Inspektur Jenderal (Irjen) Pol. Boy Rafli Amar seusai acara pelantikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu 6 Mei 2020. Presiden Joko Widodo melantik Irjen Pol. Boy Rafli Amar sebagai Kepala BNPT menggantikan Komisaris Jenderal (Komjen) Suhardi Alius yang dimutasi menjadi analis kebijakan utama Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Foto : Edwin Dwi Putranto/Republika/Pool
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan teroris tidak bisa diidentikkan dari penampilan, termasuk cara berpakaian.
"Tidak bisa diidentikkan orang seperti ini, seperti ini (teroris). Bisa saja mereka kamuflase pakaian biasa dan sebagainya," kata Boy Rafli saat dalam kunjungannya ke Kantor Redaksi Antara pada Senin, 22 Juni 2020.
Boy mengatakan tidak ada jaminan bahwa penampilan dan cara berpakaian tertentu identik dengan radikalisme.
"Tapi dari sisi penyampaian pesan pelaku ini yang harus diwaspadai," kata mantan Kepala Kepolisian Daerah Banten ini.
Menurut dia, kelompok radikalisme biasanya sudah menargetkan calon-calon korban. Terutama anak-anak muda.
Apalagi, kata dia, anak-anak muda berada dalam usia sedang mencari jatidiri yang menjadi sasaran empuk kelompok radikal untuk dipengaruhi.
"Sangat dimungkinkan target tidak menyadari, misalnya dalam suatu pertemuan. Situasinya rentan, sementara pesan dan konten mereka sampaikan secara bagus maka akan cepat terpengaruh," katanya.
Oleh karena itu, Boy meminta orang tua memperketat pengawasan pergaulan anak-anaknya. Terutama ketika mereka kerap ikut-ikut pertemuan dengan orang yang tidak dikenal.
"Waspada dengan orang yang tidak kita kenal, yang kita tidak tahu persis apa tujuannya. Ketahanan keluarga yang dapat memagari karena tanpa kita sadari, mereka (kelompok radikal) sudah menargetkan," kata Boy.