Mahfud: Jangan Berpikir Lagi Ada Politik Diskriminasi bagi Muslim

Rabu, 18 Desember 2019 18:40 WIB

Menko Polhukam Mahfud MD bersiap memberikan keterangan pers di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis 12 Desember 2019. Menko Polhukam menjamin keamanan dan situasi yang kondusif jelang Natal dan Tahun Baru 2020. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menuturkan situasi sosial politik umat Islam di Indonesia saat ini telah berubah dibanding era kolonialisme.

Mahfud menuturkan, di era kolonialisme , penjajah telah menerapkan politik isolasi terhadap umat Islam di tanah air secara masif sehingga umat Islam sulit berkembang dan maju.

“Di masa lalu (kolonialisme) orang Islam selalu dianggap tidak bermutu. Mau jabatan pemerintah, mau jadi tentara, mau jadi polisi selalu tidak boleh karena dianggap terlalu kampungan, apalagi yang dari pesantren –pesantren itu,” ujar Mahfud saat memberi sambutan di acara pengukuhan doctor Honoris Causa Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Rabu 18 Desember 2019.

Dampak dari politik isolasi pada umat Islam era kolonial itu, ujar Mahfud, membuat umat Islam yang bisa duduk di jabatan strategis pemerintahan saat awal kemerdekaan Indonesia bisa dihitung dengan jari.

“Kerja kita orang Islam itu dulu kalau diarahkan sekolah hanya untuk menjadi pegawai di Departemen Agama, menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), atau guru guru agama di sekolah,” ujar Mahfud.

Advertising
Advertising

Mahfud menuturkan, dari sekian banyak orang Islam hasil pendidikan barat saat itu, yang berhasil duduk di jabatan startegis mungkin satu satunya hanya Kiai Wahid Hasyim, ayah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ayahanda Gus Dur itu tercatat pernah menjadi Menteri Agama tahun 1950 an.

Nah, ketika Kiai Wahid Hasyim ini menjadi menteri agama, ia mulai melakukan modernisasi kurikulum di pesantren.

Wahid Hasyim sebagai putra Nahdlatul Ulama (NU) kala itu membuat kebijakan bersama menteri pendidikan saat itu Bahder Johan yang berasal dari organisasi Masyumi tentang persamaan civil effect antara lulusan pondok pesantren dan sekolah umum.

Kebijakan Wahid Hasyim yang mengusung semangat inklusivisme itulah yang menjadi titik tolak, bagaimana kemudian orang Islam terutama dari pesantren, mulai maju dan berkembang. Sebab kebijakan itu membuat para santri mulai dilirik masuk ke sekolah sekolah umum.

Demikian sebaliknya, orang orang sekuler, yang tak peduli urusan agama saat itu, juga tak canggung untuk masuk ke lingkungan pendidikan pesantren dan madrasah. Karena ijazah pesantren dan sekolah umum sudah dianggap sama.

Kebijakan itu yang membuat tahun 1960 an mulai banyak lahir sarjana muda berbagai bidang keilmuan dari kalangan berlatar santri. Tahun 1970 an kebijakan persamaan pesantren dan sekolah umum itu juga menghasilkan lebih banyak sarjana dari kalangan santri yang bisa bekerja di kantor kantor pemerintah. Ada yang masuk Akabari, Polri, dan Pegawai Negeri Sipil.

Tahun 1980-1990 an, ujar Mahfud, mulai lahir doktor doktor hingga professor berbagai keilmuan dari kalangan santri. Mahfud mencontohkan mulai dari budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, termasuk dirinya sendiri.

Dengan kondisi itu, ujar Mahfud, artinya sekarang politik inkulusivisme yang digagas dan dikembangkan Kiai Wahid Hasyim itu ada hasilnya.

“Maka jangan lagi sekarang berpikir ada politik diskriminasi pada umat Islam, itu tidak ada,” ujar Mahfud.

Mahfud menuturkan dengan kebebasan umat Islam saat ini, ia berharap tidak ada yang bermanja-manja seolah sekarang masih masanya diskriminasi.

“Mobilitas umat Islam itu sekarang sudah ada di mana mana karena politik inklusivisme itu,” ujarnya.

Mahfud mencontohkan, jika dulu di era 1970 an kalangan santri takut saat melihat polisi karena dianggap jahat, beda dengan situasinya sekarang.

Menurutnya sudah banyak polisi dari kalangan santri saat ini. “Jadi jangan berpikir polisi polisi anti Islam, nggak (ada),” ujarnya.

Mahfud pun bertutur pengalamannya saat berkunjung ke rumah mantan Kapolri Tito Karnavian yang kini menjabat menteri dalam negeri. Mahfud melihat Tito saat itu menjadi imam sholat di rumahnya sendiri.

“Jaman dulu polisi dan tentara saat mau sholat diam-diam, sekarang bisa mengadakan pengajian. Di kantor kantor sekarang perempuan boleh pakai jilbab, beda dengan tahun 1970 an. Dulu pakai jilbab di ‘isin-isini’ (dicemooh),” ujarnya.

Mahfud pun menuturkan inklusivisme untuk Islam yang dirintis era Kiai Wahid Hastim itu patut dijaga untuk menjaga kebhinekaan dan keragaman Indonesia.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Bahlil Bersyukur Capres Penolak IKN Kalah Pilpres, Sindir Anies Baswedan?

3 hari lalu

Bahlil Bersyukur Capres Penolak IKN Kalah Pilpres, Sindir Anies Baswedan?

Bahlil menyebut calon presiden yang menolak IKN sama dengan tidak setuju upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia timur. Sindir Anies Baswedan?

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama

4 hari lalu

Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama

Mahfud Md, mengatakan relasi agama dan negara bagi Indonesia sebenarnya sudah selesai secara tuntas. Dia menegaskan bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi negara beragama.

Baca Selengkapnya

Kegiatan Setelah Kalah Pilpres: Anies Jeda Politik, Mahfud Md Kembali ke Kampus, Ganjar Aktif Lagi di Kagama

5 hari lalu

Kegiatan Setelah Kalah Pilpres: Anies Jeda Politik, Mahfud Md Kembali ke Kampus, Ganjar Aktif Lagi di Kagama

Anies Baswedan mengatakan bakal jeda sebentar dari urusan politik setelah Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) dibubarkan.

Baca Selengkapnya

Saat Mahfud MD Cerita Kekalahan Pilpres 2024 Sambil Tertawa: Ya Dongkol, Tapi Move On

5 hari lalu

Saat Mahfud MD Cerita Kekalahan Pilpres 2024 Sambil Tertawa: Ya Dongkol, Tapi Move On

Mahfud MD mengatakan, meski aktif dalam berbagai jabatan pemerintahan, ia sebenarnya tidak pernah benar-benar pergi dari dunia kampus.

Baca Selengkapnya

Saat Mahfud Md Kembali ke Kampus usai Pilpres 2024

5 hari lalu

Saat Mahfud Md Kembali ke Kampus usai Pilpres 2024

Mantan Cawapres 03 Mahfud Md kembali ke dunia pendidikan tinggi sebagai pakar hukum tata negara setelah kontestasi Pilpres 2024 selesai.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Diminta Penuhi Janji Selamatkan Garuda Indonesia

10 hari lalu

Prabowo-Gibran Diminta Penuhi Janji Selamatkan Garuda Indonesia

Serikat Karyawan Garuda Indonesia meminta Prabowo-Gibran bisa penuhi janjinya untuk menyelamatkan maskapai Garuda Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Siap PDIP Jadi Oposisi? Berikut Pernyataan Beberapa Tokoh PDI Perjuangan

10 hari lalu

Seberapa Siap PDIP Jadi Oposisi? Berikut Pernyataan Beberapa Tokoh PDI Perjuangan

Hasto Kristiyanto dan Ahmad Basarah menyatakan bahwa PDIP siap menjadi oposisi sesuai arahan ketua partai. Bagaimana sikap PDIP ke depannya?

Baca Selengkapnya

Sepedaan di Yogyakarta, Ganjar Pranowo Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran

11 hari lalu

Sepedaan di Yogyakarta, Ganjar Pranowo Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran

Ganjar Pranowo mengaku tak diundang untuk menghadiri penetapan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden.

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Tegaskan Pertama dalam Sejarah Sidang Sengketa Pilpres Ada Dissenting Opinion, Apa Artinya?

12 hari lalu

Mahfud Md Tegaskan Pertama dalam Sejarah Sidang Sengketa Pilpres Ada Dissenting Opinion, Apa Artinya?

Mantan Ketua MK yang jga cawapres 03 Mahfud Md menyatakan untuk pertama kalinya dalam putusan PHPU atau sengketa pilpres ada dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Sampai di Sini Ganjar dan Mahfud Md, Lika-liku Keduanya dalam Kontestasi Pilpres 2024

12 hari lalu

Sampai di Sini Ganjar dan Mahfud Md, Lika-liku Keduanya dalam Kontestasi Pilpres 2024

Ganjar Pranowo menyebut perjalanannya bersama Mahfud MD di Pilpres 2024 telah berakhir usai putusan MK soal sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya