Indeks Demokrasi Indonesia 2019 Naik, Tapi 6 Aspek Ini Masih Buruk

Senin, 3 Agustus 2020 13:24 WIB

Buruh yang tergabung dalam KSPI melakukan unjuk rasa di depan Gedung DPR RI untuk menolak pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja, Rabu, 29 Juli 2020. Mereka menuntut DPR untuk menghentikan pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja. Tempo/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil indeks demokrasi Indonesia (IDI) tahun 2019 yang hasilnya adalah 74,92 atau tergolong sedang. Namun dari total 28 indikator yang dinilai, ada 6 faktor yang masih ada di bawah angka 60,0 atau berkategori buruk.

"Ke depannya ada 6 indikator yang terus diperbaiki karena angkanya di bawah 60," ujar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, saat mengumumkan hasil IDI 2019, Senin, 3 Agustus 2020.

Keenam indikator itu berasal dari 3 aspek. Dari aspek Kebebasan Sipil, ada Indikator Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat. Angkanya sebenarnya naik dari 45,96 pada 2018, menjadi 57,35 pada 2019.

Selanjutnya ada dua indikator yang berasal dari aspek hak-hak Politik, yaitu indikator Persentase Perempuan Terpilih terhadap Total Anggota DPRD Provinsi dan indikator Demonstrasi/Mogok yang Bersifat Kekerasan.

Persentase Perempuan Terpilih terhadap Total Anggota DPRD Provinsi bahkan angkanya turun, dari 2018 sebesar 59,61, menjadi 58,63 pada 2019. Sedangkan indikator Demonstrasi/Mogok yang Bersifat Kekerasan, meningkat sedikit menjadi 34,91 pada tahun ini, dari sebelumnya 30,37.

Advertising
Advertising

Tiga indikator terakhir berasal dari aspek Lembaga Demokrasi. Mereka adalah Perda yang Merupakan Inisiatif DPRD yang ada di angka 46,16 (naik dari sebelumnya 40,35), Rekomendasi DPRD Kepada Eksekutif yang turun dari 20,80 pada 2018 menjadi 16,70 pada 2019, dan Upaya Penyediaan Informasi APBD oleh Pemerintah Daerah yang sedikit meningkat dari sebelumnya 41,42 menjadi 53,43 pada 2019.

Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Purnomo Sidi, berjanji enam faktor ini akan mendapat perhatian khusus. "Ini akan jadi perhatian khusus dan akan disinergikan dalam kegiatan di Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan, agar tercapai di selanjutnya," ujar Purnomo.

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

2 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

1 hari lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

2 hari lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

3 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

4 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

7 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

TikTok Sebut RUU Pelarangan di DPR AS Langgar Kebebasan Berpendapat

11 hari lalu

TikTok Sebut RUU Pelarangan di DPR AS Langgar Kebebasan Berpendapat

TikTok kembali menyuarakan kekhawatiran atas pelanggaran kebebasan berpendapat setelah DPR AS meloloskan RUU yang dapat melarang aplikasi tersebut.

Baca Selengkapnya

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

12 hari lalu

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud) prediksi 5 skenario potensial putusan MK sengketa Pilpres 2024 yang akan di gelar Senin, 22 April 2024

Baca Selengkapnya

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

15 hari lalu

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

16 hari lalu

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

University of Southern California (USC) di Amerika Serikat membatalkan pidato wisuda oleh seorang mahasiswi berprestasi pro-Palestina dengan alasan keamanan.

Baca Selengkapnya