas pada warga sekitar Kediri. Kasus Pasuruan diberitakan media secara besar-besaran dan antara Kediri dan Pusuruan masoh dalam satu provinsi. "Sehingg kasus Pasuruan mempengaruhi kejiwaan warga sekitar Kediri," ungkap Zainal.
Faktor lain, menurut Zainal, sedekah Gudang Garam ada yang "menandingi". Yaitu sedekat dari adalah delapan pasangan kandidat wali kota Kediri. Pasangan calon ini menebar sedekah selama Ramadan ini. Meski sedakah ini politis, kata Zainal, masyarakat tidak peduli. "Yang penting dapat uang tanpa repot antre," katanya.
Kemungkinan warga makin maksur sehingga tak sudi antre sedekah, Zainal tak melihat ada fenomena ini. Menurut dia, jumlah warga miskin di Kota Kediri terus meningkat. Lima tahun lalu berjumlah 15 ribu jiwa, kini meningkat menjadi 30 ribu jiwa orang miskin.
Tadi pagi, tebah sedekah oleh PT Gudang Garam Kediri diikuti oleh sekitar 7.300 orang. Jumlah ini lebih sedikit dibanding tahun lalu yang mencapai 12 ribu orang.
Dwidjo U. Maksum