Dijanjikan ISIS Hidup Baik, WNI Eks ISIS: Aslinya Bohong Beut

Sabtu, 8 Februari 2020 14:02 WIB

Suasana pengungsian WNI eks ISIS di Al-Hawl, Suriah, 23 Mei 2019. TEMPO/Hussein Abri Dongoram

TEMPO.CO, Jakarta - WNI Eks ISIS, Aleeyah Mujahid, bukan nama sebenarnya, menceritakan banyak orang yang setelah bergabung dengan kelompok ini memutuskan untuk kabur.

Masalahnya, kata dia, tak mudah keluar dari kelompok ini. "Mereka yang kabur lalu ditangkap akan dipenjara dalam waktu yang tak ditentukan," kata Aleeyah kepada Tempo, Jumat, 7 Februari 2020.

Padahal, kata Aleeyah, video propaganda ISIS menyebutkan orang bebas keluar kapan saja jika tak melihat Islam di organisasi tersebut. “Aslinya mah bohong beut (banget) dah. Lo kalau keluar berarti lo penghianat,” katanya.

Ia memutuskan untuk ke Suriah dan bergabung dengan ISIS pada Desember 2015.. “Tujuan gue? Kehidupan yang lebih baik. Better life di kacamata gue itu bukan soal ekonomi, tapi soal keselamatan agama gue,” kata Aleeyah.

Lulusan Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki ini mengaku ingin menyatu bersama umat muslim di penjuru dunia yang cinta Islam dan rela diatur hukum Islam, yang berdasarkan Al Quran dan sunnah untuk mencegah diri dari ketidakadilan.

Advertising
Advertising

Sebelum berangkat ke Suriah, Aleeyah membekali diri dengan mencari situs konsultasi tentang Islam. Hingga akhirnya pada Agustus 2015, pencariannya itu menyasar ke sebuah situs dari ISIS yang membahas soal hijrah.

“Patut gue akui, gaya bahasa dan tulisan yang mereka umbar di media sebagai nilai jual dan daya tarik mereka emang cantik dan ciamik. Bikin gue mikir, apa ini jawaban dari kebimbangan gue? Apa ini jawaban dari pencarian gue?” katanya.

Aleeyah kemudian mulai menyiapkan keberangkatan pertamanya ke luar negeri sendirian. Mulai dari membuat paspor, mencari tiket pesawat, memesan hotel, hingga mendapatkan visa Turki.

Orang tuanya tahu bahwa ia akan pergi ke Turki. Namun tidak tahu bahwa anaknya tak berencana kembali ke Indonesia. Lulusan Universitas Muhammadiyah itu dibekali uang ratusan dolar dari orang tuanya. “Tapi gue sebenarnya ngantongin lebih.”

Pada 8 Desember 2015 dinihari, Aleeyah meninggalkan Jakarta menuju Istanbul, Turki. Ia kemudian mencari kontak pemuda yang bisa membantunya menyeberang ke Suriah bagian wilayah ISIS. Kontak pemuda tersebut menjamur di Twitter. Ia teringat suasana perbatasan Turki dan Suriah yang gelap, tanpa penerangan sama sekali. “Gue sampai keder ini langkah gue lurus apa belak belok. Entah. Dingin, berduri,” ujarnya

Penyeberangan yang dilakukan Aleeyah juga dihujani tembakan polisi perbatasan berkali-kali. Ia pun pasrah jika harus tewas di tempat itu. Setelah menemui banyak kendala, akhirnya Aleeyah baru benar-benar masuk ke wilayah kekuasaan ISIS pada Juli 2016.

Melalui Raqqah —bekas Ibu Kota ISIS, Aleeyah bersama sang suami asal Jazirah menetap di Albu Kamal, wilayah Suriah yang berbatasan dengan Irak. Ia juga melahirkan anak pertamanya di sana pada Februari 2017.

Selama lima bulan menjalani kehidupan di bawah ISIS, ekspektasi tinggi ia dan suaminya tentang kehidupan ‘ala minhaj annubuwwah pun dibayar kekecewaan. Ia mengatakan kebobrokan ISIS mulai nampak setelah kejatuhan Mosul pada akhir Oktober atau awal November 2016. Ia melihat masih banyak kebohongan dan kedzaliman yang menjamur.

Setelah lebih dari satu tahun tinggal di Albu Kamal, Aleeyah bersama suami dan anaknya pindah ke Baghouz, yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari tempat tinggal sebelumnya. Beberapa bulan sebelum hengkang dari wilayah itu, ISIS digempur habis-habisan.

Ledakan bom tanpa target terjadi siang, sore, dan malam. Setelah sejumlah wilayah ISIS diambil alih, laki-laki diwajibkan berperang. ISIS juga berinisiatif mengeluarkan perempuan dan anak dari teritorial mereka.

Aleeyah lalu diminta suaminya untuk keluar lebih dulu bersama anak mereka lewat jalur yang resmi. Pada Desember 2017, Aleeyah dan anaknya bersama sejumlah perempuan di sana akhirnya diangkut dengan truk.

Naasnya, perjalanan itu juga tak mulus lantaran truk disetop oleh sekumpulan orang berseragam tentara dengan emblem YPG, organisasi militer Partai Persatuan Demokratik di Suriah yang mengendalikan sebagian besar wilayah Rojava.

Selanjutnya, Aleeyah enggan menceritakan kejadian miris yang dialaminya ketika itu, sampai akhirnya ia pun dipindahkan ke kamp pengungsian Rojava, Suriah. Sudah sekitar 2 tahun tinggal di Kamp Rojava, Aleeyah mengaku terus berdoa dan berharap bisa keluar dari wilayah itu ke tempat lebih baik. “Kalau jawabannya pulang ke Indonesia, alhamdulillah.”

Berita terkait

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

2 hari lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

2 hari lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

9 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

12 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

13 hari lalu

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

Israel meningkatkan tuduhannya pada Maret, dengan mengatakan lebih dari 450 staf UNRWA adalah anggota militer dalam kelompok teroris Gaza.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Tertinggi Iran untuk Pertama Kali Tanggapi Serangan ke Israel, Begini Katanya

14 hari lalu

Pemimpin Tertinggi Iran untuk Pertama Kali Tanggapi Serangan ke Israel, Begini Katanya

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk pertama kalinya bereaksi terhadap serangan negaranya terhadap Israel awal bulan ini

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

14 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut delapan tersangka teroris itu berinisial G, BS, SK, A, MWDS, DK, H, dan RF.

Baca Selengkapnya

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

15 hari lalu

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

BNPT akan turut serta mengamankan pelaksanaan Acara Word Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan di Bali, 18-25 Mei 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

15 hari lalu

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

Menolak menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai teroris, David Cameron berpendapat lebih baik jika London dapat terus berkomunikasi dengan Teheran.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

16 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.

Baca Selengkapnya