Peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) menyelesaikan soal-soal di SMAN 68, Jakarta, Selasa (12/6). TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) mencatat sebanyak 26,32 persen atau sekitar 25.398 siswa peserta Kartu Indonesia Pintar Kuliah dinyatakan lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN.
"Persentase siswa peserta KIP Kuliah yang diterima 26,32 persen dari jumlah siswa yang dinyatakan lulus seleksi, yakni 96.496 siswa," ujar Ketua LTMPT Mohammad Nasih dalam konferensi pers daring di Jakarta, Rabu, 8 April 2020.
Jumlah siswa peserta KIP Kuliah yang mendaftar SNMPTN sebanyak 95.346 siswa. Adapun daya tampung total jalur SNMPTN 2020 mencapai 101.772 kursi.
"Ini menunjukkan bahwa siswa peserta KIP Kuliah juga memiliki prestasi yang baik," kata Nasih.
Bagi siswa pendaftar KIP Kuliah yang tidak lulus SNMPTN 2020, kata Nasih, bisa mengikuti UTBK tanpa dikenakan biaya pendaftaran.
Sementara itu, Pelaksana tugas Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Abdul Kahar mengatakan banyaknya persentase peserta KIP Kuliah lolos SNMPTN menunjukkan tingginya semangat siswa untuk menempuh pendidikan tinggi. "Ini membuktikan semangat yang tinggi dari siswa kita untuk bisa kuliah. Untuk itu, kiranya bapak ibu rektor dengan lapang dada menerima mahasiswa calon mahasiswa KIP Kuliah ini," kata dia.
Kahar mengatakan pemerintah menyediakan kuota KIP Kuliah sebanyak 400.000 beasiswa. Dengan kuota sebanyak itu, Kahar berharap siswa untuk memanfaatkan beasiswa tersebut.
Dengan adanya pandemi Corona Kahar memperkirakan akan semakin banyak keluarga yang rentan miskin sehingga membutuhkan bantuan beasiswa bagi anaknya. "Kuota KIP Kuliah itu tidak hanya di PTN, tapi juga Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Untuk PTN bisa melalui SNMPTN, SBMPTN dan mandiri," kata dia.
Dengan banyaknya PHK yang terjadi akibat pandemi COVID-19, kata Kahar, akan berdampak pada keberlanjutan studi mahasiswa. "Kami berharap KIP Kuliah ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap kuliah. Bagaimana pun, pendidikan tinggi merupakan salah satu solusi untuk memutus mata rantai kemiskinan," ujarnya.