Sejumlah warga binaan menunjukkan surat pembebasan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan penyebaran COVID-19 di Lapas Kelas II B Kota Tegal, Jawa Tengah, Kamis, 2 April 2020. Sebanyak 57 warga binaan di lapas tersebut dibebaskan dengan syarat berada di rumah selama masa asimilasi dan dipantau oleh balai pengawasan. ANTARA/Oky Lukmansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly mencatat sebanyak 10 narapidana kembali berulah saat menjalani program asimilasi dan integrasi. Kebanyakan napi yang ditangkap adalah mereka yang beperkara pencurian, mabuk dan melakukan kekerasan, serta napi perkara narkoba.
“Ada yang bilang program ini gagal dan mengancam keamanan nasional,” ujar Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly melalui keterangan tertulis pada Selasa, 14 April 2020. Yasonna menganggap program ini sebaliknya, sukses. "Ini bukti koordinasi pengawasan berjalan baik."
Sepuluh narapidana itu kini dikembalikan lagi ke rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan, tempat para napi itu menjalani masa pidananya.
Yasonna mengimbau, jika masyarakat mendengar informasi adanya narapidana dan anak yang kembali melakukan tindak pidana, segera melaporkannya ke Markas Kepolisian Sektor, Resor, atau Daerah setempat. "Jika itu adalah warga binaan yang diasimilasilan, langsung masukkan lagi ke sel isolasi."
Kementerian Hukum dan HAM memberikan asimilasi dan integrasi kepada 35 ribu warga binaan pemasyarakatan dengan alasan masifnya penyebaran virus Covid-19 atau Corona. Mereka adalah warga binaan pemasyarakatan yang sudah menjalani 2/3 masa hukuman.
