Polisi Lacak Dugaan Penyelundupan Senjata dan Amunisi ke Papua
Reporter
Antara
Editor
Endri Kurniawati
Senin, 13 Januari 2020 08:47 WIB
TEMPO.CO, Timika - Pihak Kepolisian Daerah Papua melacak dugaan penyelundupan senjata api beserta amunisi dari luar negeri ke wilayah itu, menyusul maraknya teror penembakan oleh kelompok bersenjataterhadap prajurit TNI dan Polri di berbagai daerah di Papua akhir-akhir ini.
"Memang ada info-info bahwa bukan hanya dari dalam negeri, ada juga dari luar negeri," kata Kapolda Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw di Timika, Senin, 13 Januari 2020. Ada indikasi dari perbatasan Papua juga senjata itu masuk.
Dari Filipina juga masuk melalui Maluku Utara, kemudian ke Sorong Papua Barat lalu masuk ke Papua. “Banyak jalan yang mereka gunakan. Itu yang sedang kami lacak.”
Kapolda meminta dukungan dan bantuan masyarakat setempat untuk memberi tahu aparat keamanan jika mengetahui informasi adanya transaksi senjata api dan amunisi agar aparat bisa mencegah hal itu sekaligus dapat mengetahui jaringan sindikasinya serta menyeret para pelaku yang terlibat ke dalam proses hukum.
Polda Papua, katanya, juga mendapatkan informasi bahwa ada sejumlah senjata rakitan dari daerah Lumajang, Jawa Timur dengan kondisi yang cukup modern beberapa di antaranya sudah masuk ke wilayah Papua.
Kasus pembuatan senjata rakitan di wilayah Lumajang pernah diungkap oleh jajaran kepolisian di Polda Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Menurut Irjen Paulus, kasus penyelundupan senjata api dan amunisi kepada kelompok bersenjata Papua menjadi pekerjaan besar dan berat yang harus ditangani serius dengan melibatkan semua pihak terkait.
Dengan memiliki senjata api dan amunisi yang memadai, KKB tidak saja terus melakukan teror penembakan untuk melawan petugas, tapi juga menikmati segala fasilitas dan kemewahan. "Dengan memegang senjata, mereka juga ingin makan enak, ingin perempuan, ingin hidup mewah dan memiliki uang banyak.”
Mereka, kata Paulus, juga menekan aparat pemerintah seperti kepala-kepala desa untuk menyetor dana. “Makanya kita semua perlu duduk bersama untuk mengevaluasi sekaligus memikirkan cara terbaik dalam menyikapi kasus ini ke depan," kata jenderal polisi bintang dua itu.
Menurut Paulus, kekuatan personel KKB Nduga pimpinan Egianus Kogoya yang selama ini terus meneror aparat keamanan dengan tembakan, jumlahnya tidak seberapa besar. Meski begitu Kelompok Bersenjata Nduga selalu memanfaatkan warga sipil terutama ibu-ibu, anak-anak dan perempuan sebagai tameng ketika aparat mengejar dan tindakan terhadap kelompok itu. "Kondisi itulah yang kadang-kadang membuat kami sulit melakukan upaya hukum yang tegas kepada mereka," kata Kapolda Papua.