Soal Ameriksa VS Iran, SBY: Saya Punya Kewajiban to Say Something

Selasa, 7 Januari 2020 17:22 WIB

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato Refleksi Akhir Tahun "Indonesia Tahun 2020: Peluang, Tantangan & Harapan", di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu 11 Desember 2019. Tempo/ Fikri Arigi.

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara soal konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Iran setelah penyerangan Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh serangan udara Amerika Serikat beberapa hari lalu. Penyerangan ini sempat memunculkan kabar bakal terhajadi Perang Dunia III.

"Saya orang biasa dan tak punya kekuasaan yang formal. Namun, sebagai warga dunia yang mencintai perdamaian dan keadilan, secara moral saya merasa punya kewajiban untuk to say something," kata SBY dalam tulisannya yang dibagikan sejumlah pejabat teras Partai Demokrat pada Selasa, 7 Januari 2020.

Menurut SBY, mereka yang berharap tahun 2020 lebih aman dan damai harus bersiap kecewa bahkan frustasi. Alih-alih ada tanda-tanda tersebut, awal tahun ini malah diwarnai dengan gejolak di kawasan Timur Tengah.

SBY mengaku aktif siang dan malam mengikuti pemberitaan internasional selepas dibunuhnya Jenderal Iran Soleimani. Dia menyimak aksi-aksi dan respons politik, sosial, dan militer di banyak negara yang punya kaitan dan kepentingan dengan Timur Tengah. Terutama Iran, AS, dan Irak. Bukan cuma reaksi di tingkat pimpinan puncak, tetapi juga pihak eksekutif, legislatif, militer, dan rakyat.

"Bukan hanya aksi-aksi nyata yang dilakukan di masing-masing negara, tetapi juga pada hebohnya sikap ancam-mengancam, perang mulut dan retorika besar yang digaungkan," ujar dia.

Advertising
Advertising

SBY pun turut mempertanyakan apa yang akan terjadi selanjutnya, termasuk kemungkinan terjadinya perang besar. Meski tak yakin bakal terjadi, SBY membeberkan tiga penyebab utama perang.

Tiga penyebab terjadinya perang besar menurut SBY adalah miskalkulasi, pemimpin yang eratik, dan nasionalisme yang ekstrem.

Menurut SBY, para ahli sejarah menilai bahwa tindakan Jepang menyerang Amerika Serikat adalah sebuah kesalahan. Langkah itu ibarat membangunkan macan tidur. Kesalahan itu sebuah "strategic miscalculation" yang dilakukan oleh para politisi dan jenderal-jenderal militer Jepang.

"Dari kacamata ini, sejarah tengah menunggu apakah politisi dan jenderal Amerika Serikat dan Iran melakukan miskalkulasi, sehingga akhirnya mendorong terjadinya perang terbuka di antara mereka," ujar purnawirawan jenderal ini.

Di luar itu, kata SBY, ada pula kemungkinan tiba-tiba terjadi peristiwa di lapangan yang bisa ditafsirkan untuk melancarkan peperangan, meskipun tak direncanakan atau diperintahkan. Jika dua hal ini tak terjadi, kata dia, dunia bisa bernapas lega kendati sementara.

SBY melanjutkan, perang juga mudah terjadi di tangan pemimpin yang eratik dan gemar perang. Menurut ia, sejarah juga sedang menguji apakah Presiden AS Donald Trump, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei, dan Presiden Iran Rouhani termasuk kategori pemimpin eratik dan gemar perang atau tidak.

Presiden dua periode ini pun berharap, para pemimpin tersebut tidak termasuk tipe penggemar perang. Dia berdoa dan berharap agar mereka berpikir jernih dan arif.

"Saya tahu bahwa mereka juga patriot sejati bagi tanah airnya. Namun, patriotisme dan nasionalisme yang positif tidaklah boleh menghalang-halangi para pemimpin itu jika hendak menyelesaikan masalah sedamai mungkin," ujar dia.

SBY juga menyinggung soal gelombang nasionalisme, populisme, rasisme, radikalisme, dan otoritarianisme yang makin menguat. Dia mengakui Trump turut mengangkat sentimen tersebut dengan slogan "America First", meskipun bukan dia satu-satunya.

Menyikapi konflik AS-Iran ini, SBY berharap para pemimpin dua negara itu bisa berpikir jernih dan duduk bersama mencari solusi. Dia juga berharap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan para pemimpin dunia untuk melakukan sesuatu.

"Saya punya hak untuk cemas dan sekaligus menyerukan kepada para pemimpin dunia agar tidak abstain, dan tidak melakukan pembiaran. Maksud saya, janganlah para world leaders itu do nothing. Mereka, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, harus do something," ujar SBY.

Berita terkait

May Day: Sejarah Hari Buruh sampai Jadi Libur Nasional di Era Presiden SBY

1 hari lalu

May Day: Sejarah Hari Buruh sampai Jadi Libur Nasional di Era Presiden SBY

Polri menyiapkan ribuan anggotanya di sejumlah daerah mengawal aksi buruh memperingati May Day, Rabu besok,

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

1 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

1 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

1 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Presiden Indonesia yang Juga Petinggi Partai, Tak ada Nama Jokowi

1 hari lalu

5 Presiden Indonesia yang Juga Petinggi Partai, Tak ada Nama Jokowi

Jokowi jadi satu-satunya presiden Indonesia yang dipecat dari partai, inilah 5 Presiden Indonesia yang juga menjadi petinggi partai.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

2 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

3 hari lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

3 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

4 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya