Pengamat Bilang Kesimpulan Survei LSI Denny JA Berbahaya

Reporter

Friski Riana

Editor

Amirullah

Minggu, 17 Mei 2020 15:40 WIB

Suasana kemacetan lalu lintas di Jalan Raya Sawangan saat masa penerapan PSBB Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu, 16 Mei 2020. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, meragukan kesimpulan hasil survei LSI Denny JA yang menyebut lima wilayah sudah boleh melakukan aktivitas ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

“Itu kesimpulan yang terlalu dini dan sangat berbahaya,” kata Ubedilah dalam siaran tertulisnya, Ahad, 17 Mei 2020.

Lima daerah yang dimaksud LSI Denny JA adalah DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor, dan Provinsi Bali. Menurut survei, aktivitas ekonomi di daerah tersebut bisa kembali dibuka pada Juni 2020.

Menurut Ubedilah, lima daerah tersebut faktanya masih fluktuatif dan berpotensi munculnya kasus baru Covid-19. Di DKI Jakarta, misalnya, ada 116 kasus positif baru berdasarkan data uji PCR oleh Dinas Kesehatan DKI terhadap 1.065 orang pada 15 Mei lalu.

“Tentu positif Covid-19 dengan jumlah lebih dari 100 dari 1.065 orang bukanlah jumlah yang biasa,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Ubedilah juga menilai, LSI Denny JA tidak merujuk laporan mutakhir di Kabupaten Bogor. Per 15 Mei 2020, kata Ubedilah, zona merah Covid-19 di sana justru bertambah. Berdasarkan laporan Gugus Tugas Kabupaten Bogor, ada 20 kecamatan di Kabupaten Bogor yang masuk zona merah.

Ubedilah menyebutkan argumen lain LSI Denny JA yang menyesatkan adalah menyarankan pelonggaran aktivitas di tengah pandemi Covid-19, dan merujuk pada negara-negara dengan fiskal kuat, seperti Korea Selatan dan Selandia Baru yang mulai mengendurkan lockdown.

Ubedilah menilai, LSI tidak cermat bahwa teknologi kesehatan dan disiplin warga di kedua negara tersebut jauh lebih baik dibanding Indonesia. Sehingga, kedua negara tersebut berani mengambil keputusan cepat untuk melakukan pelonggaran. “Sementara Indonesia sarana teknologi kesehatan dan disiplin masyarakatnya masih rendah,” kata dia.

Ubedilah juga mengkritisi basis data LSI Denny JA yang menggunakan data sekunder dan metode kualitatif. Jika dicermati, kata dia, metode analisis kualitatifnya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah riset kualitatif yang sebenarnya. “Saya menilai ini bias konfirmasi.”

Seharusnya, kata Ubedilah, LSI Denny JA melakukan pendalaman analisis dengan sumber primer. Misalnya, dengan virolog (ahli virus), ahli epidemiologi atau ahli medis yang berkaitan dengan penyebaran virus. Kemudian melakukan survei lapangan langsung yang komprehensif. “Ini kesannya terburu-buru mengejar target,” ujar dosen UNJ ini.

Berita terkait

Prabowo Dinilai Butuh Koalisi Raksasa Usai Penetapan Pemilu 2024, Berikut Jenis-jenis Koalisi

43 hari lalu

Prabowo Dinilai Butuh Koalisi Raksasa Usai Penetapan Pemilu 2024, Berikut Jenis-jenis Koalisi

LSI Denny JA menyatakan Prabowo-Gibran membutuhkan koalisi semipermanen, apa maksudnya? Berikut beberapa jenis koalisi.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan Masa Pandemi Covid-19: Protokol Kesehatan, Jaga Jarak, Pakai Masker hingga Rapid Test

6 Maret 2024

Jangan Lupakan Masa Pandemi Covid-19: Protokol Kesehatan, Jaga Jarak, Pakai Masker hingga Rapid Test

Saat Pandemi Covid-19 berbagai kehidupan 'normal' berubah drastis. Saat itu yang kerap terdengar seperti protokol kesehatan, jaga jarak, rapid test.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Sebut Hasil Survei yang Sebut Elektabilitasnya Turun Tidak Benar

24 November 2023

Ganjar Pranowo Sebut Hasil Survei yang Sebut Elektabilitasnya Turun Tidak Benar

Ganjar Pranowo mengklaim hasil survei internalnya tak sama dengan dua survei yang menyebut elektabilitasnya dan Mahfud Md merosot.

Baca Selengkapnya

Elektabilitas Ganjar Pranowo Turun, Hasto Bilang Survei Bisa Diintervensi seperti Mahkamah Konstitusi

22 November 2023

Elektabilitas Ganjar Pranowo Turun, Hasto Bilang Survei Bisa Diintervensi seperti Mahkamah Konstitusi

Hasto Kristiyanto tetap optimis Ganjar Pranowo - Mahfud Md akan tetap menjadi pilihan masyarakat meskipun survei menyebutkan elektabilitasnya turun.

Baca Selengkapnya

Survei LSI Denny JA: Prabowo-Gibran Unggul, Anies-Muhaimin Terakhir

20 November 2023

Survei LSI Denny JA: Prabowo-Gibran Unggul, Anies-Muhaimin Terakhir

Elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran disebut naik meskipun mendapatkan banyak kritikan.

Baca Selengkapnya

LSI Denny JA Sebut Elektabilitas Anies-Cak Imin Rendah, NasDem: Kami Lebih Percaya Fakta di Lapangan

12 Oktober 2023

LSI Denny JA Sebut Elektabilitas Anies-Cak Imin Rendah, NasDem: Kami Lebih Percaya Fakta di Lapangan

NasDem pendukung pasangan Anies-Muhaimin itu lebih percaya fakta di lapangan lebih besar daripada hasil survei.

Baca Selengkapnya

Elektabilitas AMIN Masih Rendah, Anies Baswedan Lebih Percaya Jazilul Ketimbang Lembaga Survei

6 Oktober 2023

Elektabilitas AMIN Masih Rendah, Anies Baswedan Lebih Percaya Jazilul Ketimbang Lembaga Survei

Anies Baswedan tak mempercayai hasil survei yang menyatakan elektabilitas pasangan AMIN tertinggal dari pasangan lainnya.

Baca Selengkapnya

Survei LSI Denny JA: Prabowo Unggul di 3 Provinsi Ini

4 Oktober 2023

Survei LSI Denny JA: Prabowo Unggul di 3 Provinsi Ini

Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan Prabowo unggul di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten atas Ganjar dan Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya

Simulasi LSI Denny JA: Prabowo-Ganjar Menang Telak Jika Pilpres 2024 Diikuti 2 Paslon

22 September 2023

Simulasi LSI Denny JA: Prabowo-Ganjar Menang Telak Jika Pilpres 2024 Diikuti 2 Paslon

Simulasi LSI Denny JA menyebutkan pasangan Prabowo-Ganjar bakal menang telak di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Ganjar Beri Sinyal Ini soal Potensi Berduet di Pilpres 2024

22 September 2023

Prabowo-Ganjar Beri Sinyal Ini soal Potensi Berduet di Pilpres 2024

Ganjar dan Prabowo memberi sinyal terkait potensi berduet di Pilpres 2024. Begini kata mereka.

Baca Selengkapnya